"Habis dari mana?"
Chris menoleh saat ia hendak membawa sebuah busur dan juga beberapa anak panah yang ia selempangkan di bahu.
Ilino berdiri tak jauh darinya dengan pakaian nampak kotor. Rambut hitam legam itu terlihat lepek, dan wajahnya basah karena mandi keringat. Sekilas Chris melihat ke tangan kirinya yang masih menggenggam pedang meskipun kini telah ditutupi sarungnya.
"Aku gak pergi ke mana-mana," jawab Chris pelan.
"Seharian ini aku mencarimu, kamu pergi ke mana aja?" Suara itu terdengar seperti tengah merajuk, meski wajahnya tak benar-benar menunjukkan raut demikian.
"Kamu? Mencariku? Untuk apa?" Tapi alih-alih menjawab Chris malah balik melempar pertanyaan.
"Kupikir aku akan belajar pedang denganmu bukannya dengan Joey." Ilino menggerutu.
"Memang apa bedanya? Dia lebih mahir dengan pedang ketimbang aku, kamu juga pasti akan lebih cepat belajarnya jika dengan dia. Aku cuma bisa membelah kayu dan memanah, dia bisa lebih daripada apa yang kulakukan," urai Chris. Meski nadanya tidak seberapa kencang dan terdengar datar namun entah mengapa membuat Ilino terlihat marah.
"Tapi kamu kan udah janji."
"Iya, aku tau. Tapi bukannya lebih baik begitu?"
"Ingkar saja terus!" katanya. "Sama seperti sebelumnya, kamu yang berjanji tapi kamu juga yang mengingkari."
Ucapannya itu seolah final, sebab setelah berkata demikian Ilino segera berbalik dan hendak pergi kalau-kalau Chris tak lebih dulu menggenggam lengannya.
"Tunggu dulu!" tahannya segera, tapi Sang Pangeran tak bergeming. Ia tetap diam dan tak sedikitpun menoleh ke arah si pemburu.
"Pergi saja, kamu memang mau melakukan itu, bukan? Kamu bujuk aku agar aku luluh, lalu setelahnya kamu acuhkan," bisik si manis.
Bersamaan dengan terdengarnya suara itu embusan angin tiba-tiba datang menyerbu, menggoyangkan ranting pohon dan ilalang di sekitar mereka. Jingganya langit memayungi di atas kepala, berhiaskan awan putih tipis dan beberapa burung yang saling berarak-arakan.
"Ino ..." panggil Chris, dan akhirnya wajah mungil tersebut pun kembali menoleh disertai raut muram.
"Apa aku terlihat seperti anak kecil untukmu? Yang bisa kamu bodohi dengan janji-janji palsu? Yang terus akan terbuai dan tertipu?" tanyanya. "Aku tau kalau aku ini memang bodoh dan mudah dibohongi, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya melakukan itu padaku!" pekiknya.
Chris terperanjat mendengar itu, apakah ini artinya Ilino kecewa dengannya? Ia tak bermaksud mengingkari janji, hanya saja ada sesuatu yang mengganjal setiap kali melihat Ilino dan Joey berduaan seperti tadi.
"Maaf, tolong dengarkan aku sebentar saja," ucap si Pemburu pada akhirnya.
"Aku gak mau!" tolak Sang Pangeran sembari hendak menarik lengannya. Namun cekalan tangan lelaki itu teramat kuat hingga ia pun akhirnya menyerah, lebih-lebih saat suaranya yang berat kembali terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince, The Queen, and The Hunter [Banginho]
Fanfiction[HIATUS] Namanya Alexander Ilino, satu-satunya Pangeran di Kerajaan Alzarneast. Sosok manis dengan kulit seputih salju, rambut sehitam kayu eboni, pipi merona semerah darah, dan manik mata sekelam malam. Perangainya murah hati, lemah lembut, dan ama...