70. Ending: live or die, don't cry over spilt milk

724 97 52
                                    

Seonwoong menatap sebuah pusara di bawahnya. Pria itu sudah lupa bagaimana caranya menangis, jadi cuma jatuh duduk di lututnya menyesali semua yang dia lakukan di waktu yang lama. Tangannya terangkat mengusap bagian nama itu. Untuk pertama kali ia bertemu lagi setelah sekian lama dilingkupi rasa bersalah, meski pertemuan ini sangat menyedihkan.

Ia mengeluarkan satu botol alkohol wiski mahal kesukaannya, membuka tutupnya kemudian ditaruh di atas tanah pusara itu.

"Maafkan aku," lirihnya. "Harusnya aku tidak membiarkanmu pergi ke Amerika waktu itu dan mati sia-sia seperti ini."

Seonwoong terkekeh kecil ketika akhirnya dia merasakan air matanya menetes juga. Dia pikir dia tidak akan menangis. Pria itu kemudian menaruh seloki di samping botol wiskinya, menuangkan sedikit. "Ini wiski kesukaanmu, harganya mahal sekali disini," ucap pria itu, tertawa. "Sekarang di bar-ku ada klub juga, kau mungkin tidak akan suka. Syukurlah aku tidak akan dimarahi olehmu," tambahnya. Kepalanya menunduk, Seonwoong pikir semuanya mudah, tetapi setelah ia mengobrol sedikit, ia jadi sangat merindukan pria itu. Ia lalu menangis sejadi-jadinya.

~❉~

Seonwoong melangkah masuk ke dalam ruangan, menarik nafas panjang lalu dihembuskan. Ia baru ingin bergerak melepaskan jasnya ketika tak sengaja matanya bersitatap dengan mata pria yang berbaring di atas ranjang rumah sakit itu.

"Hyung—"

"Min Yoongi, kau sudah sadar?!" serunya, terkejut setengah mati. Dengan gerakan kilat mendekati sebuah raga yang melirih barusan. Terlalu semangat, lupa kalau sahabatnya yang punya umur lebih muda 13 tahun darinya itu baru bangun dari tidur panjang, dia goyang-goyangkan tubuhnya beberapa kali. "Kau masih ingat denganku? Seonwoong, Seonwoong hyung!" tambahnya.

"...iya hyung—"

"Woah, senangnya, syukurlah kau baik-baik saja!" serunya lagi, lebih parah kini saking senangnya, tiba-tiba merunduk, menarik pria itu, memeluknya.

"Akhh—"

Seonwoong segera melepaskan sambutan sukacita itu. Terkejut tatkala mendengar pria di bawahnya mengerang kesakitan. "Astaga, maafkan aku."

Yoongi mengangguk kecil. Dia kembali berbaring dengan nyaman di ranjangnya. Matanya memejam, mencoba mengais ingatan yang tersisa di tengah sakit kepala tentang kenapa raganya berakhir berbaring dengan alat-alat bising di dekat kepalanya ini. Tangannya bergerak melepaskan sebuah penjepit yang ada di ibu jarinya.

—lalu begitu saja ia ingat. Matanya membulat, panik, memikirkan ada dimana dirinya sekarang, maksudnya, ya, jelas rumah sakit, tetapi...

"Aku di Korea?" serunya, bangkit duduk, lalu mengerang kesakitan lagi memegangi perutnya, langsung jatuh berbaring ke belakang. "Holy shit," umpatnya, meringis rasakan perutnya seperti dihujami jarum, ketika ia angkat telapak tangan, darah sudah menempel disana.

Kali ini setidaknya keberadaan Seonwoong berguna, dia segera menekan tombol untuk memanggil dokter. "Wah, sekarang kau juga mengumpat dengan bahasa Inggris," katanya, tertawa terbahak-bahak.

"Sial. Apa pula yang kau lakukan dengan setelan jas itu untuk menjengukku? Kupikir barusan aku sudah mati."

Seonwoong mendengkus menjawab pertanyaan Yoongi sebelum memindahkan tubuhnya ke samping karena ada dokter yang sudah masuk ke dalam ruangan. "Aku habis melihat makam adikku."

Ellegirl [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang