Bagiku perjodohan adalah tindakan terbodoh untuk menyatukan dua orang yang bahkan tidak saling mengenal. Dan sekarang aku sedang melakukan hal bodoh itu.
Aku tidak tau alasan kenapa tiba-tiba om Kevin menjodohkanku dengan salah satu anak dari sahabatnya. Tetapi yang pasti, perjodohan ini sudah tidak bisa terelakkan lagi. Membuatku mau tidak mau harus menuruti kemauan om Kevin dan menjalani perjodohan ini dengan berat hati.
Aku dan Om Kevin sudah sampai di restoran mewah yang letaknya ada di dekat alun-alun kota. Menurut informasi, sahabat Om Kevin sudah sampai duluan dan sudah memesan sebuah meja yang letaknya ada di lantai dua. Jadi setelah kami keluar dari mobil, kami langsung naik lift untuk bisa sampai ke lantai dua.Di sepanjang jalan aku hanya diam. Bukan karena gugup. Tetapi karena aku sedikit kesal dengan keputusan Om Kevin kali ini. Laki-laki paruh menyeretku untuk memainkan permainan yang ia buat sendiri, lalu membiarkanku memilih akhir yang sudah pasti akan menguntungkan dirinya sendiri.
Kenapa aku tidak menolaknya? Karena aku tidak bisa. Sebelumnya Om Kevin menyatakan bahwa perjodohan ini adalah permainan terakhir kami. Yang artinya jika aku menolak perjodohan ini, maka hubunganku dengan keluarga Achiar akan berakhir dan aku tidak bisa bertemu lagi dengan Raina.
Untuk sekarang terlalu sulit bagiku jika harus hidup tanpa Raina di sisiku. Jadi mau tidak mau, aku harus memainkan permainan ini sampai aku benar-benar sudah terbiasa tanpa Raina. Dan saat aku sudah terbiasa, maka aku akan benar-benar menghilang dari kehidupan keluarga Achiar. Memang terdengar sedikit kejam, tetapi itu adalah kenyataannya.
Langkahku dan Om Kevin berhenti di dekat sebuah meja. Tatapanku pertama-tama tertuju pada laki-laki paruh baya yang menggunakan jas berwarna hitam. Aku berani jamin kalau laki-laki paruh baya itu adalah sahabat Om Kevin.
Lalu pandanganku beralih menatap perempuan bergaun putih yang duduk di samping laki-laki paruh baya itu. Perempuan dengan paras cantik itu terlihat sama sepertiku. Sama-sama terlihat tidak perduli dengan perjodohan bodoh ini.
Aku ikut duduk saat Om Kevin duduk. Pada saat aku duduk, Om Kevin langsung mengarahkan buku menu padaku. Tanpa Om Kevin mengucapkan maksudnya secara langsung, aku sudah tau apa yang dimau oleh laki-laki paruh baya itu. Jadi aku melihat-lihat isi buku menu itu, lalu memanggil seorang pelayan saat sudah menemukan makanan dan minuman yang pas untuk kami santap malam ini.
"Tolong ayam lada hitam sama chicken steak saus enoki satu. Untuk minumannya chocolate milkshake sama orange soda," ujarku sambil menatap sang pelayan yang terlihat sedang mencatat pesananku.
"Tunggu sebentar. Minuman Om jangan orange soda. Ganti kopi," sahut Om Kevin.
"Jangan didengerin, Mas. Minumannya tetap dua itu," ujarku supaya sang pelayan tidak merubah pesanannya.
Sang pelayan pun mengangguk tanda mengerti lalu melenggang pergi begitu saja dari meja kami. Aku pun menghela nafas lega, karena bisa mencegah Om Kevin meminum kopi. Pasalnya Om Kevin tidak diperbolehkan meminum kopi oleh Tante Reina.
"Cih, padahal lagi pengen kopi," ujar Om Kevin.
"Jangan aneh-aneh. Kalau ketahuan Tante Reina, Alvin lagi yang kena getahnya," balasku.
"Dia dilihat-lihat sikapnya mirip sama Reina," sahut sahabat Om Kevin.
"Masa? Perasaan enggak, deh. Nih bocah memang sudah berada di pihak Reina sejak kami pertama kali bertemu. Jadi kalau gua minum kopi atau mabuk, pasti dia bakalan laporan ke Reina," jawab Om Kevin sambil mengacak-acak rambutku.
"Saya tidak pernah melaporkannya. Memang Tante Reina aja yang tau," balasku sambil menyingkirkan tangan Om Kevin yang ada di atas kepalaku.
Setelah mengucapkan hal itu, pandanganku tertuju pada seorang perempuan yang duduk di depanku. Aku sedikit terkejut saat menyadari ternyata perempuan itu sedari tadi menatapku dan menyimak pembahasanku bersama kedua orang tua itu. Sebelumnya aku mengira bahwa perempuan itu sama sekali tidak perduli pada lingkungan sekitarnya. Tetapi kelihatannya perkiraanku salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan dan Peluknya
Teen FictionSeandainya Raina tau waktu mereka bersama sangatlah sesingkat itu, pasti Raina akan menikmati waktunya bersama Calvin dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, sehingga otaknya penuh dengan kenangan-kenangan yang tak akan pernah bisa ia lupakan s...