Bab 16. Different

3K 305 34
                                    

BAB 17

Di halaman rumah yang asri nan hijau itu nampaklah seorang bocah yang tengah berlari dengan riang, udara yang masih alami, bersih dan sejuk menjadikan bocah itu senang untuk bermain. Bocah itu terlihat berlari menghampiri seseorang yang bersamanya.

"Mommy..." teriak sang bocah menghampiri Mommy nya.

"Hati-hati sayang! Mommy gak mau kamu sakit lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati-hati sayang! Mommy gak mau kamu sakit lagi. Baru seminggu yang lalu loh kamu keluar rumah sakit." ucap sang Mommy menasehati sang bocah.

"Jangan lari-lari na! Awas hati-hati!" seru sang mommy lagi.

Anak itu terlihat masih saja bermain dan berlari di halaman.

"Sayang! Daddy pulang..." seru sang Daddy. "Daddy bawa oleh-oleh loh. Mau gak?" bujuknya.

"Mau Daddy. Asyikkk hoyee..mainan balu.." seru bocah yang kira-kira berumur setahun lebih itu merasa senang.

Bocah itu memang sudah mulai pintar berbicara dan sudah tak terlalu celat lagi. Sebenarnya dia anak yang pandai namun keadaan tubuhnya yang lemah membuat dirinya sulit untuk berbaur dengan teman-temannya. Ketika anak-anak lain menikmati masa kecilnya, bocah itu harus di jaga dengan baik agar sakitnya tidak mudah kambuh. Ia tak boleh kelelahan dan tak boleh berada di tempat yang banyak polusi. Ia harus selalu mendapatkan udara yang bersih agar astmanya tidak kambuh.

"Phi kau tak boleh memanjakannya seperti itu. Baru minggu lalu kau membelikannya mainan, lalu sekarang kau sudah membelikannya lagi?" ucap sang istri.

"Itu bukan urusanmu! Aku Daddynya, jadi aku berhak memanjakannya. KAU TAK ADA HAK UNTUK MELARANGKU!" ucap pria itu menekankan kalimat akhirnya.

"Daddy, jangan marah naa.. Zio takut. Hikksss.." isak sang bocah yang bernama Zio itu sambil menarik-narik baju sang Daddy.

"Daddy gak marah kok sayang. Ayo kita masuk ke dalam. Zio udah main dari tadi, kan?" ucap Joe lembut yang di balas anggukan sang putra.

Joe menggendong tubuh mungil Zio lantas masuk ke rumah meninggalkan Briana yang saat ini terlihat kesal. "Huh menyebalkan. Gak Daddy, gak anaknya sama-sama gak ada yang nurut." kesal Briana lalu mencebikkan bibirnya.

Dua tahun sudah Briana menjadi, istri Joe namun sampai saat ini wanita itu belum mendapatkan cinta dari sang suami. Walau serumah dan sekamar namun Joe tidak pernah mempedulikannya. Joe seakan menganggap Briana tak ada. Bahkan Joe lebih sering untuk tinggal di luar daripada di rumah.

Sang Mama mertua pun, kini tidak lagi tinggal dengan Briana dan Joe. Sebab sekarang, pria itu sudah membeli rumah sendiri yang dekat pegunungan. Ia memilih itu karena udara yang masih segar baik untuk kesehatan Zio.

𝕂𝕠𝕟𝕥𝕣𝕒𝕜 (𝙀𝙉𝘿)DITERBITKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang