Pagi itu Yoongi pergi ke mansion setelah mendapat kabar Darren memanggilnya. Dalam kepalanya saat ini cuma memikirkan hukuman apa yang akan diberikan Darren setelah mengetahui dia bersetubuh dengan musuhnya—Elena—kemarin. Yang dia tahu Elena dan Lauren bakal mati hari ini, dia tidak keberatan dengan apapun dan tidak peduli, selain nyawanya sendiri.
Pria itu sampai di depan pintu ruangan Darren. Mulai yakin kalau Darren jarang sekali pergi ke perusahaannya dan suka berada di ruang kerja mansionnya. Dia berjalan masuk setelah bodyguard yang berdiri di depan pintu mengabari kedatangannya pada Darren.
"Selamat pagi, mr. Pierson," sapanya dengan wajah serius.
"Yoongi, kan?" tanya pria itu, menutup berkas yang Yoongi yakin adalah informasi tentang dirinya.
"Ya, sir."
Darren bangkit dari kursi kerjanya yang terlihat sangat nyaman. Bersandar di depan mejanya dan menatap Yoongi dari atas sampai bawah. Menilai entah apa dari penampilan Yoongi.
"Kau benar-benar sangat berpotensi," ucap Darren. Kepala Yoongi mendongak menatap mata Darren untuk beberapa saat. "Aku dengar kau yang melaporkan perbuatan Maurielle di kelab beberapa hari yang lalu. Aku sangat menyukai informasi itu," puji Darren terkekeh, melipat tangannya depan dada. "Aku jarang berterima kasih pada orang-orang sepertimu—"
Yoongi dalam hatinya menarik satu sudut bibir. Fakta Darren jarang berterima kasih kepada orang yang melaporkan Maurielle tentu saja karena orang-orang itu sudah lebih dulu mati di tangan anak gadisnya sendiri. Tetapi mengetahui yang satu ini dibahas lagi membuat bulu kuduknya berdiri, dia masih menunggu kapan Elle bakal membunuhnya seperti yang lain.
Dia pikir kemarin sudah tertangkap basah di dalam toilet. Mungkin Elle bakal balas dendam melaporkannya pada Darren melihat reaksi saat mereka bertemu hari itu. Dia terlihat marah, pikir Yoongi mungkin karena Yoongi menganggap bersetubuh dengan musuh Darren adalah hal yang salah tetapi kemudian dia juga melakukan hal yang sama. Yoongi dengar Elle ke perusahaan itu karena bertemu Lauren, dia pikir dia sudah paham apa yang dilakukan gadis itu di dalam ruang kerjanya.
"Karena informasimu itu aku jadi ingin membuat tim untuk mengikuti kemana Elle biasanya pergi seharian. Dia tidak bisa dipercaya sama sekali."
Rasanya Yoongi mau kabur saat itu juga. Tampaknya semua orang juga tidak akan mau mengikuti Elle. Itu pekerjaan paling berat, harusnya masuk ke gaji golongan pertama di atas gaji para tim eksekutor. Di atas gaji Simon mungkin. Taruhannya nyawamu.
"Bagaimana menurutmu?"
Yoongi mau berkata jujur saja kalau dia takut dan tidak ingin berada dalam tim itu. "Kurasa nona Maurielle tak bakal menyukainya."
Darren tertawa mendengar jawabannya. Dia mengangguk-angguk setuju kemudian berjalan mendekati Yoongi. "Ya, dia punya image buruk di mata orang-orangku."
Jadi, Darren tahu tentang itu. Mungkin sebagian dan tidak sedetail sampai mengetahui fetish anaknya yang mengerikan.
"Sudah, pergilah. Terima kasih sudah meluangkan waktu kemari. Nanti kusuruh Simon mengatur bonusmu," ucap Darren, menepuk pundaknya beberapa kali kemudian kembali duduk di kursinya. Yoongi membungkukkan badan sebelum berbalik dan pergi dari ruangan Darren.
Keluar dari ruangan itu kepalanya tak berhenti menengok kesana kemari. Dia tidak yakin mencari siapa. Yoongi mengeratkan jaket kulit hitamnya. Selanjutnya mengabaikan perasaan dan pergi darisana tanpa lama-lama lagi.
Dia membawa mobil Gwagon ingin kembali ke XBS. Hari terakhir mengurusi kasus ini. Namun, baru saja ingin belok keluar gerbang utama, Yoongi buru-buru menginjak pedal remnya. Menemukan seorang gadis yang berdiri di tengah jalan melarang mobilnya melaju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellegirl [M] ✔
Fanfic❝𝘐'𝘮 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘥, 𝘣𝘶𝘵 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘰𝘳𝘴𝘦 𝘢𝘭𝘸𝘢𝘺𝘴 𝘣𝘦 𝘺𝘰𝘶𝘳𝘴.❞ [21+] [M] [⚠️] [VERY EXPLICIT] [🔞] - Maunya Yoongi cuma pergi ke California dan menjadi anak buah pebisnis kaya raya, Pierson Group. Tinggal di apartemen dan dibayar ma...