CHAPTER IX

937 81 7
                                    

"Dokter Lee saat ini sedang mengandung."

"Perkiraan saya, kandungannya sudah memasuki usia 3 minggu."

⭐⭐⭐⭐⭐

Hawa dingin begitu terasa akibat salju yang terus berjatuhan sepanjang hari.

Membuat banyak orang lebih memilih untuk bersembunyi di balik selimut tebal mereka.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang sedang pria ini lakukan.

Pria muda berusia 20 tahun ini masih bersembunyi di balik selimutnya.

Bahkan ia tak peduli dengan jam yang hampir menunjukkan pukul 7 pagi.

Hawa yang cukup dingin membuatnya merasa malas untuk bangun.

Dirinya lebih memilih kembali ke alam bawah sadarnya.

Namun, sayangnya hal itu tidak dapat ia lakukan kembali.

Tidurnya terganggu berkat suara keras yang tercipta dari luar kamarnya.

Dengan cepat ia beranjak keluar dari kamar dan menghampiri suara tersebut.

"KAU MAU MEMBAKAR DAPURKU YA!!!" teriaknya ketika melihat asap yang hampir memenuhi ruangan dapur.

Ia segera menarik si pelaku dan membawanya ke ruang tengah.

"Lepaskan! Tanganku sakit!" jerit seorang gadis.

"Aku sudah mengatakan berulang kali padamu untuk tidak menyentuh dapurku!!!" kesal pria itu.

"Aku lapar dan ingin membuat makanan, Tuan Niki!" balas Rei tajam.

"Kau bukan ingin membuat makanan, tapi ingin membakar tempat ini!" kesal Niki.

"Kalau begitu biarkan aku pergi agar tidak membakar tempat ini!" kata Rei santai.

Niki tersenyum sinis mendengarnya.

"Jangan harap kau bisa lepas dari sini, Nona."

"Bajingan!!!" umpat Rei.

"Sepertinya kau tidak mengerti tentang kesopanan. Aku adalah pemilik agensi tempat kau bekerja, Nona. Perhatikan mulutmu sebelum bicara." tegur Niki.

"Aku bukan lagi bawahan di agensimu. Setelah hampir seminggu kau mengurung diriku di sini, sepertinya aku hampir melupakan identitas diri sendiri." ejek Rei.

"Lalu, apa kau bilang? Sopan santun? Aku sendiri di sini lebih tua darimu, tapi kau sama sekali tak peduli dan berbuat sesuka hatimu."

"Jadi, siapa yang tak punya kesopanan di sini?" lanjutnya.

Niki kini memandang tajam gadis di depannya.

Perlahan ia maju mendekati Rei.

Rei langsung melangkah mundur ketika Niki mulai maju mendekatinya.

Pandangan mata Niki yang tajam membuat nyali Rei menghilang begitu saja.

Rei terus melangkah mundur hingga akhirnya ia terjatuh di sebuah sofa besar yang berada tepat di belakangnya.

Niki kemudian langsung mengurung pergerakan gadis itu dengan kedua tangannya.

Wajahnya ia dekatkan hingga kini hampir berjarak 10 cm tepat di depan wajah Rei.

Rei sama sekali tidak berani mengeluarkan suaranya.

Ia menutup kedua matanya ketika jarak wajah mereka semakin dekat.

Niki memandang gadis di bawahnya yang menutup mata.

Pandangannya tidak pernah beralih ketika menatap wajah cantik tersebut.

My Fault's | HEESEUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang