𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
"Jae? Kenapa melamun begitu?" jaehyun berjengit saat mendengar suara dari kekasihnya, naeun.
"Tak apa.. Hanya ada sedikit masalah dikantor" tersenyum kaku, ia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
"Sudah malam jae.. Yang lain juga sudah tidur, ayo tidur hmm?"
"Ya, nanti aku tidur, kau duluan saja."
Memasang wajah melas, naeun memegang tangan jaehyun manja, "ayolah,, baby pumpkin minta dipeluk ayahnya sekarang"
Menghela nafas pelan, jaehyun dengan segera menutup laptopnya dan tersenyum sambil menatap naeun. "Baiklah, ayo" dengan kekehan kecil naeun menggandeng tangan jaehyun mengajak sang empu pergi dari ruangan kerjanya tersebut.
"Tak apa.. Sudah biasa tae.." taeyong memegang erat gelas berisi susu yang ia bawa untuk jaehyun itu sambil menatap kepergian sang suami ke arah yang berlawanan. Bukan menuju ke kamar mereka, tapi ke kamar naeun. Kekasih suaminya.
"Sudah biasa.. Tapi kenapa masih terasa sakit disini..? Ah.. Lihat, kau menangis lagi sialan." mengadahkan kepalanya ke atas bertujuan untuk menahan air matanya sambil menepuk-nepuk kasar dadanya agar rasa sakit itu berkurang, taeyong dengan pertahanannya akhirnya menangis.
"Sakit, sangat sakit..."
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
"Mark-ie...?" taeyong menyembulkan kepalanya di sela-sela pintu kamar anak sulung nya yang masih terbuka dan terang. Ini sudah cukup malam, harusnya mark tidur kan?
"Kenapa bu?" tanpa menolehkan pandangannya dari iPad nya, ia tahu kalau itu bubunya.
"Kenapa belum tidur sayang? Tugasnya masih banyak ya???"
"Sedikit lagi bu," mark berkata dengan masih belum mengalihkan pandangannya dari iPad tersebut membuat taeyong menghela nafas.
Ia masuk ke dalam kamar anaknya, meletakkan gelas susu di meja belajar mark.
"Bubu tidur sini sama mark ya?" pertanyaan itu membuat mark menolehkan kepalanya ke arah bubunya, terkejut saat melihat wajah bubunya yang sembab.
"Bubu nangis??" berdiri dari duduknya, mark menangkup wajah taeyong sambil mengusap jejak air matanya.
"Tuan Jung lagi, bu?"
Taeyong reflek menggeleng cepat, memegang tangan mark yang sedang bertengger di wajahnya itu.
"Bubu gak papa mark,"
"Tapi bubu nangis. Pasti gara-gara dia kan? Bubu mau tidur sini juga gara-gara dia???"
"Shit." sebelum mark bertindak lebih, taeyong menarik tangan mark lalu memeluknya.
"Bubu gapapa mark,, ini udah malem.. Jeno sama gyu juga udah tidur, lebih baik mark tidur juga ya? Kita tidur bareng disini" suara itu memelan, tapi pelukannya mengerat membuat mark yang tadinya dilanda emosi menjadi lebih tenang sambil membalas pelukan sang bubu.
Melepas pelukannya, mark menatap bubunya. "Ceritain semuanya ke mark bu"
Taeyong diam sambil menatap mark, akhirnya tangis taeyong pecah, ia menutup wajahnya sendiri sambil terisak.
"H-hiks, daddymu... Daddy mu tadi siang mengatakan kalau dirinya masih mencintai bubu,, tapi itu semua-"
"Omong kosong, right?" mark menggerakkan giginya menahan emosi, "mark udah berapa kali bilang sama bubu? No longer believe in that Jung Jaehyun crap!! Mark sedih liat bubu begini... Mark sedih kalau bubu percaya gitu aja sama omongannya."
"Inget bu, omongannya udah gak ada lagi yang bisa bubu percaya."
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
"Bang"
"Apa?""Gua muak sama semuanya, lo pasti juga kan?" mark menghentikan tangannya yang sedang sibuk bermain ps, menatap adiknya Jeno dengan tanda tanya. Mengangkat sebelah alisnya meminta jawaban yang lebih jelas dari Jeno.
"Ayo buat beomgyu tau semuanya biar kita bisa cepet-cepet pergi dari sini."
Terdiam sebentar, mark memalingkan pandangannya ke arah lain, "gak semudah itu. Bubu pasti masih cinta sama tuh bajingan, gua tau lo muak, gua juga sama kok, sama kayak lo, kita sama-sama muak sama semuanya. Bubu masih mau bertahan sama dia itu karena bubu masih cinta sama dia, bubu cuma jadiin beomgyu alesan buat kita bertahan disini, kalaupun semisal bubu udah gak cinta lagi sama dia,, bubu pasti udah pergi dari lama jen, dia bakal bawa kita, anak-anaknya." berkata sendu, mark menjeda ucapannya.
"Lo tau? Tadi malem bubu dateng ke kamar gua minta tidur bareng gua, mukanya dah sembab gitu kayak abis nangis, dan lo pasti tau siapa penyebabnya"
"Anjing."
"Apa yang anjing?" pemilik suara itu menyembulkan kepalanya ke sela-sela pintu kamar mark membuat si kembar terlonjak kaget.
"Iih, bang Jeno ngomong kasar lagi ya?! Gyu bilangin bubu loh"
"Silahkan aja, bubu nya juga lagi ke butik, wleee" jeno menjulurkan lidahnya mengejek sang adik membuat beomgyu semakin kesal.
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
"ANJING!"
"Ten!"
Saat ini taeyong sedang di butiknya dan berkumpul dengan teman-temannya, ada Ten, winwin, dan tentu saja taeyong.
"Toxic banget sih lo. Anak lo dah pada gede semua noh" ucap winwin yang membuat taeyong tertawa mendengarnya.
"Ya biarin aja sih, abisnya kesel"
"Pelakor gak tau diri, dia gatau berhadapan sama siapa apa ya?!"
"Gue ke rumah lu ya yong, mau liat se-cakep apa selingkuhan suami lo sampe-sampe dia berani minta tinggal bareng lo" ten mendengus kesal, sedangkan winwin hanya mengangguk saja menanggapi.
"Dia hamil, wajar aja kalo dia mau tinggal bareng jaehyun"
"Wtf-"
Kini giliran winwin yang mengumpat, taeyong hanya tersenyum kecut saja.
"Gak bisa nih, emang tuh pelakor harus dikasih pelajaran biar mampus"
"Biarin aja.. Kasian juga dia lagi hamil"
"Jangan terlalu baik yong, disini elu yang disakitin sama mereka."
"Lagian lu kapan sadarnya sih anjing?? Enek gue lama-lama"
"Gue... Mau nunggu sebentar lagi, ga salah kan?" suaranya memelan diakhir kalimat, matanya melihat tangan kanannya, di jari manisnya bertengger cincin nikahnya dengan jaehyun dulu. Ah,, bahkan taeyong sudah tak lagi melihat jaehyun memakainya sama seperti dirinya.
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬. (jaeyong)
Teen Fiction[Hurt] [jaeyong] Awaits. Taeyong yang berusaha bertahan demi anak-anaknya akhirnya menyerah. Dia pergi membawa mereka menjauh dari kehidupan sang suami sekaligus ayah dari anak-anaknya.