James mengendarai mobilnya pergi meninggalkan Kota Hustown dengan kecepatan 60 km/jam. Gadis yang ada di sebelahnya masih tampak tak sadarkan diri meski beberapa kali mobil sedan hitamnya terguncang aspal yang bergelombang.
Di kedua sisi jalan yang dilaluinya terdapat hutan dengan pepohonan tinggi dan lebat, menandakan dirinya sudah jauh dari perkotaan. Harap-harap tidak ada seorang pun yang mengikutinya, terutama pria bertopi misterius tadi.
Sekarang James harus segera membawa Maddie mencari tempat persembunyian yang aman. Ia ingat di pinggir hutan ini ada bangunan tua yang masih kokoh. Sepertinya itu tempat yang aman untuk menyekap gadis itu. James pun merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Trudy agar mereka bisa bertemu di sana.
Beberapa detik setelah panggilan terhubung, akhirnya Trudy mengangkat panggilan.
“Hallo Nyonya Evanders,” ucap James.
Wanita di seberang telepon terdengar mendesis. “Mengapa kau baru menghubungiku setelah sebulan kita membuat kesepakatan?”
James berdecak kesal. “Aku harus mengulur waktu karena Maddie tidak terlihat selama sebulan ini. Tapi kau tenang saja, aku sudah mendapatkan gadis itu sekarang,” beritahunya.
“Oh, baguslah! Tidak sia-sia aku mengangkat panggilanmu. Jadi di mana kita bisa bertemu?” tanya Trudy senang.
“Kau tahu bangunan tua di pinggir hutan sebelah barat kota? Kita bisa bertemu di sana,” sahutnya.
“Aku dengar bangunan itu berhantu. Kau yakin ingin pergi ke sana?” Trudy terdengar tidak menyetujui.
“Aku tidak peduli!” sergah James dan langsung mengakhiri panggilan. Ia tidak mau mendengar protesan dari wanita itu. Yang terpenting mereka segera bertemu.
Kemudian James kembali fokus menyetir dan menambah kecepatan mobilnya menjadi 80 km/jam. Selama perjalanan tidak ada mobil lain yang melintas, hanya ada beberapa truk yang sepertinya sedang mengangkut barang menuju kota. Tempat yang ia lalui ini seperti antah berantah, suasananya sepi dan tidak ada perumahan sama sekali.
Lebih dari setengah jam James berkendara melintasi kawasan hutan itu, kini dijumpainya sebuah padang rumput yang luas. Dari kejauhan sudah tampak jelas bangunan tua yang berdiri kokoh di kaki bukit. Untuk sampai di sana sepertinya akan memakan waktu kurang dari sepuluh menit.
Sementara itu gadis yang tak sadarkan diri di samping James mulai mengeryit dan perlahan-lahan membuka kedua kelopak matanya. Maddie kemudian meneliti sekelilingnya dan menoleh ke samping kiri, mendapati James yang sedang menyetir kendaraan yang ditumpanginya ini.
“Tidurmu nyenyak?” tanya James menoleh sekilas.
Maddie terdiam karena masih mencerna keadaan, lantas memegangi lehernya yang terasa panas dan sakit. Ia tidak tahu apakah yang sedang ia alami ini mimpi atau kenyataan. Melihat James menyetir di sampingnya membuatnya heran. Tapi mengingat terakhir kali James menyerangnya di toilet bar, Maddie yakin kalau ini bukan mimpi. Pria itu menculiknya.
“Di mana kita?” tanya Maddie berusaha tenang.
“Entahlah, intinya kita berada jauh dari Hustown. Aku berkendara hampir satu jam,” sahut James santai.
Maddie melongo menatap pria itu tidak percaya. “Kita berada di antah berantah? Astaga... kau benar-benar gila!”
Gadis itu langsung merogoh saku pakaiannya untuk mencari ponsel. Namun tidak ditemukannya di manapun, bahkan ia sampai mencari di sekitar tempatnya duduk.
“Kau mencari ini?” James menunjukan ponsel berwarna hitam dengan logo apple. Tentu saja itu milik Maddie.
“Kau pencuri,” tuduhnya sambil mengulurkan tangan untuk meraih benda pipih itu namun James malah semakin menjauhkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/240090082-288-k885556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DOPPELGÄNGER ✔
RomanceFantasy - Romance (18+) • Sequel from ROSE DEATH • Tidak cukup dengan kematian Rose, kini datang kembali kematian tak terduga yang dialami oleh Elena Rosabelle setelah penikahannya dengan James Alexander. Diduga kematiannya yang misterius...