Bab.7.b

951 121 0
                                    

Hari-hari berlalu dengan seiring berkembangnya hubungan antara Nana dan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari berlalu dengan seiring berkembangnya hubungan antara Nana dan Jeno. Meski belum bisa dikatakan mereka sudah sepenuhnya bersikap sebagai suami-istri, namun setidaknya sekarang Nana sudah bisa menerima Jeno di sisinya. Bahkan diam-diam Nana berusaha belajar bahasa isyarat agar ia bisa dengan mudah berkomunikasi dengan Jeno.
Entah keinginan itu sejak kapan mendesaknya untuk mempelajari sesuatu yang sejujurnya cukup sulit untuknya, namun yah itulah yang Nana lakukan. Membaca beberapa buku bahasa isyarat dan menonton video tutorial di internet, setidaknya sekarang ia sudah cukup mengerti meski untuk menjawab dengan bahasa yang sama masih sulit.

Kehamilannya sudah menginjak usia 5 bulan, perutnya sudah mulai membesar dan berat badannya bertambah, setiap malam Nana merasakan sakit di punggungnya, dan saat itu pasti akan ada Jeno yang membantunya untuk menghilangkan rasa sakit.

Awalnya Nana merasa sangat bodoh apabila dirinya bertahan dengan kehamilannya, karena saat ini yang ia inginkan adalah melupakan Jeff, namun Jeno tidak menyetujui pemikiran itu. Meski Nana ingin segera melupakan Jeff, namun wanita itu tetap tidak boleh menyingkirkan bayi yang ada di dalam kandungannya.
Jeno meminta Nana agar bisa lebih ikhlas dan qana'ah dalam menerima takdir yang Allah berikan padanya. Bayi itu tak bersalah, dan Jeno sudah berjanji akan menjadikan bayi itu sebagai anaknya.
Begitu pun dengan saran dari semua sahabat Nana, Nana harus mempertahankan bayi itu meski ia sangat ingin melupakan Jeff.

Dan siang ini Nana sedang berada di ruang periksa bersama dengan Gie dan Chennie. Ya, hari ini Jeno ada rapat penting bersama pak Agung, jadi ia meminta tolong pada Chennie untuk menemani Nana periksa ke rumah sakit.

Nana beranjak duduk di kasur, membiarkan seorang suster merapikan pakaiannya, sementara Gie tengah melihat ke arah layar komputer yang tengah memperlihatkan hasil USG yang baru saja Nana lakukan.

"Bayinya laki-laki, detak jantungnya normal, dan semuanya baik-baik aja." Setelah mendengar penjelasan itu dari Gie, Nana dan Chennie kelihatan lega. Terutama Nana, ia sangat lega bahwa anak itu lelaki, karena meski tanpa ayah kandung pun kelak anak itu tidak akan kesulitan, terutama di persoalan wali.

"Selamat ya mbak, bentar lagi aku bakalan punya ponakan lelaki," kata Chennie yang memang sangat senang pada anak-anak.

"Ponakan kamu? Yang bener ponakanku lah," celetuk Gie menimpali yang lekas membuat Chennie mendelik ke arah pemuda itu.
"Ponakan aku juga lah, iya kan mbak?"

"Iya iya...ponakan kalian berdua deh. Heran, kenapa sih kalian masih aja berselisih? Bukannya udah baikan?"

"Mas Gie duluan tuh."

Gie yang masih menghadap komputer, diam-diam tersenyum.

"Kalau aja mas Gie nggak cari-cari perkara terus-"

"Ck! Gie itu cari perkara sama kamu karena dia tertarik sama kamu Chen."

Sontak keduanya berbalik menatap Nana dengan mimik wajah terkejut.
"Huh?" Pekik Gie.

BE HERE FOR YOU (GS/LOKAL)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang