BAGIAN 27

372 45 27
                                    

"Balikan bukan buat pacaran, tapi mau yang lebih serius. Saya udah minta izin Tante Sari tadi, kita bisa nikah secepatnya kalau kamu mau"

Kalimat jelas yang Abizar sampaikan rasanya masih membutuhkan waktu untuk tercerna sepenuhnya di benak Alna. Butuh beberapa detik, sampai deheman singkat yang bersumber dari lelaki di sampingnya seolah menyadarkannya pada realita. Tanpa Alna minta, jantungnya pun mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Seperti déjà vu singkat, tapi bukan...lebih tepatnya teringat lagi dengan kejadian sama seperti beberapa tahun lalu.

"Alna, gue serius sama lo. Jadi cewek gue mau?"

Manik matanya memunculkan binar seketika."Mau, Kak. Mau...", jawab Alna seketika dengan nada dan raut menyala gembira.

Abizar tersenyum miring melihat gadis berseragam di depannya yang terlampau antusias sampai memegang kedua tangannya."Segitu pengennya lo jadi cewek gue?"

Ia tersenyum tipis ketika membawa lagi memorinya ke masa sekarang. Sedikit rasa jijik pada dirinya sendiri muncul jika mengingat betapa agresifnya dia dulu. Jika di minta untuk kembali berpikir, Alna sendiri pun juga tidak paham kenapa bisa mengeluarkan euforia sebahagia itu dan tanpa pikir panjang menerima ajakan dari lelaki yang saat itu bahkan sedang duduk di bangku kuliah semester awal.

Satu yang pasti, dia hanya nyaman jika berada di dekat Abizar. Kehadiran pria itu bak mengisi masa-masa kosongnya sebagai anak tunggal dan seseorang yang memiliki kepribadian dominan introvert.

Padahal hanya sekadar bercerita riuh tentang kegiatan keseharian, menghabiskan waktu bersama di sasana budaya untuk belajar sejarah, pergi ke Pekan Raya hanya untuk membeli kentang ulir, atau sekadar take away cappucino dan almond milk lalu di minum bersama di pinggir lapangan.

"Lo tahu? Sunset di mars itu nggak jingga kaya gini"

"Sunset di mars itu warnanya biru. Kalau lo penasaran karena apa, lo cari tahu sendiri di jurnal"

"Bintang itu bentuknya bukan segi lima dan terang yang kaya di imajinasikan orang-orang, tapi bintang itu bentuknya bulat nggak beraturan dan cahayanya redup. Kalau lo lihat bintang terang banget pas malem, itu sama aja lo lagi lihat masa lalu, karena cahaya terang yang dia hasilkan itu cahaya yang di pancarkan jutaan tahun yang lalu. Laju cahaya dari bintang butuh waktu sekitar jutaan tahun buat bisa sampai ke Bumi"

"Dulu sebenarnya Daendels nyiptain kerja paksa buat Jalan Anyer-Panarukan itu dia ngasih bayaran buat kuli pribumi sekitar 30 ribu ringgit lebih, upahnya di kasih lewat residen, residennya nerusin ke Bupati, tapi ternyata upahnya nggak sampai ke kuli pribumi. Ada datanya residen yang nerusin upah ke Bupati, tapi data Bupati ngasih upah ke kuli pribuminya belum di temuin. Kasihan Daendels di fitnah tahunan."

"Gue heran, kenapa image playboy selalu di asosiasikan ke buaya, padahal buaya itu masuk dalam salah satu hewan setia, dia cuman berkembang biak satu kali selama hidupnya. Kalau pasangannya mati, dia nggak akan nyari pasangan lagi."

Atau teguran kecil seperti, "Lo emangnya belum berumur? Masa anak SMA belum jilbaban, anak Mbok Tati yang kelas 5 SD aja tiap hari nggak pernah lepas jilbabnya. Kalah sama anak SD"

"Kenapa sih bahas itu terus. Aku nggak paham cara pakenya, Kak. Udah nyari banyak tutorial di youtube tapi sama aja. Mleyot-mleyot terus. Jelek!"

"Tutorial pake jilbab itu udah ada di Al Qur'an, malah nyari youtube"

Hal-hal kecil itu yang selalu membuat Alna tidak pernah mengeluarkan kata bosan untuk menghabiskan detik dan menit di dekat pria itu. Padahal Abizar adalah salah satu sosok cerminan pemuda yang memiliki karakter anti-romantic dan soundless jika membicarakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Tapi entah kenapa, Alna selalu ingin berlama-lama menghabiskan momen bersama pria itu dengan dalih membahas seni, lingkungan, sejarah atau sesuatu yang menarik perhatian pemuda itu.

Office TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang