SMA Alaska

12 10 55
                                    

Calvin

​Aku menatap gedung sekolah yang ada di hadapanku sekarang. Sekolah dengan tiga gedung utama dan satu gedung olahraga itu tentu saja bukan sekolahku. Itu sekolah Athena. SMA Alaska.

Kenapa aku ada di SMA Alaska? Tentu saja karena dipaksa oleh om Kevin untuk menjemput Athena. Sebenarnya aku sendiri tidak memiliki niatan sedikit pun untuk menjemput perempuan itu. Tetapi tiba-tiba om Kevin menyuruhku dan sudah menyiapkan sebuah mobil untukku menjemput perempuan itu. Jadi mau tidak mau aku harus melaksanakan perintah dari orang tua itu.

SMA Alaska. Aku memang pernah masuk ke dalam gedung sekolah itu. Tetapi aku sudah beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk masuk ke dalam sana. Namun, aku tidak menggunakan kesempatan itu. Karena aku rasa saat itu bukanlah saat yang tepat untuk menunjukkan diri.

Aku menunggu di luar mobil sambil bermain ponsel. Tanpa sengaja pandanganku tertuju pada jam yang ada di layar ponselku. Ternyata sudah sekitar jam 16.00. Yang artinya para murid seharusnya sudah pulang sejak tiga puluh menit yang lalu. Tetapi entah kenapa, aku sama sekali belum melihat batang hidung Athena. Membuatku memiliki firasat kalau perempuan itu sudah pulang lebih dulu.

Saat aku melihat sekitar, tatapanku tertuju pada seorang perempuan yang menggunakan jaket olahraga yang kelihatannya sedang mencari seseorang. Aku sama sekali tidak mengenal perempuan itu. Tetapi entah kenapa, perempuan itu berjalan ke arahku. Membuatku bertanya-tanya, apakah perempuan itu menganggapku sebagai sopir taksi yang ia pesan?

"Maaf, apa lo yang namanya Calvin?" tanya perempuan itu saat sudah ada di hadapanku.

"Benar. Kenapa?" jawabku.

"Huft. Untunglah. Gua Serena Shinju. Gua sahabat Athena. Gua disuruh jemput lo. Soalnya Athena sedang latihan voli di dalam. Katanya lo disuruh nunggu dia di dalam gedung olahraga."

Serena Shinju? Aku merasa tidak asing dengan nama itu. Aku diam sebentar. Mencoba untuk mengingat-ingat tentang siapa perempuan itu. Dan dalam waktu sekejap, otakku mulai bisa mengingat sedikit tentang perempuan itu.

Aku pun mengangguk pelan. Sebagai tanda bahwa aku mengerti dan akan mengikuti langkah perempuan itu dari belakang.

Kami pun berjalan masuk ke dalam SMA Alaska. Sebenarnya ada aturan yang mengatur tentang dilarangnya murid SMA luar masuk ke dalam gedung sekolah kecuali pihak sekolah SMA Alaska sendiri yang mengundangnya. Yang artinya jika sampai ada pihak SMA Alaska yang mengetahui kedatanganku, kemungkinan aku akan mendapatkan masalah besar.

Langkah kami berhenti, saat kami sudah berada di dalam gedung olahraga. Mataku melihat ke seluruh arah. Mengagumi betapa besar ukuran gedung olahraga SMA Alaska. Tidak seperti gedung olahraga yang dimiliki SMA Angkasa.

Aku tersenyum kecil saat mendengar decitan sepatu. Rasanya sangat nostalgia. Tetapi sayang aku tidak bisa menikmati ingatan itu, karena ingatan itu bukanlah ingatan yang manis.

Pandanganku beralih menatap dua tim yang sedang bertanding. Pertandingan antara tim laki-laki dan perempuan. Kalau dari tenaga, seharusnya pertandingan ini akan dimenangkan oleh tim laki-laki. Tetapi itu pun kalau tim laki-laki itu bisa.

Dan di salah satu tim itu terdapat Athena yang berdiri di dekat net sambil mempertahankan bola yang sedang melayang tepat di wilayah timnya.

Dari posisi dan gerakan yang dilakukan oleh Athena. Aku bisa berasumsi bahwa perempuan itu mengisi posisi setter. Bertugas untuk memberikan umpan dan mengatur strategi permainan timnya. Posisi yang cukup penting.

"Gua dengar dari Athena, katanya lo pacarnya. Apa bener?" tanya Serena sambil melirik ke arahku.

"Iya, mungkin. Kenapa emang?" jawabku tanpa melihat ke arah Serena.

Hujan dan PeluknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang