Bab.7.c

1.3K 141 16
                                    

Sekarang Nana sedang berada di dalam mobil bersama dengan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang Nana sedang berada di dalam mobil bersama dengan Jeno. Ia benar-benar meninggalkan Chennie bersama Gie di rumah sakit, karena tak ingin mengganggu.

"Sebenarnya ada apa? Apa Chennie ada urusan mendadak?" Kata Jeno dalam bahasa isyarat satu tangan.

"Yah, urusan mendadak banget. Tiba-tiba aja Gie nyatain perasaannya. Akhirnya setelah sekian lama aku kompor-komporin mereka."

Jeno tampak mencerna perkataan Nana, dan setelah itu tersenyum.
"Benarkah? Berarti sekarang mereka sudah nggak bisa bohong lagi soal perasaan mereka?"

Nana mengangguk sambil tersenyum.
"Yeah, perempuan itu kan memang suka diperjuangkan. Contohnya aku, walaupun aku udah kehilangan kehormatanku, tapi aku masih ingin diperjuangkan oleh lelaki. Padahal, harusnya aku bersukur kalau aku melihat ke sekeliling aku, kan?"

Jeno tidak menjawab, ia malah beralih menepikan mobilnya di bahu jalan.

"Kok berhenti?"

Jeno masih tak menjawab, menatap mata Nana untuk beberapa saat dan kemudian dia membelai surai sang istri.

"Kamu udah lebih dari cukup dari sekadar keistimewaan yang Allah berikan untukku, Na. Jadi, tolong jangan bicara mengenai hal-hal yang bisa merendahkan diri kamu, terhadap siapapun. Kamu wanita yang baik, dan yang terpenting sekarang adalah kamu bisa mengikhlaskan segalanya, dan terima kasih kamu sudah berusaha menerima aku. Allah pasti tahu setiap apapun yang terjadi dengan hambanya."

Nana hanya tersenyum haru melihat Jeno bicara seperti itu dengan bahasa isyaratnya dilengkapi dengan senyuman manis pria itu.

"Aku nggak tau kebaikan apa yang udah aku perbuat selama ini, karena yang aku inget aku cuma anak manja yang selalu bikin orang tuaku kecewa dan selalu berbuat dosa. Tapi Allah ngirimin mas untuk jadi suamiku, walaupun di awal pernikahan kita aku udah sering banget ngelukai hati mas, tapi mas masih tetap bertahan. Aku nggak tau harus ngelakuin apa buat ngebales semua kebaikan Allah sama aku, dan harus gimana juga aku ngebales semua kebaikan mas selama ini."

Senang sekali Jeno mendengar hal itu keluar dari mulut Nana, dengan lembut tangannya membelai pipi Nana.
"Kamu nggak perlu berbuat banyak untukku, cukup jadi istri yang berbakti. Jangan berhenti bersyukur sama Allah dan jalankan semua perintahNya serta menjauhi laranganNya. Hanya itu yang paling pas untuk kamu lakukan."

Nana mengangguk sambil kembali duduk ke posisinya.
"Kalau gitu nanti malam mas bisa pulang lebih awal, kan?"

Jeno hanya mengerutkan keningnya.

"Aku bakalan ngikutin apa yang mas bilang barusan, aku bakal jadi istri yang berbakti dengan melayani mas sebagai suamiku."

Detik itu juga tubuh Jeno serasa menegang, keringat mulai bercucuran akibat ucapan serta tingkah laku Nana yang membuat pikirannya jadi traveling jauh.











BE HERE FOR YOU (GS/LOKAL)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang