six.

13K 1.1K 144
                                    

Saran lagu : karena ku sanggup - Agnes Monica.









𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.



"Enak eskrimnya?"

Taeyong mengangguk, eskrim strawberry kesukaannya memang tak pernah gagal.

"Belepotan" baru saja tangan jaehyun akan menyentuh sudut bibir taeyong yang terkena noda eskrim, tangannya langsung ditepis oleh taeyong membuat jaehyun mematung sebentar lalu kembali ke posisi semula.

"Aku.. Aku bisa sendiri" taeyong mengambil tisu lalu mengelapkannya pada semua sudut bibirnya.

Tersenyum canggung, jaehyun dan taeyong melanjutkan acara makan eskrimnya.

"Setelah ini mau kemana lagi?"

"Timezone? Aku ingin bermain capit boneka.."

"Tentu, habiskan es krim mu setelah itu kita akan pergi ke sana" jaehyun tersenyum hangat melihat respon taeyong yang menggemaskan.

Taeyong tersenyum kecut, pasti sebelumnya jaehyun pernah memanjakan naeun seperti ini kan? Apalagi mereka sudah menjalin hubungan 2 tahun lamanya. Sebenarnya apa mau jaehyun padanya?




"Yah.... Padahal sedikit lagi bonekanya keambil" taeyong mengerucutkan bibirnya lucu membuat jaehyun menahan gemas.

"Mau isi ulang lagi kartunya?"

"Umm, tapi aku tak mau bermain ini lagi" jaehyun terkekeh menanggapi, "uangku tak akan habis hanya untuk ini sayang"

"Aku tahu, tapi aku ingin bermain yang lain jaehyun"

"Oke-oke, tunggu di sini sebentar ya?"

Sore hari itu mereka menghabiskan waktu bersama, memakan es krim, pergi ke Timezone, memainkan banyak permainan.



"Kau suka?"

"Ini..."

"Apa kau masih ingat tempat ini?" jaehyun tersenyum memandang taeyong yang sedang menelisik sekitarnya.

"Mana mungkin aku lupa.. Tempatnya masih sama."

"Jangan pernah melupakannya Jung taeyong, tempat ini sangat bersejarah untuk kita berdua. Kau tahu itu kan?"

Mengangguk menanggapi, taeyong berjalan ke kursi yang berada di dekat sungai itu dan duduk. Memandang langit sore yang berwarna oranye,

"Kapan terakhir kali kita jalan-jalan berdua seperti ini?"

"3 tahun lalu mungkin?"

Mereka berdua terdiam, terlalu canggung untuk memulai sebuah obrolan.

"Maaf taeyong..

Maaf untuk semuanya."

Lagi, taeyong diam menanggapi, ia menatap jaehyun tanpa ekspresi lalu menatap langit sore lagi.

"Kenapa, jae? Kenapa? Kurang apa aku dimatamu?" pandangannya masih ke arah langit, ia tak mau memandang jaehyun sedikitpun, ia takut, takut untuk jatuh ke dalam lubang yang sama lagi.

"Kau bosan denganku, betul?" mengangguk menanggapi, matanya masih setia melihat sang istri yang tak mau melihatnya.

"Memang, rasa bosan dalam sebuah hubungan itu wajar. Bahkan rasa bosan itu pernah menghampiri ku, saat itu aku juga pernah bosan denganmu. Tapi aku tak berani berbuat lebih jauh, jaehyun. Aku mencoba mencintaimu lagi dengan mengenang masa lalu kita yang manis. Kau tahu? Aku berhasil melakukannya," taeyong tersenyum tipis saat kembali mengingat masa lalu mereka yang begitu romantis,

"Apa sebelum itu kau pernah berfikir untuk mencintai ku lagi jae? Maksudku- saat rasa bosan itu menghampirimu. Apa kau tak mencoba untuk mencintai ku lagi??" taeyong berkata sendu, pandangannya sudah buram akibat ia menahan air matanya untuk tidak keluar.

"Saat dulu aku tahu kau bermain api dibelakangku, aku bertahan karena aku yakin kalau Jaehyun-ku akan kembali lagi ke pelukan ku. Tapi sepertinya penantian itu sia-sia, 2 tahun lamanya aku menunggumu untuk mencintai ku lagi, tapi tetap sama. Tak ada yang berubah."

"Setidaknya fikirkan anak-anak.. Tak apa jika kau memang sudah tak mencintai ku lagi. Tapi tolong, sebelum kau melakukan itu, fikirkan anak-anak mu. Mereka darah daging mu, jae." pertahanan taeyong runtuh, ia menunduk menutupi wajahnya sambil menangis sesegukan.

"Maaf." jaehyun menarik taeyong ke pelukannya, ia memeluk istrinya dengan erat, dan menangis pelan.

"Kau tahu? Aku kembali mencintaimu, jung taeyong, aku kembali mencintaimu."

"Tidak, ayo sadarlah tae,, ingat apa yang mark katakan."

Taeyong melepaskan pelukan mereka, menatap jaehyun yang juga menatapnya.

"Mari berpisah, jaehyun."

"A-apa?"

"Mari berpisah, ayo sudahi semuanya."

Jaehyun menggeleng ribut, ia memegang tangan taeyong yang terasa bergetar, menggenggam tangan taeyong erat tak membiarkan istri manisnya pergi.

"Tidak, aku akan menuruti semua keinginanmu tapi tidak dengan yang ini."

"Kalau begitu, putuskan hubungan mu dengan naeun. Bisakah?"

Jaehyun diam tak menjawab membuat taeyong tertawa sumbang.

"Diam mu membuatku tahu semuanya, jae"

"Benar apa kata mark, tidak ada yang bisa ku percaya lagi dengan kalimat yang kau keluarkan dari mulutmu.. Ha-ha-ha.."

"Buruk sekali nasib ku.." taeyong mentertawakan dirinya sendiri, menyayangkan nasibnya yang malang itu.

𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.


Jaehyun menggendong taeyong yang tertidur memasuki mansion. Tadi saat taeyong menangis, jaehyun memeluknya dan berkali-kali mengucapkan kata maaf sampai akhirnya taeyong tertidur di pelukan jaehyun.


Kedatangan mereka berdua mendapatkan tatapan bingung dari anak-anaknya yang ternyata berkumpul di ruang keluarga bersama kekasih mereka masing-masing.

Baru saja beomgyu ingin membuka mulutnya untuk bicara, tapi telunjuk mark yang menempel di bibirnya membuat ia kembali menutup mulutnya.

Jaehyun sampai dikamar mereka, ia membaringkan tubuh mungil istrinya ke kasur yang empuk itu. Mengelus surai taeyong dan menghapus jejak air mata taeyong yang belum kering. Saat perjalanan pulang tadi, taeyong kembali menangis dalam tidurnya.

"Sejahat itukah aku sayang?" jaehyun mengecup pelipis taeyong dengan lembut, kemudian mengecup bibir taeyong.

"I love you, my wife, always love you."

Lagi, air mata itu keluar dari sudut mata taeyong. Ego nya ingin untuk tidak lagi mempercayai jaehyun, tapi hatinya mengatakan kalau ia harus mempercayai jaehyun. Lagi dan lagi, hati taeyong kembali jatuh semakin dalam di lubang yang sama.

Hati taeyong, hanya jaehyun pemiliknya.



𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.

Tbc.

𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬. (jaeyong) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang