Bab.6.c

952 133 3
                                    


Seseorang yang baik untukmu tak selalu datang saat kau berkata "kau menginginkannya". Kadang ia datang setelah kau lelah berjuang dengan lukamu.

Nana menarik dirinya, berusaha untuk mengambil napas dan menyadarkan dirinya kalau apa yang dilakukannya itu masih sulit untuk diterima pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana menarik dirinya, berusaha untuk mengambil napas dan menyadarkan dirinya kalau apa yang dilakukannya itu masih sulit untuk diterima pikirannya.
Meski tidak secara kasar, tapi Jeno tahu kalau Nana berusaha agar tidak terlalu terhanyut dalam keadaan.
Dia bisa mengerti hal itu, tidak mungkin Nana bisa secepat itu terbiasa dengan apa yang dilakukannya, dia bukan wanita yang gampang mengubah perasaannya.

Kini sekarang mereka saling tertunduk bingung. Entah apa yang harus mereka bahas setelah apa yang mereka lakukan beberapa saat lalu. Haruskah Nana mengatakan kalau dia sedang bingung dan hanya mengikuti suasana yang Jeno ciptakan?
Tidak, sepertinya lidah Nana tidak sanggup berkata seperti itu, entah kenapa dia juga tidak mengerti.

"A-aku mau lanjut sarapan." Hanya itu yang dikatakannya setelah itu dia beranjak dari kasur.

Dengan perasaan yang campur aduk, dan detak jantung yang tidak karuan, Nana terus berjalan keluar sambil membawa nampan berisi sarapannya. Kemudian ia duduk bersila di ruang tengah, memalingkan pikirannya dengan cara menghabiskan makanannya.

Apa mungkin ini saatnya gue berhenti? Gue tau, pasti nggak akan segampang itu ngelupain kak Jeff, tapi gue juga nggak bisa nolak keberadaan Jeno. Jeno baik, walaupun dia cacat but...so what? Gue nyaman sama dia. And why? Kenapa gue ngerasa kalo semua yang dia lakuin ke gue itu emang apa yang gue butuhin?

Batin Nana.

Tak lama kemudian terdengar suara Jeno menutup pintu kamar, pria itu membawa beberapa pakaian kotor dari kamar untuk dimasukan ke mesin cuci. Sontak Nana menunduk tak mau bersitatap dengan sang suami, dia berharap kalau Jeno tidak akan memerhatikannya.







Hal itu terus berlanjut hingga hari-hari selanjutnya. Nana masih menghindari Jeno, selama Jeno libur istirahat di rumah, Nana berusaha mencari kegiatan lain agar tidak berdekatan dengan Jeno.

Ia masih bingung dengan perasaannya sendiri. Beberapa hari lalu ia baru saja merasa sangat kecewa dan sangat ingin mengakhiri hidupnya, kemudian Jeno datang menyelamatkannya, sampai akhirnya Nana harus terbawa dengan suasana yang Jeno buat, berciuman di tengah-tengah rasa sakit yang Jeffrey buat. Dan anehnya Nana tak ingin mencegah lagi jika otaknya memikirkan Jeno.

Sekarang ia melihat pria itu sedang tidur di sofa ruang TV. Lebih tepatnya ketiduran setelah menyelesaikan pekerjaan kantor yang dikirimkan padanya selama liburan istirahat yang pak Agung berikan.

"Gue nggak tau kenapa jadi begini. Walaupun gue nggak pengen semua ini terjadi, tapi kenapa lo terus muter-muter di pikiran gue? Kalau sampai lo tau, apakah lo bakal ngejek gue? Gue yang tadinya bersumpah nggak akan pernah ngelihat lo, apalagi sampai mikirin lo," ucap Nana sambil duduk bersila di atas sofa yang berseberangan dengan Jeno, wanita itu memangku dagu dengan satu tangannya sambil terus berpikir tentang keanehan yang terjadi padanya.

BE HERE FOR YOU (GS/LOKAL)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang