Chapter 12: Location Unknown

679 122 27
                                    

Update lebih awal soalnya ini mau ngerjain tugas 🏃🏃‍♀️

•••

Sebuah kilatan petir membuat suasana bangunan tinggi di depannya ini semakin suram. Hujan yang deras membuat sopir yang mengantarnya kalang kabut mengambil payung agar dia tidak kebasahan.

"Wah, Nak. Hujannya masih sangat deras. Kamu tidak apa-apa kalau harus menunggu lebih lama di mobil?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya sembari memasang tudung hoodie. Ia membayar sopir itu kemudian mengucapkan terima kasih.

Rasanya lebih baik dia kehujanan daripada berada di dalam mobil bersama sopir yang bercanda tentang hal seksis.

Ia berlari menuju rumah besar itu hanya dengan hoodie sebagai pelindung, yang kini bahkan sudah basah kuyup.

Dan akhirnya, ia sampai di teras rumah besar itu. Berdiri di depan pintu selama beberapa menit; membuat sebuah genangan air yang menetes dari tubuhnya.

Sedikit ada rasa ragu dalam dirinya. Kalau dia menekan tombol, apa yang akan pertama kali menyambutnya?

Tapi berdiam diri di luar rumah pada pukul 7 malam bukanlah ide yang bagus. Apalagi dengan kondisi badai petir dan sekujur tubuhnya basah kuyup.

Dan finalnya, ia menekan tombol bel rumah itu. Kemudian pintu itu terbuka, menampakkan kehangatan ruangan di dalam sana.

"Halo- EH, SOOBIN?!"

Dia, Soobin. Tersenyum kecil dengan lesung pipi menghampiri kedua pipinya ketika melihat sosok itu. Seorang perempuan yang berusia kisaran 23 tahun di depannya itu bereaksi dengan heboh.

"APA YANG TERJADIII???" tanyanya dengan ekspresi khawatir.

"Haha... paman menyuruhku datang kemari," ucap Soobin dengan senyum canggung, "Kak Yewon," imbuhnya.

Yewon langsung menyeret Soobin untuk masuk ke dalam rumah kemudian berlari mencarikannya handuk dan pakaian ganti.

Soobin mendudukkan dirinya di sofa sembari menunggu sepupunya kembali. Ia melirik interior rumah yang cukup banyak yang berubah selama terakhir kali ia kemari.

Itu dua tahun yang lalu. Sebelum Soobin diberitahukan oleh pamannya kalau dia dibelikan rumah oleh kedua mendiang orang tuanya.

"Bibi di mana?" tanya Soobin ketika Yewon sudah kembali.

"Masih ada urusan di luar negeri," ucap Yewon sembari tersenyum, "urusan menghabiskan uang." Lalu senyumannya pudar.

Soobin tidak tahu harus bereaksi apa.

"Anyways, Ayah belum pulang dari kantor. Jadi kamu mandi, ganti baju dulu, lalu kita mengobrol sebentar di sini," ujar Yewon sembari pergi ke dapur untuk membuatkan Soobin teh hangat.

"Iya, terima kasih, Kak. Maaf merepotkan."

"Halahh jangan seperti itu. Sudah, sana ganti baju!"

Soobin melanjutkan jalannya menuju kamar mandi. Jujur dia agak lupa sih kamar mandinya di sebelah mana, tapi seingatnya sih di ujung lorong.

"Oi!"

Soobin menoleh ke sebelah kanannya, sebuah kamar terbuka dengan sosok anak laki-laki memanggilnya.

"Tumben ke sini?" tanyanya dengan nadanya yang menyebalkan itu.

Soobin memiringkan kepalanya lalu tersenyum. "Hai, Dayoon. Lama tidak ketemu," sapanya.

Dayoon mendengus. "Kupikir sudah melupakan keluarga," ucapnya sembari berjalan menuju Soobin.

Keluarga? Apakah kalian masih menganggapku sebagai keluarga?

EmpowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang