16. Sihir

367 97 3
                                    

"Kau seharusnya tak perlu melakukan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau seharusnya tak perlu melakukan itu."

Sebuah suara seketika terdengar memecah lamunan Sang Ratu saat ia berdiri di balkon kamarnya, menghadap ke arah Hutan Terlarang, dan memandang rembulan yang bertengger apik di langit malam.

Wajah cantik yang terlihat mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan tersebut seketika menoleh, menemukan adik lelaki satu-satunya di belakangnya sedang asyik duduk sembari memakan sebutir apel merah.

"Apa yang kau lakukan di sana?!" hentak Ratu, alih-alih menanggapi ucapan Sam tadi.

"Tidak ada, hanya menikmati angin dan terang bulan malam ini," jawab yang muda sembari berdiri membuang apel sisa di tangannya dan berjalan mendekati sang kakak.

"Apa maksud ucapanmu tadi?!" Kali ini Ratu mengembalikan pada topik ke semula, dan Sam mengedikkan sebelah bahunya.

"Yang Kakak lakukan sore tadi itu hanya membuang-buang sihirmu saja," sahutnya seketika. Langsung ke poin dan terdengar sarkas.

"Tahu apa kau memangnya tentang sihirku?!" balas yang dewasa. Ia bersedekap dan memandang tajam pada Sam. Angin seketika berembus kencang, meniup wajahnya, mengibarkan anak-anak rambut panjang di sisi telinga seolah tengah menari dalam buaian.

"Kau sudah membayar si bodoh itu untuk masuk ke dalam Hutan Terlarang meskipun harus diimingi janji yang tak kalah bodoh, kenapa tidak tunggu saja hasilnya?" pungkas Sam.

Kakaknya berdehem pelan menanggapi kalimatnya itu, "Dia mungkin tak sebodoh yang kita pikirkan," katanya.

"Aku cukup pintar untuk membual," sangkal Sam.

"Ya, kau bilang aku akan menghidupkan lagi adiknya yang mati kalau dia bisa membawa Ilino pulang ke sini," balas Ratu, lalu ia tertawa remeh sembari menggelengkan kepala, "Bodoh memang kalau dia benar-benar berpikir aku akan melakukannya," katanya.

Ada seulas senyuman miring di wajah Sam dan dengkusan sarkas setelahnya. "Tapi dia percaya," tandasnya.

Ratu pun mendecak pelan sebelum kembali berkata, mencibir lebih tepatnya, "Membangunkan orang yang sudah mati ... Tuhan saja tak bisa melakukannya, dan ia cukup mudah dibuat percaya hanya dengan ucapan dari orang sepertimu?"

"Perlukah kukatakan sekali lagi? Aku cukup pintar membual, dan tipuan seperti ini bukan kali pertama yang aku lakukan." Sam tersenyum miring.

"Tapi tetap saja, sihirku berperan penting dan ambil andil di sini. Termasuk untuk membuat orang lain percaya pada kata-kata bualanmu," sanggah Ratu, sebelum berbalik dan pergi meninggalkan Sam sendirian lagi di sana.

Ya, tidak salah. Semua orang bisa dengan mudah menuruti perintah Sam meski ia bukanlah Raja. Namun entah kenapa sepertinya tidak untuk Ilino. Pangeran manis itu tak menurut saat ia mengajaknya pergi sebelum ini, dan terus terang saja membuat Sam merasa geram serta penasaran.

The Prince, The Queen, and The Hunter [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang