Confess

16 7 4
                                    

Malam ini, bintang dan bulan memancarkan cahaya paling terang, membuat langit menjadi semakin indah.

Saat ini Antariksa dan Aurora berada di suatu tempat di luar kota Jakarta, tempat itu berada di daerah dataran tinggi, dimana kita bisa melihat gedung-gedung pencakar langit, serta lampu yang menghiasi setiap rumah dan gedung-gedung.

Di situ ada satu kedai yang tidak begitu ramai pengunjung, Antariksa mengajak Aurora untuk duduk di ujung agar lebih nikmat.

Menikmati cahaya lampu-lampu kota yang menerangi malam. Serta bulan dan bintang yang sekarang sedang memancarkan sinar paling cerah.

Antariksa membersihkan bangku panjang dengan tangannya "Nah dah bersih, sekarang lu duduk di sini, gua yang mesen makanan nya." Antariksa membersihkan tangan nya dengan cara menempuk nepuk.

"Hmmm."

Antariksa meninggalkan Aurora sendiri untuk memesan makanan.

"Duhh jantung gue dari tadi disko teros, gua rasa gua suka sama dia. Ah sial alamat kalah taruhan." Gumam Aurora sambil memegang dada nya merasakan jantungnya yang terus berdetak tidak karuhan.

Antariksa kembali mengehampiri Aurora dengan nampan di tangannya yang berisi dua mangkuk mie rebus dan dua gelas teh anget.

"Nih mie rebus untuk tuan putri. Ini mie rebus bukan sembarang mie rebus loh." Antariksa duduk berhadapan dengan Aurora.

"Hahaha, lu tambahin pelet ya jadi keliatan beda."

"Tau aja si kamu."

"Ihhh ga ah, kalo gitu gua ga mau makan." Aurora menjauhkan mangkuk nya dari hadapan dia.

"Hahaha ga gitu sweetie, ini mie rebus sepsial karena gua makannya di temenin sama orang spesial." Antariksa menoel hidung Aurora

Degg

Jantung Aurora berdegup makin kencang, dan pipi nya menjadi memerah seperti tomat.

"Ga lucu ah." Aurora kembali menyuapkan makanan nya ke mulut dengan pipi yang masih merona merah.

Antariksa terkekeh sendiri melihat Aurora salah tingkah.

Aurora melanjutkan makannya dengan tenang tetapi tidak dengan Antariksa yang sedari tadi gusar, karena sedang mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaannya.

Antariksa menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengembuskan nya agar ia tenang, Antariksa menegakkan badan lalu meletakan sendoknya.

"Aurora."

"Hmm." Aurora menatap Antariksa dengan mulut yang masih mengunyah makanan.

"I think I like you."

Aurora menghentikan kunyahannya, ia merasakan ribuan kupu-kupu sedang berterbangan di perutnya, jantung nya seakan berhenti sejenak tak lupa pipi nya yang kembali bersemu merah.

Antariksa menepuk pipi Aurora "Hey, kok malah bengong."

Setelah di tepuk pipinya Aurora baru tersadar, lalu menundukkan kepalanya karena malu.

Antariksa mengulum senyumnya, lalu memgang dagu Aurora "Liat aku." Aurora menatap mata Antariksa. Begitupun Antariksa mentap mata Aurora sangat dalam.

"Sorot mata yang indah ini, berhasil membuat jantung ku berdegup cepat. Sentuhan mu yang begitu lembut, aku suka itu. Mata, sentuhanmu, hidungmu, wajah mu, mulutmu, emm tak lupa pipimu yang chubby ini. Semua yang kamu miliki membuat ku yakin bahwa aku harus menjadikan mu milikku."

"Awalnya aku ragu dengan perasaan ini, apakah aku bener mencintai mu atau hanya mengagumi mu saja? Dan sekali lagi, karena mata indah ini aku yakin bahwa aku jatuh cinta padamu. Mungkin ini terlalu cepat untukmu, tapi aku tidak ingin kamu jatuh ke tangan orang lain. Aku hanya ingin kamu menjadi milikku, aku menjadi milikmu dan begitupun seterusnya. So, Aurora Orezo do you wanna be my girlfriend?"

Aurora : My HappinessWhere stories live. Discover now