Waktu menunjukan pukul Sembilan pagi, seorang pemuda tengah fokus membidik batang pohon maple yang sudah ditandainya. Matanya berkilat tajam, memfokuskan pandangannya pada mata panah dan sasaran. Detik berikutnya ia pun melepas anak panah hingga melesat cepat dan mengenai tanda yang dibuatnya pada batang pohon tersebut.
Suara tepuk tangan dari seorang gadis pun terdengar. Sean lantas menoleh ke arah kekasihnya yang duduk di undakan teras sebuah bangunan tua tak jauh darinya. Mereka berdua saling melempar senyuman.
“Wow, siapa yang mengajarimu?” tanya Maddie terkagum.
“Kakekku, dia seorang hunter. Di rumahnya ada banyak sekali jasad hewan yang diawetkan untuk dijadikan koleksi, beberapa juga ada yang dijualnya,” beritahu Sean sambil berjalan menghampiri Maddie.
“Pasti kakekmu seseorang yang hebat, apa beliau percaya makhluk supernatural?” tanya gadis itu lagi.
“Setahuku tidak, kakekku orangnya tidak percaya pada sesuatu di luar nalar manusia,” jawabnya.
“Yeah, lebih baik kakekmu tidak terlibat dalam segala sesuatu tentang itu,” kata Maddie sembari tersenyum tipis.
Seketika angin berhembus lumayan kencang membuat dedaunan maple berguguran. Helaian rambut hitam Maddie juga ikut dibelai angin hingga ia harus merapikan dan menyelipkannya ke belakang telinga. Kemudian memasukan kedua tangannya ke dalam saku mantel hangatnya.
“Kurasa akan memasuki musim dingin,” ujar Sean memperhatikan sekelilingnya. Pepohonan tampak meluruhkan daun-daunnya. Musim gugur adalah masa peralihan dari musim panas ke musim dingin.
“Sudah memasuki bulan Desember. Salju mungkin akan menyambut kita meskipun sedikit terlambat,” timpal Maddie.
“Kau harus tetap pakai baju hangatmu okay?” Sean mengingatkan.
Maddie pun tersenyum mendengarnya. Lalu ia teringat alasan mereka ada di sini. “Omong-omong, kenapa Damien belum sampai? Kita sudah menunggunya hampir satu jam,” katanya. Hari ini mereka sudah memutuskan untuk pergi ke Duvland.
Sean kemudian mengambil duduk di samping Maddie setelah meletakan busur dan panahnya. “Entahlah, dia yang menyuruh kita datang ke tempat ini, tapi dia yang terlambat. Kurasa kita ditipu olehnya,” Sean menggerutu.
Tidak ada tanggapan apa-apa lagi dari Maddie. Yang terdengar hanya derisan angin yang menyapu pepohonan. Suanana berubah menjadi dingin dan hening. Tiba-tiba Maddie merasakan bahunya dirangkul oleh Sean, dilihatnya wajah pemuda itu memucat.
“Kau kedinginan?” tanya Maddie memandang Sean.
Pemuda itu menggeleng pelan. “Aku baru ingat, aku pernah mendengar rumor kalau bangunan ini adalah pabrik milik seorang petani maple yang mati gantung diri karena mengalami kebangkrutan. Kurasa tempat ini berhantu,” kata Sean bergidik ngeri karena mengungkit cerita yang beredar di masyarakat. Lantas memeluk Maddie dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu.
Sedangkan Maddie hanya menghiraukan dan tidak termakan cerita yang dikatakan oleh Sean. Ia hanya tersenyum melihat reaksi ketakutan pemuda tampan itu.
“Tenanglah, kau tidak usah takut. Aku akan menjagamu dari makhluk yang menyeramkan itu,” katanya.
Sean pun menyadari dirinya begitu lemah setelah mendengar perkataan Maddie. Seharusnya dirinya yang menjaga gadis itu, bukan sebaliknya. Segera ia melepas pelukannya dan memandang Maddie dengan mata membulat.
“Tidak, sebagai anak laki-laki seharusnya aku menunjukan keberanianku di depanmu. Apakah tadi aku terlihat payah?” tanyanya memastikan. Ia malu terhadap dirinya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/240090082-288-k885556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DOPPELGÄNGER ✔
RomanceFantasy - Romance (18+) • Sequel from ROSE DEATH • Tidak cukup dengan kematian Rose, kini datang kembali kematian tak terduga yang dialami oleh Elena Rosabelle setelah penikahannya dengan James Alexander. Diduga kematiannya yang misterius...