𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
Jaehyun povAku seharusnya tau. Aku tak boleh berharap lebih pada istri yang sudah berkali-kali aku sakiti, istri yang sudah ku lukai begitu dalam. Seharusnya, tapi apa kalian mengerti? Aku selalu berharap rumah tangga ku akan sama dengan cerita rumah tangga lainnya, berakhir bahagia. Tapi sepertinya harapan itu akan ku kubur dalam-dalam. Dia sudah menolak ku berkali-kali, tapi aku masih percaya kalau semuanya masih bisa ditata ulang. Itu tak sesuai harapanku, dia benar-benar sepenuhnya menyerah atasku. Dan dia sendiri yang memintaku untuk menyerah, maka aku harus menurutinya sampai dia menemukan penggantiku. Aku, jung jaehyun, bersumpah akan menjaganya sebelum dia mendapatkan pengganti ku.
Jaehyun pov end.
Taeyong pov
Jika kalian berfikir aku benar-benar menginginkannya pergi dari hidupku, kalian salah. Aku hanya tak ingin kesakitan di masa lalu ku terulang, luka ini belum mengering, aku tak mau nekat untuk memberinya garam. Sungguh, sebenarnya aku ingin kembali bersamanya, menjalani kehidupan suami istri pada umumnya. Tapi aku belum siap untuk itu, aku masih ingin menyembuhkan luka ku dan anak-anak ku. Saat aku melihat wajahnya, aku akan teringat kembali bagaimana dia menyiksa ku dengan rasa sakit ini.
Jung Jaehyun, kau melukaiku terlalu dalam.
Taeyong pov end.
"Maukah kau?"
"Dan apa sebegitu besarnya kau ingin aku pergi, taeyong?" Jaehyun berkata dengan lemas, ia menatap taeyong yang terlihat biasa-biasa saja.
"Ya."
"..... Baiklah... Tapi izinkan aku menjagamu sampai kau menemukan pengganti ku, ya?" jaehyun memberikan senyum lembutnya pada taeyong, senyum itu lebih ke arah senyum pasrah.
"Jika itu bisa membuatmu pergi, boleh-boleh saja"
Lagi, hati jaehyun seakan tercubit begitu keras saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut istrinya itu. Jadi seperti ini rasanya menjadi taeyong? Kalau begitu jaehyun bangga dengan istrinya, dua tahun bukan waktu yang singkat, ia hebat bisa bertahan selama itu.
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
"Gyu, udah siang. Kamu harus sekolah kan?" mark berkata sambil memakan roti selai untuk sarapannya, ia sudah tahu semuanya. Tentang ayahnya yang kesini, dan beomgyu yang menangis karena itu.
Entahlah, mark merasa biasa-biasa saja akan hal itu. Ia sudah tak peduli, intinya jangan sampai laki-laki itu kembali menyakiti bubunya.
"Bubu kok ga balik-balik ya bang?"
"Udah, ga usah difikirin. Sekarang kamu mandi siap-siap berangkat, biar nanti bubu abang yang cari"
Beomgyu mengangguk, ia dengan segera memasuki kamarnya untuk bersiap sekolah meninggalkan mark dan Jeno yang berada di meja makan.
Cukup lama mereka menunggu, bahkan sang adik sudah berangkat ke sekolah tiga menit lalu. Suara pintu terbuka mengalihkan atensi si kembar, mereka menoleh mendapati bubunya masuk. Masuk bersama seorang pria yang mereka kenali.
"Beomgyu udah berangkat?" keduanya mengangguk, taeyong bernafas lega sekarang.
"Ada perlu apa lagi?"
"Apa belum puas, tuan?"
Jeno berkata dengan sarkas, ia memandang jaehyun yang menatap lembut dirinya membuat ia bergidik sendiri.
"Daddy merindukan kalian, jadi daddy kemari" senyuman dimple diberikan jaehyun untuk kedua anak kembarnya.
"Jika kau ingin merusuh pergilah, kami sudah tak membutuhkan mu."
Tak apa jaehyun, ini belum seberapa dengan luka yang kau berikan untuk keluarga kecilmu dimasa lampau.
"Dia hanya datang berkunjung, jangan lebay seperti itu" mark kembali mengoleskan selai coklat pada roti kecil dan menyuapkan roti itu ke mulutnya.
"Bu, mark ada jadwal sebentar lagi. Mark ijin berangkat ya?" anggukan yang diberi taeyong pada anak sulung nya.
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
"TAEYONG-IEE, KAMI DATAAANG!" suara mingyu menggelegar di dalam apartemen taeyong, itu membuat lima orang yang berada di belakangnya menutuo kuping nya secara bersamaan.
"Huh?" mingyu menatap jaehyun aneh, ia mendekat ke arah sofa yang sedang di duduki pria jangkung itu.
"Siapa kau?"
"Jung jaehyun, apa kau lupa dengan teman saudaramu?" mingyu menaikan sebelah alisnya, ia mencoba mengingat-ingat kembali nama itu.
"AAH! Apa kau yang pernah membawa taehyung pulang karena mengompol ketakutan saat menaiki bianglala??" taehyung membelakan matanya, ia menatap ke arah mingyu yang juga menatap nya dengan tatapan polos.
Sialan, mengapa mingyu masih mengingat kejadian itu?
"Lalu, apa yang kau lakukan disini?"
"Aku suami dari taeyong"
"Ooh"
"HUH?! WAIT, SUAMI???!!!" ya,, begitulah mingyu.
Jaehyun mengangguk membuat mingyu menutup mulutnya dengan ekspresi yang lebih terkejut.
"Hyung yang menghianati hyung cantik taeyong ya?!?!" jungkook tiba-tiba berada di depan jaehyun, pria bergigi kelinci tersebut menarik kerah jaehyun membuat jaehyun gelagapan.
"Hei, tenang dulu.."
"Tak bisa, hyung sudah menyakiti hyung cantik. Maka hyung harus menerima akibatnya!" jungkook melayangkan tangannya pada jaehyun hendak menghajar pria itu sebelum ada tangan yang menahannya.
"Apa janjimu tadi?" suara berat taehyung mengintimidasi jungkook.
"Janji untuk menjadi anak baik" ia buru-buru melepaskan pegangannya pada kerah baju jaehyun lalu menunduk menghadap taehyung, kekasihnya.
"Kookie mau mengingkari janji?" jungkook menggeleng keras, ia menatap taehyung dengan tatapan puppy eyes nya.
"Ung... Kookie minta maaf" jungkook menunduk pada jaehyun, ia lalu memeluk kekasihnya.
"Cih, dasar bucin"
"Iri karena kelamaan menjomblo" taehyung menyinyir dengan tatapan yang menatap mingyu.
"Taeyong akan kosong sebentar lagi" kata mingyu mengejek.
"Kau fikir Taeyong mau dengan berondong sepertimu?" gelak tawa terdengar, yang disindir hanya menekuk wajahnya kusut. Hanya ada satu orang saja yang tak tertawa disana, kalian tahu?
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
Tbc.
Sedikit untuk part ini, kalau kurang nyambung tandain ya. Mau aku revisi soalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬. (jaeyong)
Jugendliteratur[Hurt] [jaeyong] Awaits. Taeyong yang berusaha bertahan demi anak-anaknya akhirnya menyerah. Dia pergi membawa mereka menjauh dari kehidupan sang suami sekaligus ayah dari anak-anaknya.