Chapter 12

181 20 5
                                    

Lorong loker masih terlihat sepi saat Maddie melewatinya sehabis dari toilet. Tentu saja karena semua orang tengah menikmati pesta di aula. Sementara ia malah lari dari pesta yang menyenangkan itu hanya untuk menenangkan detak jantungnya.

Tiba-tiba Maddie memelankan langkahnya ketika mendapati sesuatu tertempel di salah satu pintu loker. Karena penasaran ia pun akhirnya mendekat untuk memastikannya, ternyata hanya sebuah kertas dengan tulisan —'Happy Birthday'?

Karena merasa aneh Maddie pun melepas kertas itu sebab loker itu miliknya, lalu memutar pandangan ke segala arah. Masih sepi dan tidak ada seorang pun yang terlihat. Akhirnya ia mencoba untuk membuka loker tersebut. Betapa terkejutnya ketika melihat setangkai bunga mawar merah dengan duri yang tajam berada di atas tumpukan buku. Apa maksudnya ini? Sepertinya seseorang tengah menerrornya.

“Hai, kau baik-baik saja?” Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari arah belakang.

Sontak Maddie berbalik, ia mendapati James berdiri di sana. “Kau? Apa yang kau lakukan?” tanyanya agak membentak seolah James melakukan kesalahan. Seperti pria itulah yang melakukan terror ini padanya.

James mengedikan bahunya bingung. “Aku tidak melakukan apapun. Apa kau mengalami sesuatu yang buruk?” tanyanya berusaha tenang.

Setelah itu Maddie terdiam sembari menundukan kepalanya. Mungkin ia hanya terlalu paranoid mengingat perasaannya kini agak linglung. Tidak sepatutnya ia membentak James.

“Aku minta maaf James, aku telah membentakmu,” kata Maddie memohon maaf. “Dan yeah, aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan,” sambungnya lantas tersenyum tidak nyaman.

James mengangguk kecil beberapa kali. “Tidak masalah. Kau terlihat shock.”

“Omong-omong apa yang kau lakukan di sini? Apakah kau sengaja datang karena ada pesta?” tanya Maddie sembari menatap pria itu dengan penasaran.

“Tidak juga, aku datang dengan seorang gadis,” jawab James santai penuh senyuman. “Lalu kau?”

“Kebetulan aku mahasiswi tahun pertama di sini,” Maddie berkata. Dilihatnya James bersikap lebih ramah dari yang kemarin ketika mereka bertemu.

“Oh, aku pikir kau seangkatan dengan sepupuku. Karena aku melihatmu datang bersama dengannya. Kalian berpacaran?” James bertanya diselingi sebuah senyuman kecut.

Dahi Maddie seketika mengkerut mendengar perkataan James yang begitu membuatnya terkejut. “Maksudmu Sean? Kau sepupunya? Bagimana mungkin?” tanyanya heran.

Sudut bibir James tertarik. “Tidak ada yang tidak mungkin, karena hidup penuh dengan kejutan. Lagi pula mengapa kau bertanya seperti itu? Bukankah seharusnya kau hanya perlu menjawab apa yang aku tanyakan padamu?” James mulai curiga.

Lagi-lagi Maddie mendadak linglung dengan mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali. “Ya, ya aku dan Sean sekarang berpacaran. Aku hanya tidak menyangka kau dan Sean sepupuan,” terangnya lantas menghela napas.

“Berapa lama kau mengenal Sean?” tanya James lagi dengan sorot mata penuh selidik.

James begitu mengindimidasi sampai membuat Maddie merasa tidak nyaman. Dari pandangan matanya entah mengapa seolah pria itu menyembunyikan amarah. Maddie pun kembali merasa khawatir dan —takut.

DOPPELGÄNGER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang