"Ini," ucap Ilino sembari memberikan sehelai baju atasan pada Chris. "Kupikir ini muat di tubuhmu," tambahnya.
Chris diam sesaat memandangi kain berwarna biru gelap itu sebelum meraihnya sembari berkata, "Pangeran harusnya gak meminjamkan ini, mereka kal—"
"Kupikir kita sudah sepakat?" potong Ilino tiba-tiba.
"Ha?" Chris bukan tak mendengar, ia hanya sedikit kaget dengan ucapan Sang Pangeran barusan.
"Tentang nama, kupikir kita sudah sepakat untuk tidak memanggil dengan sebutan seperti Pangeran dan Pemburu lagi 'kan?" pungkasnya dengan suara agak melengking dan tangan yang bersidekap di depan dada.
"Oh?" Chris baru sadar akan hal itu. "Maaf, aku lupa," katanya kemudian.
"Jadi, kamu mau memakainya atau tidak?" tuntut Ilino lagi.
"Tentu, tapi ..." Chris meragu, netra ambernya melirik ke salah satu sisi rumah di mana pintu dapur berada, lalu ia mendesis pelan; takut kalau ada yang keluar dan melihatnya memakai baju Sang Pangeran.
"Tentang para kurcaci itu? Kamu takut mereka marah?" tanya Ilino segera yang membuat Chris terkesiap sesaat dan mengangguk lemah.
"Mereka gak akan suka."
"Tapi mereka sudah mengizinkannya saat aku bilang kamu mau meminjam baju," cecar yang muda.
"Kamu memberitahu mereka?" Netra Chris membelalak seketika.
"Ya!" Angguk Ilino, "Ini kan baju mereka, masa aku gak izin dulu buat pinjamin kamu," paparnya.
Lagi, dalam hati Chris mendesis. Para kurcaci itu sangat jelas tak menyukainya, dan sekarang ia malah memakai pakaian milik mereka. Sungguh, Chris tak yakin apakah setelah ini dirinya akan baik-baik saja?
"Ehm ... Chris," panggil Sang Pangeran dengan suara pelan. Ia kembali duduk di depan si pemburu dengan tangan sibuk memilin baju yang dikenakannya sendiri.
"Ya?" jawab si empunya nama singkat.
"Apa setelah ini kamu masih akan membawaku ke hadapan Ratu?" tanyanya, nyaris berbisik dengan suara yang tak lebih kencang dari embusan napasnya sendiri.
"Aku sudah berjanji padanya," sahut Chris sama pelannya.
Saat itu juga Ilino merunduk, memutus kontak mata antara mereka dan mencicit kecil, "Begitu, ya?"
Chris diam tak segera menjawab seperti sebelumnya, dan membiarkan hening untuk sesaat merayap di antara mereka. Tak sampai seberapa lama, ia pun kembali berkata, "Tapi dia sudah membohongiku."
Mendengar itu wajah Ilino lantas terangkat dengan netra gelap menatap lekat seolah bertanya; jadi, apa maumu setelah tahu ia melakukan itu?
"Kupikir, rasanya cukup adil kalau aku mengingkari janjiku padanya kini," pungkas Chris seketika disertai senyuman tipis di wajahnya. Namun, meski begitu Ilino bisa melihat ada ketulusan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince, The Queen, and The Hunter [Banginho]
Fanfiction[HIATUS] Namanya Alexander Ilino, satu-satunya Pangeran di Kerajaan Alzarneast. Sosok manis dengan kulit seputih salju, rambut sehitam kayu eboni, pipi merona semerah darah, dan manik mata sekelam malam. Perangainya murah hati, lemah lembut, dan ama...