Keduanya benar-benar menghabiskan hari esoknya di dalam apartemen. Elle tidak bisa berjalan karena selangkangannya terasa perih, tetapi ia senang karena hal itu membuat Yoongi merasa bersalah dan terus berada di dekatnya. Pria itu selalu mengancam membuatnya tak bisa berjalan tapi ketika Elle benar-benar mengalaminya, dia jadi menyesal. Padahal kalau dipaksa melangkah sih jelas bisa, tapi Yoongi terus menawari gendongan kemana-mana, ya, Elle tidak menolak.
Siang itu keduanya di ruang tengah. Elle tiduran di sofa, menitah Yoongi menyalakan piringan hitam kemudian memasang ornamen-ornamen Natal yang belum selesai kemarin di tempat atau bagian yang ditunjuknya. "Letakkan disana," katanya. Yoongi menurut, menggantung ornamen berbentuk kepingan salju itu di salah satu sisi pohon sebelah kanan. "Eh, tidak. Ambil lagi, letakkan sebelah kiri saja." Yoongi mendengkus lalu mengambilnya lagi, menggantungkan ulang.
"Begini?"
Elle membentuk ibu jari dan telunjuknya seperti sedang merekam dengan kamera. "Hmmm, tidak juga. Ambil lagi."
"Disini?"
"Ke atas lagi."
"Ini?"
"Belum, naik lagi. Lompat!"
"Elle—" Yoongi tertawa mendekati gadis itu, menggelitiki tubuhnya. "Kau mengerjaiku, kan." Elle tertawa minta ampun. Yoongi beranjak lagi ketika lehernya ditahan dipelukan gadis itu. "Masih belum selesai," gumamnya. Bangun kemudian melanjutkan memasang lampu LED memutari pohon cemara besar itu. Elle bertepuk tangan ketika lampunya dinyalakan kemudian dipilih ke warna emas. Hasilnya seperti yang mereka harapkan.
"Ah, bintangnya!" seru Elle, menunjuk puncak pohon itu masih kosong. Bintangnya masih ada di dalam shopping bag yang lain. "Aku mau pasang."
"Nanti saja kan kau lagi sakit," sahut Yoongi, melempar bintangnya ke lantai kemudian mendekati sofa panjang. Ia bergabung disana. Memeluk Elle seperti koala. Di luar sana terjadi badai, jendelanya sesekali dihantam air hujan yang membuat suara nyaring.
"Yoon," panggil gadis itu.
"Hn?"
Yoongi membiarkan jarinya digenggam. Dia memejamkan matanya entah karena mengantuk atau terlalu nyaman mendekap Maurielle. Sementara Elle di depannya—memunggunginya—lagi mengamati jemari pria di belakangnya itu. Membandingkan dengan telapaknya yang mungil lalu mengernyit ngeri melihat urat-urat Yoongi. Tubuhnya langsung bergidik. "Yoon, tanganmu besar sekali ya," gumamnya.
Pria di belakangnya mengernyit, masih memejam. "Entah."
Elle belum selesai membandingkan panjang jari-jarinya dengan jari Yoongi. Dia menelan air liurnya menemukan seberapa panjang jari pria itu, menyadari kalau selama ini jari itu yang masuk ke dalam miliknya dan membuatnya klimaks berkali-kali. Elle bergerak merapatkan kakinya. Tapi kemudian ia penasaran, kepalanya tiba-tiba ingin melakukan hal yang sedikit lebih gila dari cuma memandang tangan yang membuatnya panas itu.
Elle sedaritadi tak merasakan Yoongi keberatan, jadi begitu saja gadis itu membawa tangannya barusan perlahan-lahan ke lehernya.
Yoongi baru merasa ada yang aneh ketika tangannya bergerak sendiri menggenggam erat sesuatu. "Apa yang kau lakukan?" tanya pria itu, begitu saja menarik tangannya membuat Elle sempat terkejut tapi kemudian tertawa. "Apa kau—"
Elle buru-buru menghentikannya bicara dengan menutup bibir pria itu dengan telapak tangannya. "Diam!"
Yoongi menyipitkan matanya kemudian menyeringai di balik telapak tangan Elle. Gadis itu buru-buru membalikkan lagi tubuhnya memunggungi Yoongi lalu meringkuk takut. Yoongi tertawa kencang, menidurkan lagi kepalanya dan memeluk Elle, berbisik sensual, "kau suka choker barumu?" Yang membuat Elle merasakan bulunya meremang sebelum Yoongi kembali diam dan menganggap barusan tak terjadi apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellegirl [M] ✔
Fanfic❝𝘐'𝘮 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘥, 𝘣𝘶𝘵 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘰𝘳𝘴𝘦 𝘢𝘭𝘸𝘢𝘺𝘴 𝘣𝘦 𝘺𝘰𝘶𝘳𝘴.❞ [21+] [M] [⚠️] [VERY EXPLICIT] [🔞] - Maunya Yoongi cuma pergi ke California dan menjadi anak buah pebisnis kaya raya, Pierson Group. Tinggal di apartemen dan dibayar ma...