(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!!!)
======
Bagaimana bisa kita saling mendoa'kan, jika menyebut Tuhan saja dengan nama yang berbeda?
Bagaimana bisa aku dan kamu saling menyempurnakan, jika iman yang dimiliki saja tak sama?
Karena pada dasarnya, tida...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raya berhenti kuliah. Informasi yang baru saja Evan dengar dari sahabat gadis itu yang kebetulan satu fakultas dengannya, cukup membuat ia terkejut. Karena hal itulah sekarang Evan memutuskan untuk berkunjung ke ponpes Al-Ikhlas, berharap di sana ia bisa bertemu dengan Raya.
"Aira!" si Pemilik Nama langsung menolehkan kepala tat kala Evan berseru dari arah belakangnya.
"Koh Evan? Ngapain di sini?" tanya Aira Syadiba---putri tunggal Abi Arga---yang kini menghentikan langkah, menunggu Evan menghampirinya.
"Abi sama Ummi mana?" Evan justru balik bertanya.
"Ada di dalam, ayo masuk!" ajak Aira, Evan mengekori di belakang. Gadis berusia 14 tahun itu membawa Evan menuju taman belakang rumah, yang mana di sana ada Abi Arga dan Ummi Alea tengah bercengkrama.
Tanpa sadar, bibir Evan menyunggingkan senyum melihat keromantisan sepasang suami istri tersebut. Abi Arga tampak duduk di kursi sambil ber-sholawat, sedangkan tangannya mengelus kepala Ummi Alea yang duduk di bawah bersandarkan kakinya. Aktifitas mereka terhenti tat kala Aira mengucap salam.
"Loh, ada kamu, Van?" Abi Arga langsung menepuk sofa kosong di sampingnya, menyuruh Evan untuk duduk di sana.
"Evan mau minum apa?" tanya Ummi Alea.
Evan menggeleng diiringi senyum. "Evan ke sini mau cari Umaiza, ada gak, Bi?" tanyanya to the point.
Ummi Alea tampak bingung dengan pertanyaan putra laki-laki dari sahabat suaminya tersebut. "Umaiza, siapa?" tanyanya.
"Raya. Itu loh adiknya Ustazah Almayra," jelas Abi Arga.
"Koko ngapain nyari Teh Raya?" kali ini Aira yang bertanya.
"Kepo kamu!" sahut Evan, membuat Aira cemberut.
"Raya ada di asrama. Teteh-nya nyuruh dia mondok di sini," jelas Ummi Alea.
"Umaiza berhenti kuliah ya, Mi?"
Wanita ber-kerudung abu-abu itu mengangguk. "Neng, panggilin teteh kamu ke sini," suruhnya kemudian pada Aira. Gadis itu beranjak tanpa membantah.
"Raya itu jadi anak angkatnya Ummi sama Abi, sekarang," beritahu Ummi Alea dengan senyum sumringah. Evan ikut tersenyum, dia tahu seberapa ingin wanita di hadapannya tersebut memiliki anak lagi. Sayangnya tidak bisa sebab kondisi fisiknya yang tak memungkinkan.
Tidak berselang lama, terdengar seruan salam dengan nada lembut yang suaranya cukup akrab di telinga Evan. Dilihatnya Raya yang baru saja datang bersama Aira.
Sejenak Evan tertegun, Raya begitu cantik dengan pakaian serba hitam yang dikenakannya. Pakaian syar'i menutup seluruh bagian tubuh gadis itu dengan sempurna, hanya menyisakan wajah cantik tanpa polesan apapun, bahkan itu lip balm sekalipun.
"Dicariin, Teh," beritahu Ummi Alea.
Raya tampak tersenyum. "Kenapa nyariin? Kayaknya buku-buku yang aku pinjem udah dibalikin deh," tanyanya. Evan memang sering meminjamkan buku-buku bacaan pada Raya, sebab mengetahui kalau gadis itu suka membaca.