Chapter 48

154 13 1
                                    

WARNING 🔞
Pembaca di bawah umur diharapkan untuk tidak membaca bagian ini. Berbahaya dan tidak baik untuk ditiru.

 Berbahaya dan tidak baik untuk ditiru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Ä•

“Mau bercinta?

Siapa yang tak tercengang mendengar kalimat itu dari mulut Elena, serta seringaian tercetak jelas di wajahnya. Padahal sebelumnya gadis itu menolak sangat keras dan mereka bertengkar. James sadar sepenuhnya kalau ia sudah tidak bermimpi lagi. Sebetulnya, James sering memimpikan dirinya dan Elena sedang melakukan hal itu setiap kali ia mabuk. Dan kali ini mungkin mimpi itu akan jadi kenyataan. Bisa saja James melakukannya dengan perempuan lain, tapi satu-satunya perempuan yang diinginkannya adalah Elena. Ia tidak akan sebrengsek itu menggunakan perempuan lain untuk meluapkan hasratnya.

“Kau serius, Elena?” tanyanya dengan bola mata berbinar untuk memastikannya.

We wouldn't sin if we made love, wouldn't we?” jawab Elena. Tidak seperti biasanya nada suara gadis itu demikian, halus dan nakal.

James tidak banyak mencurigai. Kemudian ia beranjak dari sofa dan mengangkat tubuh Elena—menggendongnya bridal. Tidak ada penolakan sama sekali seakan-akan ini hanyalah mimpi. Namun, bunga bermekaran memenuhi hatinya menandakan ini nyata. James senang akhirnya Elena mau melakukan ini dengannya.

Elena pun mengalungkan tangannya di leher James sambil tersenyum misterius. James segera membawanya ke kamar untuk memenuhi hasrat terpendamnya di tempat yang tepat. Setelah bergairah meminum alkohol-alkohol itu dan membayangkan, kini akhirnya bisa ia rasakan secara nyata.

James menghempaskan tubuh Elena di ranjang, merangkak di atas gadis itu, dan mencium bibirnya sembari membuka kancing kemeja. Perasaan tidak sabar itu muncul hingga beberapa kancing terlepas karena ia membukanya secara paksa. Tidak peduli, James pun melemparnya sembarangan ke lantai. Menumpahkan gairahnya lebih penting sekarang ini dari pada mengurusi pakaiannya.

James kembali ke wajah Elena, mencium bibirnya yang dingin. Menelusupkan lidahnya ke dalam, menarik lembut dan kembali menanamkan ciuman berkali-kali.

Ketika mulai kehabisan napas karena tak sekali pun melepaskan ciuman, James pun dengan terpaksa melepas pangutan bibirnya dengan bibir Elena, menatap gadis itu sambil terengah-engah. Lalu tangan Elena terangkat, membelai wajahnya dengan telunjuk, dari dahi turun ke pipinya dan berakhir di rahangnya yang tegas. Ibu jari gadis itu sudah membelai-belau bibirnya dengan sensual dan menatap kagum.

“Aku ingin panasmu membara di dalam diriku, lakukan. Paksa dirimu masuk, buat aku menyesalinya!” desak Elena. Gadis itu sudah lebih menggila, tatapannya tak berarti tertutupi oleh seringaian aneh itu.

Ditariknya long coat Elena hingga lepas dari tubuhnya, kemudian mencium gadis itu lagi dan lagi sampai puas. Perlahan tangan James turun menggapai ujung kaos milik Elena, menariknya ke atas hingga melewati kepala dan melemparnya ke lantai.

DOPPELGÄNGER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang