Perpustakaan

34 15 70
                                    

Pulang sekolah adalah waktu yang paling aku tunggu-tunggu dari tadi. Karena aku bisa terbebas dari segala pelajaran sekolah dan segala tuntutan aturan sekolah yang sedikit ketat.

Aku pikir setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku bisa langsung pulang ke rumah. Tetapi ternyata pikiranku salah. Karena sekarang keadaannya sedang hujan deras. Dan Calvin sedang tidak mau terkena air hujan. Jadi mau tidak mau kami berdua harus berdiam diri di sekolah lebih lama lagi untuk menunggu hujan reda.

Karena hujan derasnya mendadak, maka banyak murid yang juga tidak bisa pulang. Sebagian murid yang masih ada di sekolah memilih pergi ke kantin untuk makan. Dan ada sebagian tinggal di kelas, perpustakaan, dan UKS.

Aku dan Calvin memilih untuk menunggu hujan reda di perpustakaan. Kami berdua memilih perpustakaan, karena di sana ada sebuah ruangan komputer dengan jaringan yang sangat lancar walau sedang hujan deras. Di komputer itu, kami menonton sebuah film dan beberapa cuplikan video.

Dengan tatapanku yang masih tertuju pada layar komputer, aku menyandarkan kepalaku di pundak Calvin.

"Kalau ngantuk tidur aja. Nanti gua bakalan bangunin kalau hujannya sudah reda," cetus Calvin tepat setelah kepalaku bersandar di bahunya.

"Enggak ngantuk. Cuma pengen sandaran aja," jawabku lalu memakan makanan ringan yang ada di atas meja.

"Maaf, ya. Karena gua, lo harus tinggal di sekolah lebih lama lagi."

"Dih. Apaan, sih, Vin?! Kenapa minta maaf coba?! Kan kita tinggal di sini lebih lama lagi karena hujan. Bukan karena kemauan kamu pribadi."

"Ini keegoisan gua. Jadi gua harus minta maaf. Sebenarnya kita bisa saja pulang dari tadi pakai jas hujan. Tapi karena gua egois, kita harus nunggu hujannya reda."

"Enggak. Ini bukan keegoisan kamu. Kamu tidak suka sama air hujan, 'kan? Aku juga. Makanya kita ada di sini. Nunggu hujannya reda biar bisa pulang tanpa harus basah kuyup."

Calvin. Sahabatku itu bisa dibilang sedikit aneh. Pasalnya kadang, sahabatku itu menyukai air hujan dan kadang membencinya.

Saat Calvin sedang tidak menyukai air hujan, Calvin sama sekali tidak ingin menyentuh atau pun melihat air hujan yang jatuh membasahi bumi. Sedangkan kalau Calvin sedang dalam keadaan menyukai air hujan, maka Calvin akan langsung lari ke luar ruangan dan membiarkan air hujan membasahi seluruh tubuhnya.

Kalau ditanya kenapa, aku sendiri tidak tau alasan pastinya. Yang aku tau cuma kelakuan Calvin itu bersangkutan dengan suasana hatinya. Saat suasana hati Calvin sedang baik, maka Calvin akan membenci air hujan. Tetapi kalau Calvin sedang bersedih maka Calvin akan menyukai air hujan.

Dan sekarang keadaannya, suasana hati Calvin sedang baik-baik saja. Makanya Calvin tidak ingin menyentuh atau pun melihat air hujan.

"Tokoh utamanya ngebosenin," ujarku sambil menatap secara saksama sesosok laki-laki yang ada di layar komputer.

"Kenapa begitu?" tanya Calvin.

"Sudah jelas sekali kalau dia suka sama sahabatnya itu. Tapi dia malah mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja. Padahal kalau diutarakan langsung, pasti kisah si tokoh utama itu lebih menarik."

"Nggak semuanya harus diutarakan, Ra."

"Daripada telat. Mending diutarakan."

"Ya itu kan menurut lo. Dari sudut pandang gua, banyak yang kehilangan setelah menyatakan. Dan mungkin saja sudut pandang gua sama seperti sudut pandang si tokoh utama ini. Makanya si tokoh utama ini nggak mau menyatakan."

"Jadi kalau seandainya kamu cinta sama aku, kamu enggak akan pernah bilang?"

Pertanyaan itu keluar secara tiba-tiba dari mulutku. Aku sendiri pun sebenarnya tidak berencana untuk bertanya hal itu. Malahan aku berharap pertanyaan itu tidak pernah muncul dari mulutku sendiri. Karena aku tau, sampai kapan pun tidak akan pernah ada rasa cinta di antara kami.

Hujan dan PeluknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang