Jubah hitam besar itu ditanggalkan, membiarkan tubuh molek dengan kulit bersih mulus tanpa cacat dan noda nampak polos tak tertutupi. Ia lantas melangkahkan kakinya, memasukan seluruh tubuh ke bak mandi yang seluruh isinya dipenuhi susu murni. Lalu menenggelamkan seluruh dirinya ke dalam. Berendam.
Sudah menjadi rutinitas untuknya setiap satu minggu sekali, setidaknya, selama tiga puluh menit. Lalu air sisa air susu bekas merendam tubuhnya akan dibuang melewati lubang saluran air yang mana tumpah ruah ke jalanan. Biasanya saat-saat pembuangan sisa susu itu akan dinantikan oleh sebagian besar warga tak mampu untuk diambil dan diminum.
Menyedihkan memang, susu sapi perah yang seharusnya dijadikan minuman sehat sehari-hari rakyatnya justru ia jadikan sebagai ajang air berendam hanya demi peremajaan.
Ratu yang kejam. Memang begitulah orang-orang memandangnya.
Namun nyatanya meski telah berendam dalam air susu cukup lama tak membuatnya lantas gembira. Kulit wajahnya masih tampak mengeriput, dan penampilannya terlihat tua. Ia tidak suka.
"SAAAAAMM!!!" teriaknya tiba-tiba, dan seorang pemuda berbadan tinggi dan tampan muncul dari balik pintu, mendekatinya.
"Iya," jawabnya pelan.
Ratu terlihat gelisah, mondar-mandir tak menentu di depan cermin Benggalanya. "Aku harus bagaimana? Ini sama sekali tidak membantu," katanya, menjelaskan jika apa yang dilakukannya tadi; mandi susu, ternyata tak membuahkan hasil sama sekali.
"Tenanglah. Kau nampak—"
"Tua," potong Sang Ratu tiba-tiba.
"Lelah," pungkas Sam, berusaha membantah dengan sehalus mungkin.
Sang Ratu yang ternyata adalah kakaknya itu meringis pelan, "Aku merasa sihirku semakin melemah," katanya.
Sam terdiam, ia lantas pergi keluar dan berbicara pada dua sosok prajurit yang senantiasa berjaga di depan pintu kamar kakaknya. Entah apa yang Sam perintahkan hingga keduanya pergi, namun sekitar beberapa menit kemudian mereka kembali dengan membawa seseorang.
"Apakah ini bisa mengobati gundah di hatimu, Kakak?" tanyanya sembari menuntun sosok asing itu menemui Sang Ratu.
Ratu terperanjat sesaat, namun tersenyum lebar dan menyambut kedatangan seseorang yang tak lain adalah John. Bocah dalam penjara yang ditemui Ilino.
Remaja belia yanh kiranya masih berusia lima belasan itu terlihat ketakutan saat Sang Ratu mendatanginya. Ia ingin pergi, ia ingin berlari, tapi para prajurit itu menjaganya dengan begitu ketat di sisi kanan dan kiri.
"Sstt ... manis, jangan takut," bisik Ratu sembari mengusap pipi John, lalu tangan dengan kuku runcing itu turun ke dadanya, berhenti di mana letak jantung berada.
🍎🍎🍎
Lapar.
Hal yang sangat lumrah untuk dirasakan Ilino nyaris setiap hari. Sejak pagi ia memang belum makan apa pun, dan para prajurit yang berjaga belum juga memberikannya makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince, The Queen, and The Hunter [Banginho]
Fanfic[HIATUS] Namanya Alexander Ilino, satu-satunya Pangeran di Kerajaan Alzarneast. Sosok manis dengan kulit seputih salju, rambut sehitam kayu eboni, pipi merona semerah darah, dan manik mata sekelam malam. Perangainya murah hati, lemah lembut, dan ama...