32. there are clouds on the horizon

1K 92 8
                                    

1k pembaca !! Thank youu !!

warning for this chapter: violence, blood, murder, mental issue

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Yoongi terbangun pukul 10 siang dan menyadari tidak ada Maurielle di sampingnya atau dimana-mana di apartemennya. Matanya melirik segala penjuru kamar, lalu menemukan secarik kertas sticky note berwarna ungu di televisi. Ia beranjak pergi kesana, mendekat, membaca isi pesan yang ditulis dengan spidol putih.

' Elle lagi beli
tampon di
minimarket!
^^ '

Ia menyimpan sticky note barusan di laci. Sedikit kesal karena gadis itu tidak membangunkannya saja daripada menempel secarik kertas tak berguna itu ketika ia mau pergi.

Kakinya melangkah keluar. Melihat pohon natal besar yang berdiri di ruang tengah. Tangannya mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di meja dekat televisi, ia juga menemukan milik Maurielle yang mungkin lupa dibawa. Cuaca hari ini cerah, menurut prakiraan tidak akan ada badai salju meskipun suhu masih terus menurun. Namun begitu ia tetap menikmati secangkir americanonya di balkon, menatap pemandangan San Jose di depannya.

Yoongi menyalakan ponselnya yang sengaja dimatikan dua hari ini. Dia tidak mau diganggu, selalu begitu saat bersama Maurielle. Sebenarnya, kalau Elle tidak pergi ponselnya akan tetap mati. Dia tidak ingin momennya diganggu, cukup berdua saja dengan Maurielle melupakan dunia dalam virtual.

Banyak pesan berlomba-lomba masuk menyapa bilah notifikasi. Kebanyakan dari grup tim penguntit Darren yang dua hari kemarin masih bekerja. Kemudian Yoongi membuka pesan yang dikirim Seonwoong.

Seon Hyung
Natal sebentar lagi, kau tidak pulang ke Korea?

Jarinya bergerak mengetik balasan sambil menyeruput americanonya.

Tidak, kau pikir perjalanannya sekadar dari seoul ke Daegu?

Selanjutnya ia juga menemukan pesan yang dikirim Hazel, gadis itu berterimakasih tentang malam di klub, kemudian mengajaknya pergi lagi keesokan malamnya, tapi waktu itu Yoongi keburu mematikan ponselnya dan tidak membalas pesan-pesan ini.

Inginnya menghubungi Maurielle, tetapi gadis itu tak membawa ponselnya. Yoongi berdiri disitu saja, menikmati angin semilir dingin, bersama es americano-nya.

~❉~

Sementara Maurielle di tempat lain tersungkur setelah merasakan pipinya ditampar telapak tangan dengan kencang. Gadis itu meringis merasakan cairan panas turun dari hidungnya. Kepalanya pening seperti biasa, kalau dahinya dipegang, darah pasti menempel semua di tangan.

Seingatnya ia baru melangkah keluar dari gedung apartemen untuk ke minimarket kecil dekat sana, sebelum tubuhnya ditarik oleh beberapa orang berbadan besar—yang biasa membawanya menghadap Darren—dan ya berakhir lagi di ruangan ini bersama pria yang sedang melipat kedua tangannya depan dada, tidak merasa bersalah sudah memukuli anaknya habis-habisan.

"Kalau kau menemuiku karena aku menjalin hubungan dengan salah satu anak buahmu, aku tidak akan peduli, aku tidak akan menjauhi—"

"Ssst," gumam Darren menyimpan telunjuknya di depan bibir gadis itu agar berhenti bicara. "Aku juga tidak peduli kau pergi ke ujung dunia sekalipun, bersama anak bernama Yoongi itu, Maurielle sayang," katanya, memberi penekanan kalau ia sebenarnya sudah tahu tentang hubungan Maurielle dengan Yoongi tanpa perlu gadis itu beri tahu. "Aku cuma merindukanmu. Seorang ayah yang rindu anaknya, memangnya tidak boleh?"

Ellegirl [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang