Chapter 39

136 15 7
                                    

Sepasang netra biru menatap langit kelam di atas sana. Angin yang berhembus berhasil memeluk dedaunan kering kemudian melambai di udara seolah mengucapkan selamat tinggal. Sean pun menunduk, meneguk ludah, dan memejamkan matanya sesaat. Lantas kembali memfokuskan penglihatannya pada peti mati yang sengaja diletakan di atas altar dengan beberapa lilin mengelilinginya.

Orang-orang berpakaian gothic tampak berdiri di dekat altar sambil membicarakan hal yang Sean tidak mengerti. Sebagian dari orang-orang itu mulai membuka penutup peti, mereka yang melihat isinya mengulas senyuman penuh kebanggaan. Tak lama kemudian seorang wanita berambut coklat sebahu datang dari arah bangunan tua, Sean mengeryit karena mengenalinya dengan baik, wanita itu adalah Beryl.

Mata keduanya sempat bertemu dalam beberapa detik, namun Beryl dengan cepat mengalihkannya seolah mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Dan Sean menyakini bahwa wanita itu juga merupakan seorang penyihir, yang artinya akan membantu pelaksanaan ritual itu.

Sedari tadi Sean berada dalam posisi tangan terikat di belakang punggung dan bersimpuh di dekat altar. Pemuda itu terlihat pasrah seperti seorang tahanan yang akan dieksekusi mati, tetapi memang benar sebentar lagi ia akan mati digorok dan darahnya dipersembahkan untuk seorang penyihir hitam yang masih tertidur di dalam peti mati.

Kemudian datanglah seorang pemuda yang sungguh membuat Sean tidak menyangka, seorang pemuda berambut ikal dengan kedua tangan dirantai. Wajahnya terlihat lemas dan dipaksa untuk berjalan oleh dua orang hunter hingga bersimpuh di samping Sean.

"Carl?" Sean menatap pemuda ikal itu terkejut.

Carl menoleh dan juga sama terkejutnya. "Kau bukannya Sean Peterson?"

"Ya! Kenapa kau bisa ada di sini?" tanyanya sambil mengeryit heran.

Pemuda ikal itu pun mengedikan bahu. "Terakhir kali yang kuingat hanyalah seorang pria membawaku ke sini dengan alasan ingin menyelamatkanku. Namun, setelah itu aku dibuat tidak sadarkan diri. Saat terbangun kedua tanganku sudah dirantai. Entah apa yang orang-orang itu inginkan dariku," jelasnya.

Setelah mendengar penjelasan Carl, Sean menjadi terdiam kemudian mendongak menatap altar di depan sana. Saat ini pemuda itu tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelamatkan diri, ia hanya menambah beban bagi James dan Elena. Namun, Sean tidak pernah berharap untuk diselamatkan oleh mereka berdua. Selalu bergantung pada orang lain akan membuatnya terlihat seperti pecundang. Sebaiknya ia memutuskannya sendiri.

Dari arah berlawanan Trudy datang bersama seorang hunter yang menggendong bridal seorang gadis berambut pirang, keadaannya terlihat pingsan. Lagi-lagi Sean dibuat terkejut, tak disangka-sangka gadis itu adalah Kelly Boyd. Bagaimana mungkin wanita itu tega melakukan hal sekejam ini terhadap putrinya sendiri?

"Letakan dia!" Trudy memerintah, kemudian hunter itu meletakan tubuh Kelly di samping Sean.

"Aku tidak percaya kau berani menculiknya, apa kau tidak takut Aldrich Boyd datang dan memenggal kepalamu?" tanya seorang pria, Blake Johnson yang tiba-tiba datang menghampiri.

Trudy menoleh cepat. "Aku yang akan lebih dulu memenggal kepalanya. Lakukan saja apa yang seharusnya kau lakukan Tuan Johnson, jangan menunda ritualnya lagi!" titahnya dengan tegas.

Blake Johnson terlihat menyeringai kecil, kemudian melenggang pergi untuk bergabung bersama penyihir lainnya. Mereka semua terlihat bertukar pandang dan mengangguk seakan menandakan bahwa ritual pedang berdarah itu akan segera dilaksanakan. Sean pun mencoba untuk membangunkan Kelly dengan cara menggoyangkan bahunya menggunakan lutut. Namun sayangnya itu tidak berhasil, Kelly masih tetap tidak sadarkan diri.

"Mengapa kita berkumpul di sini?" tanya Carl sambil mengeryit bingung.

Sean menoleh, terdiam beberapa saat sebelum mengatakan apa yang terjadi. "Kurasa, kita akan mati," beritahunya.

DOPPELGÄNGER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang