Chapter 47

122 15 2
                                    

Tidak tahu apa yang dikatakan Pixie, Elena melangkah pelan-pelan mendekati kulit senar lebat itu untuk memastikan. Semoga saja hanya binatang liar atau peri hutan yang jahil. Jika itu makhluk gabungan seperti centaur, chimera, atau semacamnya,  Elena mungkin harus membuang tenaga lebih untuk melawan  mengingat ini tengah hutan yang penghuninya tidak ramah.

Sinar lampu petromax menerangi kulit senar, sedetik dua detik dan seterusnya tidak ada apa-apa lagi. Mungkin itu hanya serangga-serangga yang tidak sengaja menabrak pohon, tetapi Pixie yang bersembunyi di saku long coat milik Elena terus saja gemetar dan takut.

“Tidak ada apa-apa, kita lanjutkan perjalanan.” Elena memutuskan untuk pergi, kembali berjalan masuk ke dalam pohon-pohon lebat. Sekitar beberapa langkah, Pixie keluar dari saku long coat-nya dan terbang tinggi sambil memekik.

“Yang mulia… lari!”

Belum sempat Elena menoleh ke belakang, salah satu kakinya lebih dulu dililit sesuatu yang dingin dan licin. Sungguh menjijikan, ia pun terjatuh lalu diseret ke belakang hingga tubuhnya membentur tanah dan lampu petromax jatuh dari tangannya.

Sepertinya ular raksasa, Elena berusaha menoleh ke belakang tetapi tidak bisa karena tubuhnya diseret cepat. Tangannya berusaha meraih akar-akar yang menjalar dan akhirnya bisa bertahan di salah satu akar. Elena menoleh sembari membalikkan tubuh, terkejut karena ada sesosok perempuan dengan ekor panjang. Oh, itukah Echidna yang dikatakan oleh Pixie? Rupanya sungguh mengerikan, meski berparas cantik tapi tubuh dari perut ke bawah perempuan itu merupakan badan reptil sejenis ular.

Elena menghentakan kaki agar lepas dari jeratan ekor Echidna yang menjijikan, tetapi tidak mudah karena merekat sangat erat.

“Kau manusia?” Echidna mendekatinya dengan bola mata berbinar. “Puluhan tahun belum ada manusia yang datang ke sini,” lanjutnya, lidahnya keluar seolah ingin menyantap Elena dengan segera.

“Aku bukan manusia.” Elena membantah, seketika matanya berubah menjadi merah serta menunjukan taring vampirnya.

“Ah, tidak heran karena manusia tidak punya nyali untuk datang ke sini. Tapi tidak apa-apa, aku akan tetap menyantapmu meski kau seorang vampir,” kata Echinda menyeringai garang sembari menarik kaki Elena lagi dengan cepat.

Elena membiarkan kakinya di seret dan…

BLASS

Gumpalan energi hitam menghantam Echidna hingga tubuhnya terpental ke kulit senar dan melesak ke dalam. Elena segera memukul ekor perempuan setengah ular itu hingga terlepas dari kakinya, kemudian bangkit berdiri sambil menghela napas.

Anyway, I’m not just a vampire,” kata Elena tenang sembari menatap Echidna yang tersangkut kulit senar pepohonan beringin.

Echidna perlahan keluar sambil menyeret ekornya, lalu menatap Elena penuh dendam dan kesal tidak terima dirinya dikalahkan. “Kurang ajar,” geramnya. Kali ini mengibaskan ekornya ke arah Elena dengan gerakan cepat dan…

SREEEET… BRUUK

Tidak, jangan berharap Elena akan terjatuh lagi! Justru Echidna yang terseret dan terbanting cukup keras ke tanah. Karena sebelum Echidna dapat menyabetnya, Elena bergerak lebih dulu  dengan gesit untuk mencengkram ekor perempuan itu, menyeret lalu membantingnya kuat-kuat. Beruntung sekali ia mewarisi kekuatan fisik ayahnya. Elena tersenyum dan menghampiri Echidna tanpa merasa takut diserang lagi, justru ialah yang akan melakukan serangan.

“Itu belum seberapa,” kata Elena sembari merendahkan tubuhnya. Mencekik leher Echidna dengan satu tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi hingga perempuan itu memekik sakit.

DOPPELGÄNGER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang