sixteen.

10.5K 855 57
                                    


𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬



"Taeyong?" pemilik nama itu tersentak kecil, lalu ia menatap mingyu yang memanggilnya dan tersenyum canggung.

"Ada apa? Kenapa melamun seperti itu hm?" mereka sedang berada di meja makan apartemen taeyong, keduanya tengah menikmati makan siang mereka tanpa ada anak-anak.

"Sesuatu mengganjal hatiku.."

"Hum?? Kau belum yakin untuk menikah bersamaku?" taeyong dengan cepat menggeleng, ia jadi gelagapan sendiri menanggapi itu.

"Tidak, bukan seperti itu.."

"Lalu?" mingyu mengangkat sebelah alisnya, ia menatap taeyong dengan penasaran.

"Tak apa, aku terlalu mengkhawatirkan sesuatu" taeyong tertawa canggung, ia kemudian melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda.

"Jika ada masalah bilang ya? Kau bisa berbagi cerita padaku" mingyu mengambil sayuran dengan sumpitnya dan meletakkan itu ke mangkuk taeyong membuat taeyong terkekeh melihatnya.

Mungkin ia akan mencoba membuka hatinya untuk mingyu? Ia ingin melupakan jaehyun, ia ingin menghapus semua kenangan indah serta yang menyakitkan bersama jaehyun, seharusnya ia bisa. Tetapi terkadang ia mengingat momen-momen bahagianya bersama jaehyun. 24 tahun bukan waktu yang singkat, saat ia bersama jaehyun memang lebih banyak bahagianya dibanding dengan rasa sedihnya itu. Jika taeyong ingin, ia akan kembali pada jaehyun dan kembali memulai lembaran baru bersama laki-laki bermarga Jung itu. Namun ia tak bisa, hatinya masih menolak keras untuk itu.

𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬


"Anak-anak.." ketiga bersaudara itu menoleh, mereka melihat jaehyun berdiri di belakangnya dengan senyuman.

"Ayo pergi."

"Tidak, tunggu sebentar saja gyu, daddy mohon.."

"Bolehkah daddy memeluk kalian?" jaehyun mendapat tatapan aneh dari ketiga anaknya, ia kemudian menghela nafas sebelum tersenyum.

"Untuk terakhir kalinya, daddy janji." jaehyun sudah merentangkan tangannya, ia mendekat ke arah beomgyu yang hanya diam.

"Akhirnya daddy merasakan kembali pelukan ini.." jaehyun berkata dengan sendu, ia semakin memeluk erat anak bungsunya.

Kemudian jaehyun melayangkan tatapannya pada si kembar, ia semakin membuka lebar tangan itu bermaksud mengajak mereka untuk bergabung.

Jaehyun tak kunjung mendapati mereka berada di pelukannya, terpaksa ia menarik keduanya dengan tatapan memohon.

"Jaga bubu kalian untuk daddy ya? Daddy juga ingin minta maaf atas semua kesalahan daddy pada kalian. Katakan pada bubu kalau daddy menyayangi nya, dan maaf untuknya. Kalian juga harus jaga kesehatan agar tidak sakit. Daddy minta maaf sekali lagi.." air mata jaehyun sudah tak bisa dibendung lagi, ia menangis terisak dipelukan ketiga anaknya. Begitu pula dengan beomgyu, ia menangis sambil memukuli dada ayahnya bermaksud melampiaskan semua amarahnya. Sedangkan kedua kakaknya sudah mundur akibat perbuatan brutal adiknya tersebut.

"Bisakah kalian berjanji untuk menjaga bubu kalian?"

"Tanpa kau suruh juga kami sudah menjaganya." suara Jeno yang dingin membuat jaehyun tersenyum, ia menatap anak tengahnya itu dengan mata yang sembab.

"Daddy akan tenang kalau begitu..." ia kemudian mengusak satu-persatu surai anak-anaknya dengan sayang dan berbalik pergi tanpa sepatah kata meninggalkan tiga bersaudara itu.

"Ada apa dengannya?"


















Malam ini jaehyun sedang memandang kota itu dari balkon, tubuh itu tak ada tanda-tanda kedinginan dengan udara yang cukup dingin di malam hari ini.

Jaehyun kembali menyesap rokoknya, kantung matanya sudah menghitam menandakan kalau pria itu jarang atau bahkan tidak tidur untuk beberapa hari ini.

Ia meremas kuat kertas yang berada di genggaman nya. Apa ini? Ia bahkan sudah mendapatkan undangan pernikahan istri manisnya dengan pria itu. Haruskah ia menyerah sekarang? Mungkin, sudah tak ada harapan lagi. Kalian ingat? Cinta tak harus memiliki. Sangat related dengan kisah cinta jaehyun sekarang. Dua hari lagi adalah persidangan mereka berdua, dan seminggu setelahnya adalah hari pernikahan itu. Sesuai dengan janji taeyong, besok yang akan mengantarnya ke atas altar dan melepasnya ke pelukan laki-laki lain itu jaehyun.

Jaehyun tersenyum kecut, ia bahkan sekarang bisa merasakan denyutan yang amat luar biasa dihatinya. Bagaimana nanti saat ia mengantar taeyong? Apakah ia bisa kuat untuk tidak menangis? Semoga saja.

"Tak apa... Kau harus mengikhlaskannya jaehyun."

"Taeyong harus bahagia, walau bahagianya bukan di kau.."

Jaehyun terus menerus menyesap zat berbahaya itu, ia tak memikirkan kondisi tubuhnya yang mungkin nanti akan semakin rusak akibat ia terlalu sering mengkonsumsi benda berbahaya tersebut.

Tubuhnya dulu atletis, tapi sekarang semakin hari semakin terlihat kurus. Rambut yang dulu terawat, sekarang sedikit demi sedikit rontok karena penyakit yang ia derita sejak delapan bulan yang lalu.

Selama delapan bulan belakangan ini ia memang rutin melakukan checkup setiap sebulan dua kali, atau sebulan sekali. Tapi semua itu menurutnya tak ada habisnya, semakin kesini ia semakin tertekan, ia butuh semangat, ia butuh pelukan dari taeyongnya. Ia butuh taeyong untuk itu semua. Namun apalah daya, istri kecilnya sudah mengajukan surat perceraian mereka dan akan menikah sebentar lagi. Jaehyun bertekad untuk tidak merebut kebahagiaan taeyong untuk kesekian kalinya, jadi ia tak mengatakan apapun tentang penyakitnya. Bahkan dengan orang tuanya saja tidak tahu akan hal ini.

Mungkin dengan merelakannya taeyong akan bahagia. Jaehyun sangat berharap untuk itu.








𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬


Taeyong gelisah, sejak kemarin perasaannya tidak enak akan suatu hal. Sangat mengganjal, tapi Taeyong tak tahu apa itu.

"Apa yang akan terjadi?..." ia bergumam sambil menatap langit-langit atap kamar miliknya, kemudian ia menggenggam erat selimutnya mencoba memejamkan mata.

Namun untuk kesekian kalinya, ia tidak bisa. Jadi ia memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya ingin mengambil minun di dapur.

"Tak apa taeyong-ie... Ini akan segera berakhir."

"Dan kau akan segera menemukan kebahagianmu.." nada itu tidak terdengar bahagia, ia berkata dengan sendu sambil menahan air matanya agar tak jatuh.











𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬

Tbc.


𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬. (jaeyong) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang