tw/ misogynist dialogue, bullying
•••
"Wah... tidak menyangka kau benar-benar pintar bermain piano," puji Soobin pada Hueningkai yang kini pipinya sudah semerah tomat.
"Kurasa aku akan terbang," ucap Hueningkai membuat Soobin sontak tertawa dan menepuk-nepuk kepalanya.
"Eh?" ucap Hueningkai kebingungan, Soobin langsung tersadar akan tindakannya lalu buru-buru minta maaf.
"Aku tidak bermaksud— ah Hueningkai maafkan aku!" Soobin membungkukkan badannya berkali-kali, Hueningkai tertawa melihatnya.
"Tidak apa-apa, Soobin. Aku... aku menyukainya," ucap Hueningkai dengan senyum manis.
Wajah Soobin terasa terbakar karena malu.
"Ngomong-ngomong, ayo pindah ke sofa," ajak Hueningkai sembari berdiri dari kursi kecil yang ia duduki saat bermain piano.
Soobin duduk di sofa berwarna merah magenta itu dengan gugup. Untuk mencairkan suasana, ia berceletuk, "Luas, ya?"
Hueningkai menaikkan sebelah alisnya. "Tempat ini?" tanyanya dijawab anggukan oleh Soobin.
"Ya, begitulah. Dulu, organisasi kami termasuk organisasi yang besar..." Hueningkai tersenyum sembari melihat langit-langit ruangan itu. "Jadi, kami mendapatkan perlakuan spesial dari pihak sekolah. Karena menghasilkan banyak pemasukan dari majalah."
"Lalu... pada saat senior-senior lulus, hanya kami yang tersisa. Dan saat pendaftaran organisasi dibuka, izin untuk membuka pendaftaran itu dicabut."
Soobin membulatkan matanya dengan syok. "Oleh siapa?" tanyanya.
Hueningkai menggigit bibirnya sebelum menjawab, "Hyunseok Lee."
Sontak Soobin membeku mendengar nama itu. 1. Karena dia trauma, dan 2. Ia menyadari bagaimana orang-orang hancur gara-gara Hyunseok.
"Saat kelas sebelas. Organisasi ini seperti diminta untuk berhenti secara tidak langsung," ucap Hueningkai, "senior-senior yang bergabung tiba-tiba keluar dari organisasi saat menjelang ujian kelulusan. Mereka bilang, ada alasan di balik itu."
"Itu tahun-tahun terberat bagi organisasi ini. Senior-senior yang keluar, lalu teman-teman seangkatan lain juga. Mereka pikir, tidak ada untungnya bertahan di organisasi yang tidak bergerak sama sekali."
"Lalu akhirnya Taehyun menjadi ketuanya, dia mengambil alih organisasi ini dan berjuang keras agar organisasi ini bertahan." Hueningkai mengepalkan tangannya, seperti menahan amarah.
"Lalu apa yang terjadi?" tanya Soobin semakin penasaran.
Hueningkai tertawa dengan hambar. "Organisasi kami diblokir."
Soobin kembali syok.
"Taehyun menyebarkan berita mengenai bagaimana kesaksian para senior yang diancam agar meninggalkan organisasi. Mereka yang ikut organisasi diancam akan dikurangi nilai rapor mereka, di masing-masing mata pelajaran."
Soobin semakin syok.
"Dan ya, akhirnya organisasi kami diblokir. Tapi Taehyun bilang, organisasi ini harus tetap berjalan seperti oksigen," Hueningkai menoleh ke arah Soobin sembari tersenyum, "tidak terlihat dan tidak terasa, tapi akan selalu ada."
•••
Soobin berjalan di koridor sembari melamun. Kembali dari ruang organisasi, ia tak bisa berpikir dengan santai. Meskipun pikirannya memang berat terus, sih.
"Wah, ada si submissive cantik~ Hai Soobin!"
Soobin menghela nafas ketika ia mendengar suara itu. Yungseob, orang yang sama dengan orang yang melecehkannya di kelas waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empower
FanfictionSoobin mengungkap kasus kekerasan seksual yang dialaminya bersama stalker yang selalu membuntuti dirinya; Yeonjun. ⚠️trigger warning: mention rape, stalking, sexual harassment, grooming, bullying, violence, drugs dom: yeon sub: bin ©2022, sauceiopath