-10. Perbedaan, Pilihan, dan Keyakinan

1.7K 267 51
                                    

Sudah lebih dari satu tahun Evan menetap di Bandung namun, terhitung ini adalah kali ketiga Evan berkunjung ke pesantren milik salah satu sahabat Papa-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lebih dari satu tahun Evan menetap di Bandung namun, terhitung ini adalah kali ketiga Evan berkunjung ke pesantren milik salah satu sahabat Papa-nya.

Baru memarkirkan mobil di depan pesantren, Evan sudah disambut oleh Abi Arga yang rupanya tengah menantikan kedatangannya di gazebo depan. Laki-laki paruh baya dengan peci putih yang menutupi kepalanya tersebut langsung mengulurkan tangan minta disalami.

"Bagus ya kamu, nunggu diomelin Papa kamu dulu baru mau ke sini lagi," omel Abi Arga sambil merangkul Evan dan membawanya menuju sebuah rumah besar yang berdampingan dengan pesantren.

"Maaf, Abi. Ke depannya bakal lebih sering mampir ke sini kok," ujar Evan dengan cengirannya. "Ummi mana, Bi?"

"Lagi di aula pesantren kayaknya. Kamu duduk dulu, Abi ke dapur sebentar." sepeninggalan Abi Arga, Evan duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Dia memeriksa pesan terakhir yang ia kirimkan pada Raya, belum juga dibalas oleh gadis itu. Tidak penting-penting amat sih, Evan hanya menanyakan perihal novel yang hendak dipinjamkan Raya.

"Eh, ada Evan? Kapan sampe, Nak?"

Evan langsung menyerongkan tubuhnya agar bisa melihat siapa yang baru saja menyapa. Bibirnya menyunggingkan senyum tat kala melihat Ummi Alea---istri dari Abi Arga.

"Baru aja, Ummi."

"Abi kamu mana?" tanya wanita berjilbab putih gading tersebut setelah menerima salam jabatan tangan dari Evan.

"Tadi katanya ke dapur. Aira mana, Mi?"

"Lagi setor hafalan." setelah menjawab, Ummi Alea pamit ke dapur, digantikan Abi Arga yang datang bersama seorang perempuan bergamis hitam di belakangnya.

Evan tertegun saat mendapati perempuan itu mendongakkan wajah setelah menaruh dua gelas teh di atas meja.

"Umaiza?"

Raya Umaiza Farwah sama terkejutnya mendapati keberadaan Evan. Ditatapnya laki-laki tersebut dengan tatapan bingung.

"Kamu kok bisa di sini?" tanyanya.

"Abi Arga ini sahabatnya Papa aku. Kamu sendiri, ngapain?"

"Loh? Kalian ini saling kenal?" tanya Abi Arga.
"Teteh-nya Raya salah satu guru ngaji di sini," beritahunya kemudian.

"Oh gitu. Kaget saya liat kamu di sini."

Raya terkekeh. "Kalau gitu, aku pamit ke belakang lagi, ya. Assalamu'alaikum, Abi."

Abi Arga mengangguk seraya membalas salam.

"Bi!" seru Evan, tak ayal membuat laki-laki paruh baya di depannya sedikir terkejut.

"Ngarerewas!"

[Translate: Ngagetin!]

Evan tak mengerti apa yang diucapkan Abi Arga namun, dia tetap terkekeh. "Abi tenang aja mulai sekarang. Evan bakal sering-sering kok mampir ke sini," ujarnya kemudian.

Iman Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang