𝐖𝐚𝐢𝐭𝐬
Taeyong menatap tanpa ekspresi layar handphonenya, menghembuskan nafas kasar sebelum menoleh ke anak bungsunya- Jung Beomgyu.Pandangannya melunak melihat sang anak yang terlihat ceria, Beomgyu sendiri sudah memakai pakaian rapih sambil mengunyah semangka.
"Bubu, daddy kapan datangnya ya? Gyu udah nunggu lama.." dengan wajah merajuknya, beomgyu menghampiri sang bubu.
"Gyu... Daddy ada meeting dadakan, ga apa kan kalau jalan-jalan nya hari ini di tunda dulu? Atau kamu mau jalan-jalan sama bubu? Kalau gak mau sama bubu, sama abang deh. Sekarang daddy nya lagi gak bisa di ganggu." Taeyong mengelus lembut surai anak bungsunya, mata boba miliknya menatap wajah sang anak yang terlihat semakin murung.
"Alesannya ga bisa di ganti ya bu? Dari kemarin daddy janji janji terus sama gyu, tapi daddy ga pernah tepatin janjinya." beomgyu menghempaskan tangan Taeyong kasar dan berlari meninggalkan Taeyong yang meneriaki namanya. Bahkan panggilan sang abang pun ia abaikan.
"Again, bu?"
Taeyong menolehkan dirinya mengadap asal suara. Disana ada mark dan saudara kembarnya- jeno.
Taeyong hanya diam memejamkan matanya sebentar, lalu menatap kedua anaknya dengan senyuman manis yang ia miliki.
"Mau sampai kapan bu?" kini Jeno yang bersuara, menatap nanar sang ibu yang berhasil membawanya ke dunia ini.
"Bubu gak tau sampai kapan, kalian tau sendiri kalau gyu sayang banget sama daddy kalian. Bubu gak mungkin tega misahin gyu sama daddy nya sendiri, jen."
"But he's a traitor." mark berkata tajam, membuat taeyong melebarkan matanya.
"Mark! He's your father!"
Bersamaan dengan itu, pintu mansion terbuka membuat seluruh atensi jatuh padanya.
"Ada apa?" suara husky itu dari Jung Jaehyun, suami dari Jung Taeyong dan ayah dari 3 bersaudara tersebut.
Si kembar menatap nyalang sang ayah, kemudian berlalu pergi ke kamar masing-masing meninggalkan kedua orang tuanya.
"Mengapa kau pulang? Bukannya kau ada janji dengan kekasihmu?" taeyong berjalan ke arah sofa sambil memijat pelipisnya yang pening.
"Naeun memiliki janji dadakan dengan kliennya. Aku memilih pulang untuk menepati janji ku pada beomgyu." jaehyun berkata sambil melepas jas kerjanya tanpa menatap lawan bicaranya.
"Terlambat. Beomgyu terlanjur marah pada kita."
"Apakah itu penyebab kau berteriak tadi?" kini ia menatap taeyong yang sedang memejamkan matanya.
"Sudah berapa kali kau mengingkari janji, jung? Jangan membuat janji kalau untuk diingkari, itu menyusahkan." dengan berani taeyong menatap jaehyun tajam. Tidak ada perasaan sedih ataupun cemburu, hatinya sudah mati rasa.
"Aku bertahan denganmu karena beomgyu jae. Jadi jangan ikut kecewakan perasaannya." taeyong berdiri, ia akan ke kamar anak bungsunya.
Sedangkan jaehyun hanya diam menatap punggung kecil sang istri yang menaiki tangga.
𝐖𝐚𝐢𝐭𝐬
"Gyu..? Boleh bubu masuk nak?" taeyong merasa tak ada jawaban dari dalam tiba-tiba panik sendiri, ia mencoba membuka pintu yang untungnya tidak di kunci tersebut. Melihat ke dalam tak ada satu pun lampu yang menyala. Beralih melihat ke atas ranjang terdapat gundukan besar dibawah selimut yang taeyong yakini kalau itu anak bungsunya.
"Bubu masuk ya gyu.." berkata pelan sebelum memasuki kamar anaknya dan menutup pintunya lagi.
"Beomgyu masih marah sayang?" taeyong mengelus kepala beomgyu yang sedikit menyembul dari dalam selimut.
Beomgyu sudah tidak tahan lagi, ia membuka cepat selimut yang menutupi dirinya lalu memeluk sang bubu dengan erat sambil menggumamkan kata maaf.
"H-hiks,... Gyu minta maaf sama bubu, t-tadi gyu udah kasar sama bubu.. Huweeee..." tangisan itu semakin keras, pemilik suara seakan tak peduli jika suaranya terdengar sampai luar, ia tetap menangis di pundak bubu tercintanya.
Setelah beberapa saat, acara berpelukan itu dilepas oleh taeyong. Ia menatap lembut anak bungsu sekaligus anak kesayangannya.
"Gak apa, gyu berhak marah nak.. Bubu sama daddy yang harusnya minta maaf sama kamu, maafin daddy sama bubu ya?" mengelus dengan hati-hati rambut sangat anak, meminta jawaban.
"Gyu udah maafin bubu.. Gyu juga minta maaf ya buu? Tadi gyu gak sopan sama bubu, sama abang juga" beomgyu kembali memeluk tubuh kurus taeyong, mendekap erat erat seakan tak ada hari esok untuk berpelukan.
Taeyong tak tahan lagi, ia ikut menangis tanpa suara dipelukan anaknya.
Tanpa mereka sadari diambang pintu, ada tiga laki-laki dominan yang sedang melihat interaksi ibu dan anak tersebut.
"Did you see that, Mr. Jung?" mark membuka suara, cukup pelan sehingga yang bisa mendengarnya hanya mereka saja, ditambah lagi ranjang dan pintu untuk masuk jaraknya cukup jauh.
"Ini terjadi karenamu. Bubu 1 tahun belakangan ini lebih sering menangis, dan penyebabnya kau." mark berkata santai tanpa menatap sang ayah. Ia memfokuskan pandangannya pada adik dan ibunya. Walau gelap, cahaya luar ruangan cukup untuk melihatnya.
"Saat aku dan Jeno mengetahui kau bermain api dibelakang bubu, rasanya saat itu juga aku ingin sekali menonjok wajahmu hingga rusak tak terbentuk. Apalagi saat bubu mengatakan kalau ia sudah mengetahuinya sejak satu bulan lalu. Tidak kah kau berfikir bagaimana istri dan anakmu dirumah yang selalu menunggumu?" mark menjeda ucapannya sebentar. "Bubu hanya bertahan untuk beomgyu, dia tahu seberapa besar adik ku itu menyayangimu. Aku sangat berharap kalau bubu sudah tidak mencintaimu lagi. Kalau suatu saat nanti beomgyu tahu tentang hubunganmu dan wanita itu, aku akan dengan mudah membawa mereka pergi dari kehidupanmu." setelah mengatakan itu, mark masuk ke dalam kamar adiknya, bergabung untuk memeluk satu sama lain.
Kini tersisa Jeno dan jaehyun saja.
Jeno sangat kecewa pada ayahnya itu, dulu ia sangat membanggakan jaehyun di hadapan teman-temannya, menganggap ayahnya adalah sosok superhero. Tapi sejak kejadian dimana dirinya melihat ayahnya berkencan dengan wanita, semuanya berubah menjadi rasa benci. Bahkan sekarang si kembar memanggil jaehyun dengan embel-embel 'tuan' bukan ayah lagi, katanya sudah tidak sudi memiliki ayah seperti jaehyun.
Tanpa berucap apapun, Jeno menyusul mark, dan ikut bergabung.
Jaehyun hanya diam, melihat keluarganya berpelukan tanpa ada niat untuk bergabung.
Beomgyu yang melihat kehadiran ayahnya memekik senang,
"Daddy!"
"Sini ikut pelukan." beomgyu melambaikan tangan pada ayahnya, jaehyun mendekat dengan ragu saat melihat mark dan Jeno melepaskan pelukannya.
"Iih, abang kenapa lepas pelukan sih?!" beomgyu kembali menarik kedua kakaknya untuk kembali memeluknya dan sang bubu, mark dan Jeno hanya pasrah.
"Daddy ayo peluk juga!" beomgyu berkata antusias sambil menarik juga tangan kekar jaehyun.
Akhirnya mereka berpelukan.
"Gyu harap, keluarga gyu begini terus ya Tuhan"
𝐖𝐚𝐢𝐭𝐬
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬. (jaeyong)
Teen Fiction[Hurt] [jaeyong] Awaits. Taeyong yang berusaha bertahan demi anak-anaknya akhirnya menyerah. Dia pergi membawa mereka menjauh dari kehidupan sang suami sekaligus ayah dari anak-anaknya.