"Jadi... kau ini stalker?" tanya Soobin kepada Yeonjun yang berjalan di sebelahnya. Setelah berdiam di UKS, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang bersama; paksaan dari Yeonjun sih.
"Kurang lebih begitu? Tapi tujuanku hanya untuk memastikan kalau kamu aman dan bahagia. Aku menyukainya," jawab Yeonjun.
"Menyukai apa?"
"Senyum milikmu," ucap Yeonjun membuat Soobin berhenti berjalan di tengah-tengah trotoar.
"Kamu sangat manis," ucap Yeonjun membuat Soobin bergidik ngeri. "Kenapa kau dengan santainya mengatakan itu?" tanya Soobin merespon ucapan Yeonjun.
"Kenapa kamu juga?" tanya Yeonjun kembali sembari mengelap kamera ponselnya.
"Aku kenapa?" tanya Soobin sembari menutupi wajahnya karena takut akan difoto lagi oleh Yeonjun.
"Kenapa kamu santai saja berbicara denganku, meskipun kamu tahu aku stalker?" tanya Yeonjun kembali membuat Soobin bertanya-tanya mengenai dirinya.
"Heh, kata siapa?" ucap Soobin sembari menyeringai kecil. "Aku bisa saja melaporkanmu ke polisi sekarang," imbuhnya.
Yeonjun mengendikkan bahunya. "Aku tahu kamu tidak akan melakukan itu, Soobin," ucapnya dengan yakin.
"Kamu terlalu baik dan mudah untuk dibodohi."
BUGH!
Kepalan tangan Soobin mendarat di pipi Yeonjun. Orang-orang yang melintas mencoba menghentikan Soobin yang seperti akan memukul lagi.
"Berbicara macam-macam lagi, awas kau!" ucap Soobin sembari melepaskan pegangan orang yang menahannya, lalu berjalan meninggalkan Yeonjun di sana.
Yeonjun memegang pipinya yang nyeri sembari memberikan senyum tipis kepada orang-orang barusan. "Kami hanya bertengkar kecil, terima kasih sudah menghentikan. Yang tadi itu salah saya duluan, permisi," ucapnya kemudian mengikuti Soobin.
"Pukulanmu sakit juga, ya? Padahal, kamu bisa memukul Hyunseok seperti kamu memukulku barusan," ucap Yeonjun sekali lagi membuat Soobin berhenti di tempat.
"Kau tahu tonic immobility?" tanya Soobin kepada Yeonjun, Yeonjun menganggukkan kepalanya.
Fyi: tonic immobility adalah kelumpuhan sementara pada seseorang saat menghadapi ancaman intens.
"Korban kekerasan seksual seperti diriku mengalami hal yang seperti itu," ucap Soobin dengan tangan gemetaran.
"Maaf... aku tidak mengontrol mulutku barusan, aku benar-benar minta maaf," ucap Yeonjun dengan nada dan ekspresi yang memperlihatkan bahwa ia sadar ia benar-benar salah karena telah mengatakan itu.
Soobin tersenyum kecil kepadanya. "Tidak apa-apa," ucapnya. Dan Yeonjun tidak bisa berpaling dari senyuman itu.
"Tapi..." Senyuman Soobin kembali pudar, digantikan dengan tatapan memicing, "bagaimana bisa, kau tahu aku diperkosa? Bukankah setiap guru hanya menginfokan kalau aku dan si bajingan itu melakukan tindakan tak senonoh?"
Yeonjun bodoh...
"Uh! Itu... Aku..." Yeonjun akhirnya menyerah dan berlutut di depan Soobin. "Maaf karena aku membuntuti dirimu sampai ke kamar mandi."
Pernyataan Yeonjun membuat Soobin murka seketika.
PLAK!
"Maafkan akuuu..." rengek Yeonjun saat merasakan kedua bagian pipinya nyeri karena pukulan dan tamparan.
"DASAR KAU INI!" amuk Soobin sembari berkacak pinggang kepada Yeonjun yang masih berlutut di hadapannya. Pejalan kaki yang lewat tertawa melihatnya. Mereka pikir, ini hanya kesalahpahaman anak muda yang dimabuk cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empower
FanfictionSoobin mengungkap kasus kekerasan seksual yang dialaminya bersama stalker yang selalu membuntuti dirinya; Yeonjun. ⚠️trigger warning: mention rape, stalking, sexual harassment, grooming, bullying, violence, drugs dom: yeon sub: bin ©2022, sauceiopath