29. Di Tepi Sungai

242 57 8
                                    

"Pangeran!" Nutty berseru saat Ilino baru saja mendudukkan tubuhnya di bawah salah satu batang pohon untuk beristirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pangeran!" Nutty berseru saat Ilino baru saja mendudukkan tubuhnya di bawah salah satu batang pohon untuk beristirahat.

Langit sudah terang benderang meskipun matahari tertutup sekumpulan awan. Udara mulai menghangat, dan kabut tebal perlahan lenyap. Meski masih berada dalam kawasan Hutan Terlarang, namun suasananya sudah tak lagi mencekam. Tak seperti kesan yang timbul kala pertama kali Ilino masuk dahulu. Cukup berbeda, meski tak sepenuhnya.

"Pangeran belum makan siang," kata kurcaci kecil itu sembari datang membawakan sekantung makanan yang sempat disiapkan sebelum mereka berangkat pagi tadi.

"Terima kasih, Nutty ... mm, apa kamu butuh bantuan?" tanya Ilino kemudian manakala melihat masih ada beberapa kantung berisi makanan lain yang bertumpuk di atas rerumput kering.

"Ah? Oh, tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri." tolaknya.

"Ke mana yang lain?"

"Ehm ... Nico dan Neo mencari kayu bakar, kalau Nicky tadi bilang dia mau pipis, enggak tau di mana. Sedangkan si pemburu katanya mau pergi ke sungai untuk mengambil air bersih, jadi dia menyuruhku membagikan ini pada—EH, PANGERAN GAK USAH, BIAR AKU AJA!" belum sampai selesai bicara suaranya sudah melengking tinggi saat melihat Ilino tiba-tiba membantunya.

Pangeran manis itu tertawa pelan, ia lalu membagikan tiga kantung makanan pada Noah, Noel dan Nathan karena hanya tinggal tiga lelaki itu yang ada di antara mereka.

"Bukankah seharusnya Pangeran beristirahat?" Noah menerima kantung makanan itu dan mengintip isinya sesaat.

Di dalam sana ada sebutir apel, roti isi daging, sebotol susu, dan juga sepotong pie blueberry. Terlalu mewah jika diingat kalau ketujuh saudara kandung yang menampung seorang pangeran di rumah kecil mereka itu hanyalah para pekerja tambang.

"Tidak apa, aku belum lelah," sangkal Ilino, ia lantas melihat dua kantung makanan lain yang dipikirnya milik Chris. "Aku harus membagikan ini, tapi dia belum pulang," tambahnya.

"Siapa?" Noel mendongak, memandang figur sang pangeran yang berdiri satu meter di depannya. Sementara ia sendiri duduk di antara semak belukar.

"Chris ... Nutty bilang dia pergi mengambil air bersih di sungai," cecarnya.

"Kalau begitu tunggu saja, dia pasti akan kembali."

"Ehm ... kuharap begitu, tapi ini Hutan Terlarang, aku agak cemas jadinya." Ilino melirik ke salah satu sisi hutan dan menemukan dua orang kurcaci tengah menggendong setumpuk kayu bakar di punggung mereka; Nico dan Neo.

"Pangeran lupa? Dia itu seorang pemburu, dan kudengar ini bukan kali pertama dirinya masuk ke dalam sini, dia pasti tahu jalan untuk kembali," pungkas Noah.

Ya, benar, dia sudah lebih tahu dan hapal betul tentang seluk beluk tempat terkutuk ini. Bahkan bisa dibilang malah menggantungkan nasib—mencari keberadaan Ilino untuk sekantung koin emas—pada salah satu bagiannya. Tidakkah Sang Pangeran jelas tahu itu?

The Prince, The Queen, and The Hunter [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang