Toko Roti

37 22 114
                                    

Calvin

Aku menghela nafas sejenak setelah melihat pelanggan terakhir telah keluar dari pintu. Hari yang sangat melelahkan, karena hari-hari pelanggan toko roti tempatku bekerja sangat membludak. Saking banyaknya sang manajer harus ikut membantu melayani para pelanggan.

Hari ini, atau lebih tepatnya malam ini. Aku tidak akan bermain atau menginap di rumah Raina. Karena mulai kemarin lusa, rumah Raina sudah ada satpam. Ayah Raina sudah memperkerjakan seseorang untuk menjaga rumah dan mengawasi Raina saat Raina di rumah.

Bukan cuma satpam. Ayah Raina juga memperkerjakan seseorang wanita untuk menjadi pembantu. Seperti tugas pembantu-pembantu yang lainnya, wanita itu bertugas menjaga kebersihan rumah dan memastikan semua kebutuhan Raina terpenuhi.

Dengan kehadiran kedua orang itu, aku sekarang bisa kembali bekerja paruh waktu di toko roti yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahku.

Dulu aku sudah bekerja paruh waktu di toko roti ini. Tetapi aku sempat keluar karena harus fokus menjaga dan merawat Raina. Dan sekarang aku kembali lagi. Menjadi penjaga toko roti seperti dulu lagi.

Saat aku melihat ke arah sekitar, mataku tak sengaja melihat ke arah jam dinding yang letaknya ada di atas pintu. Dan ternyata sudah jam 21.00. Yang artinya sekarang sudah waktunya untukku beristirahat di ruang pegawai.

Tetapi aku tidak bisa langsung pergi istirahat begitu saja. Karena aku harus menunggu pegawai penggantiku datang terlebih dahulu, supaya saat nanti seandainya ada pelanggan datang, meja kasir tidak dalam keadaan kosong.

Malam ini yang bertugas menjaga toko ada dua orang. Aku dan seorang wanita cantik yang juga bersekolah di SMA Angkasa. Wanita itu satu tahun di atasku. Yang artinya wanita itu adalah kakak kelasku.

Saat sedang menunggu kembalinya perempuan itu, aku tidak sengaja mendengar ada suara ketawa yang cukup kencang dari arah ruangan pegawai.

Kalau aku adalah pegawai baru, pasti aku akan langsung lari keluar toko roti dengan perasaan penuh ketakutan setelah mendengar suara ketawa itu.

Aku yang sekarang sudah terbiasa dengan suara ketawa itu. Karena aku sudah bisa menerima keadaan bahwa aku berkerja dengan seorang perempuan yang bisa melihat yang tidak bisa dilihat oleh kebanyakan orang lain.

Pandanganku yang tadinya tertuju pada jam dinding, kini beralih menatap ke arah pintu ruang pegawai. Saat mataku sudah tertuju ke arah pintu, pintu itu mulai terbuka lebar. Dan saat pintu itu sudah terbuka, muncullah seorang perempuan cantik menggunakan seragam yang sama dengan yang aku pakai sekarang.

Perempuan itu terlihat seperti sedang berbicara dengan seseorang. Dan yang pasti seseorang itu sudah pasti bukan aku.

"Keysha. Kalau sudah di luar, bisa nggak lebih tenang?" tanyaku sambil menatap wajah perempuan itu.

Keysha Ratu Aulia. Itulah nama lengkap perempuan itu. Perempuan itu adalah anak dari pemilik toko roti ini. Jadi perempuan itu bisa seenaknya memutuskan kapan ia mau kerja dan kapan ia akan istirahat. Tetapi untung saja sifat buruk perempuan itu tidak terlalu buruk. Jadi aku bisa sedikit menyesuaikan diri terhadap sifat perempuan itu.

"Iya-iya. Sana istirahat lo," balas Keysha sambil berjalan mendekat ke arahku.

Aku melenggang pergi dari meja kasir. Bukan ke ruang pegawai. Melainkan ke arah luar toko, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mendekat ke arah toko. Dan ternyata benar dugaanku. Suasananya di sekitar toko sudah sangat sepi. Menandakan bahwa tidak akan ada lagi orang yang akan mampir ke toko roti.

"Nih toko langsung tutup aja gimana? Soalnya sudah malam dan kayaknya sudah nggak ada pelanggan lagi?" tanyaku dari ambang pintu toko.

"Lo nggak mau istirahat dulu?" tanya Keysha balik.

Hujan dan PeluknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang