BAGIAN 6

615 78 13
                                    

AKU bersyukur hari ini, nyeri haidku tidak terlalu menyakitkan seperti sebelum – sebelumnya di saat masih tiga hari pertama. Dalam waktu tiga hari saja sudah mampu membuat pekerjaanku minggu ini menjadi terbengkalai dan tidak maksimal. Alhasil, hari ini dan hari – hari berikutnya mungkin aku akan menghabiskan waktu untuk lembur. Entah itu di kantor atau di rumah.

Meja kerjaku saat ini terlihat sangat berantakan karena tumpukan kertas, map dan holder yang aku butuhkan untuk penunjang laporan dan evaluasi perusahaan minggu ini. Melihatnya sekilas saja membuatku menghela nafas panjang. Capek juga lama – lama jadi budak korporat, padahal belum ada dua bulan aku menjalaninya.

Aku memandang ke arah jendela besar yang menampilkan pemandangan siang hari di Ibu Kota dari lantai atas. Macet parah kalau di lihat dari atas sini, baru jam segini padahal. Semoga jam pulang nanti macetnya tidak terlalu parah.

"Nggak izin lagi ke klinik kantor?", tanya Abizar yang sudah berada di depan mejaku. Dari nadanya saja sudah sangat jelas kalau sedang menyindir, mendadak membuat moodku menurun.

Aku menggeleng dengan senyuman yang sedikit ku paksakan.

"Kalau gitu kamu ke Pak Ozan sekarang, dampingi Pak Ozan buat cek timeline pembangunan sama anak tekhnik di lapangan", perintah Abizar kepadaku.

"Pak Ozan Divisi Engineering?", tanyaku yang di sambut anggukan oleh Abizar.

"Terus saya ngapain disana?", tanyaku lagi. Aku melihat sekilas raut tidak suka dari muka Abizar. Ya wajar aku bertanya ke dia, karena sejauh ini jarang sekali bahkan tidak pernah aku menginjakkan kaki ke divisi itu. Karena menurutku bagian marketing dan engineering juga tidak terlalu berurusan dalam banyak hal sejauh ini.

"Mastiin material yang baru aja masuk dari mandornya, sesuai nggak sama rincian yang udah di input kemarin sama bagian marketing", jawabnya.

"Sebetulnya saya yang kesana harusnya, tapi karena Pak Ozan ngabarin mendadak jadinya bentrok, sekarang saya ada janji sama kolega yang kemarin baru deal mau merger sama perusahaan ini", terangnya. Aku mengangguk paham.

"Memangnya QC bagian engineeringnya nggak ada? Kok harus dari tim marketing langsung yang kesana?", tanyaku memastikan.

Abizar menghela nafas panjang. Apakah aku salah bertanya? Seharusnya memang aku langsung saja tadi mengikuti instruksinya tanpa banyak basa – basi.

"Beberapa kali mandor kepergok misleading untuk masalah material. Entah itu human error, keterlambatan kirim material. Banyak banget alasan yang dia buat, padahal sudah di dampingi dengan QC nya langsung tapi tetap saja sampai saat ini bagian CCM selalu protes masalah RAB yang dikirim dari CCE selalu tidak sesuai. Makanya saya minta kamu aja langsung yang kesana ikut mendampingi step by stepnya, biar tahu yang miss di bagian apanya"

Aku mengangguk paham. "Saya kesana sekarang", ucapku setelah mengambil IPad dan seperangkatnya.

"Okay. Kirim ke saya setelahnya", balas Abizar.

*CCM : Cost Control Marketing, biasanya ngitung kalkulasi biaya, tenaga, dll untuk menjalankan proses produksi.

*CCE : Cost Control Engineering, sama juga tugasnya, cuman beda departemen.

...

Pergi ke divisi engineering adalah salah satu hal yang paling diminati oleh banyaknya kaum hawa disini. Sudah banyak kali aku mendengar divisi engineering disebut oleh kaum-kaum hawa ketika aku pergi ke kantin kantor. Kalau kata mereka, primadona dan aset perusahaan ya ada di Divisi Engineering.

Divisi engineering itu ibarat sarangnya cowok-cowok bujang dan mapan di perusahaan ini. Semua staff yang ada disini memang ku akui keren-keren dan oke-oke, mulai dari tampang, mau cari yang tampangnya jawa tulen manis sampai kebule-bulean juga ada disini.

Office TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang