BAGIAN 20

317 48 18
                                    

Ketikan cepat nan keras yang bersumber dari jari-jari pria dengan kaos polo hitam setengah lengan, nampak mengisi ruang udara mobil yang saat ini berada di bawah kemudi seorang lelaki berjaket denim. Bahkan Abizar menyempatkan melakukan Skype dengan beberapa investor asing Artha Raya membuat Aiden berdecak beberapa kali melihat keworkaholican temannya satu itu. Kini, Abizar menghentikan jari jemarinya dan mulai berfokus pada pembicaraan yang sedang berlangsung via seluler.

"Certainly. While we highly value the support and expertise your company brought into our venture, there have been recent changes in the economic landscape that have impacted our industry negatively. As a result, we need to reassess our financial strategies", pria itu berkata seraya mengetuk-ngetukkan jarinya di permukaan laptop setelah setengah jam lamanya berdiskusi terkait pembatalan kolaborasi.

"I understand that the market can be challenging. Have you explored other alternatives before arriving at this decision, Abizar?", Jay kembali memastikan keputusan.

Abizar menurunkan sandaran mobil sebelum menjawab, "Yes, we thoroughly analyzed various options, including seeking additional funds or restructuring the partnership, but unfortunately, none of them align well with our long-term goals"

"I see. Although I'm disappointed, I respect your decision", nada pria di seberang telepon terdengar sedikit kecewa.

"I apologize sincerely, Jay. We genuinely appreciate your support and the opportunities your investment has brought to our company. It has been a valuable experience working together. I'll be in touch with you soon to discuss the specific details", Jujur saja jika Abizar ingin segera mengakhiri sambungan telepon ini. Dia tidak suka bertele-tele, apalagi dengan Jay yang statusnya sudah bukan mitra bisnis yang bisa menguntungkan.

"Sure, I also want to express my gratitude for the opportunities this partnership has provided"

"While I'm disappointed with the cancellation, I hope that our paths may cross again in the future under different circumstances", lanjut Jay seolah ingin berbicara lebih banyak.

"Absolutely. If the business landscape changes, or we identify potential areas of collaboration, we'll certainly consider working together again", Abizar mengatakan seraya mengacak rambut tebalnya.

"Thank you for being transparent about this decision Abizar, even though it's not the outcome we had hoped for"

"You're welcome, Mr. Jay. If you have any further questions, feel free to reach out to us"

"Okay Abizar i'll"

"Are you drive right now?"

"Sure, currently heading to Bandung", balas Abizar berganti memijit pangkal hidungnya yang kaku.

"Ouuw, okay...okay...drive safely", sahut Jay dari seberang ponsel.

"Thanks Jay, be careful as well", pria tan skin itu menekan tombol merah mengakhiri sambungan lalu kembali memeriksa beberapa whatsapp yang belum sempat ia balas sejak dia masuk ke dalam mobil.

Menaikkan kacamata hitam gelap yang sedikit melorot, kini sesekali Aiden mengawasi pria di sampingnya, memastikan jika Abizar sudah tidak akan menghubungi siapapun.

"Batal beneran? Bukannya udah dapet izin BKPM?", tanya Aiden memastikan.

Tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya, pria yang tidak mengubah posisinya itu menjawab dengan deheman di sertai hembusan nafas pelan, "Yang barusan gue telfon beda, kalau kemarin juga batal, dapet izin BKPM tapi kendalanya di Pempus ya sama aja, udah dibilang mereka rada agresif kalau masalah beginian, makanya nggak heran lah kenapa Elon bisa batal bangun pabrik di Indo"

Office TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang