Chapter 8

211 26 0
                                    

Ada pemandangan padang rumput yang luas. Juga terdapat beberapa pohon saling berjauhan. Tepat di bawah salah satu pohon rindang, seorang pemuda duduk menyandarkan punggungnya. Melihat langit yang malam itu terang dipenuhi bintang.

"Ini mimpi," gumam Sean.

"Lucid dream, atau lebih dari itu. Sebagian mimpimu telah aku kendalikan," timpal seseorang yang entah sejak kapan berada di sampingnya.

"Rosella," seru Sean pelan sembari menoleh. "Kau jiwa yang tinggal di tubuh Elena, kenapa kau masih bergentayangan?" tanyanya.

"Takdir dan keinginanku berlawanan. Aku masih terikat dengan dunia ini untuk mencapai tujuanku," terangnya.

"Aku tahu tujuanmu adalah Charles. Penguasa Alam memberiku jiwanya. Tapi sebelum itu, bukannya kalian bisa bersatu dengan kematian?" tanya Sean lagi tidak mengerti. Setahunya, kematian akan memudahkan sepasang kekasih untuk bersatu di alam baka. Seperti kisah Romeo dan Juliet.

Sudut bibir Rose tertarik. "Ini bukan dongeng. Bersatu dengan cara kematian adalah hal yang bodoh, karena menemukan adalah bagian yang sulit. Tapi aku bisa membuat semuanya saling terikat agar jiwaku bisa menemukanmu."

"Tapi hal bodoh itu telah kau lakukan," sela Sean.

"Aku tahu," sergah Rose dengan cepat.

"Dan kau memanfaatkanku dan Elena. Kau menjadikan kami perantara agar kau dan Charles bisa bersatu." Sean mengatakannya dengan tenang, meski emosinya sedikit meluap. Itu jelas menyinggung Rose.

"Kau gila! Bila aku memanfaatkanmu, kau tidak akan pernah jatuh cinta pada Elena. Dan Elena tidak akan pernah jatuh cinta padamu," kata Rose menekankan. "Itulah mengapa kau tidak pernah punya perasaan terhadap perempuan lain, kau hanya akan jatuh cinta padanya yang memiliki jiwaku. Itulah takdir yang aku buat," sambungnya lagi.

Sean terdiam sejenak menatap tidak percaya. "Terserah, pergilah! Aku tidak ingin melihatmu." usirnya.

"Jangan menyesal karena telah mengusirku," kata Rose sebelum pergi. Sementara Sean tidak mau menatapnya sekalipun.

Tapi dalam sekejap Sean menyadari sesuatu. "Rose," panggilnya sebelum Rose pergi atau membangunkannya. "Kau datang untuk memberitahukan sesuatu?" tanyanya lalu menoleh, tapi sayangnya wanita sudah pergi.

Sean mengehela napasnya. "Ya, aku menyesal. Tapi kau menyebalkan," gumamnya.

Kemudian terdengar suara angin dan tiba-tiba rasanya gelap sampai langit berputar. Lalu mendapati dirinya terbaring di tempat tidur ketika membuka mata.

Suara kilatan dan angin berhembus di luar sana membuat suasana malam itu seakan mencekam. Namun pikirannya masih pada Rose, seharusnya Sean tidak terbawa emosi. Dan ia yakin ada sesuatu yang ingin dikatakannya. Karena kedatangan Rose sering beralasan dan mengatakan hal yang tidak pernah diduganya sama sekali. Tapi, itu sudah terlambat.

Lalu Sean mencoba untuk bangkit, refleks tangannya terangkat dan mengacak rambutnya. Sekarang ia tidak bisa kembali tidur, pikirannya berkelana ke berbagai tempat. Sayup-sayup terdengar suara ketukan di luar jendela, itu seperti suara ranting yang menabrak kaca. Namun, tidak ada pohon yang tumbuh di dekat sana.

Untuk memastikannya, Sean bangkit. Perlahan melangkahkan kaki mendekati jendela dengan sinar lampu yang remang. Kilatan petir sekilas membuat ruangan menjadi terang. Sean merasakan tangannya gemetar ketika suara ketukan itu semakin kencang. Digesernya tirai perlahan, lalu membuka jendela. Dan...

Syuut...

Sean terkejut mendapati seekor kelelawar memasuki kamarnya dan mendarat di ranjang. Kelelawar itu tampak tidak berdaya, lalu berubah menjadi seorang gadis dalam sekejap mata.

DOPPELGÄNGER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang