Alvano-
Day 3!
Gue lagi nyalin hasil-hasil foto kemaren. Loading. Dan beberapa menit kemudian foto-foto tersimpan di laptop.
Gue liat foto satu persatu. Kebanyakan memang foto candid, dimana kebanyakan yang di foto engga tau kalau dia sedang di potret. Ada foto mereka lagi memperhatikan petugas labor menjelaskan tentang sesuatu, ada foto masing-masing dengan kegiatannya yang aneh-aneh, dan terakhir dari semua yang gue suka yaitu foto mereka berlima yang tiduran di lapangan basket. Lucu.
Entah kenapa gue merasa akan terbangun hal baru dalam perselisihan ini. Mungkin pertemanan, persahabatan atau mungkin cinta? Gue masih belum bisa mengartikannya.
Saat gue lagi asik perhatiin foto satu persatu, sebuah tangan ngambil kamera gue dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Ini punya lo? Keren!" kata cewek freak itu. Oke, Bianca maksud gue.
"Hati-hati megangnya dong. Mahal itu!" kata gue mengingat kamera dengan lensa itu berharga satu tahunnya jajan gue. Memang, kamera itu hasil jerih payah gue sendiri tanpa adanya bantuan orang tua.
Bianca duduk di sofa, disebelah gue.
"Ini sampai berapa juta cuma buat lensa ini?" tanya Bianca sambil memegang lensa kamera gue yang panjang itu. Dasar norak.
"Yang jelas ga cukup lo ganti hanya dengan uang jajan lo satu bulan!"
Ngejleb memang, tapi gadis itu terlibat tidak tersinggung.
Bianca lalu menurunkan kamera gue dan meletakannya baik-baik di meja. Lalu dia malah beralih ke laptop gue.
"Apa itu?" tanyanya.
"Foto."
"Foto apa?"
"Foto kemaren."
"Oh."
Kok malah gue yang di jutekin? Bianca celingak celinguk. Gue jadi mikir, engga biasanya dia ngoceh kayak gini. Oh mungkin karena terlalu semangat mau ngajak kami mengenal bidang ekskulnya kali ya.
Hari sudah siang, tapi yang lain masih dikamarnya masing-masing. Bianca memang ngajak buat perginya jam 2an aja. Jadilah sekarang sudah jam 2 lewat belum juga ada yang muncul di ruang tamu ini.
"Yang lain mana?" tanya Adel yang baru keluar dari kamarnya. Gue engga mengangkat wajah dari laptop sedikit pun.
"Engga tau," jawab Bianca.
Adel mengambil duduk di sebelah gue juga. Jadilah gue diapit dua cewek ini.
"Apaan tu?" tanya Adel ke gue.
"Foto."
"Foto apa?"
"Foto kemaren."
"Lihat dong!" Adel meluruh ke lantai agar lebih dekat dengan laptop diatas meja. Dia mulai melihat foto satu persatu.
"Foto kamu bagus-bagus. Pernah dikirim ngga?" tanyanya sambil mengalihkan perhatian ke gue.
Gue jadi malu juga ada yang muji foto gue. Cewek lagi.
"Ehm iya pernah sih, cuma belum pernah diterima." Gue garuk-garuk kepala.
"Kamu harus usaha terus, nanti pasti diterima. Aku yakin!" ucap Adel lagi bersemangat.
Gue cuma ngangguk aja. Dia tersenyum manis lalu kembali pada laptop gue yang sekarang sedang melihatkan Alex sedang menggoda Rebecca.
"Eh eh, mereka itu saling suka ya?" tanya Adel, mungkin karena melihat foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIX!
Teen FictionSaling tidak mengenal, saling tidak peduli, dan saling tidak acuh. Lalu apa yang terjadi jika mereka diharuskan berkumpul dalam satu tempat yang benar-benar hanya ada mereka saja? Apakah akan terbentuk satu hubungan baru? Pertemanankah? Persahabatan...