𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
Jaehyun masih tak bergeming atas pertanyaan yang yuta lontarkan padanya. Ia masih menunduk kan kepalanya, bahunya bergetar karena ia menangis.
"Jika suatu saat nanti taeyong diambil oleh lelaki lain,, apa kau mau mengikhlaskannya?" pertanyaan itu membuat jaehyun menatap yuta, ia menatap sahabatnya itu seolah-olah mempertanyakan kembali pertanyaan itu.
"Kalau taeyong mau, aku akan melepaskannya" ia menjawab dengan air mata yang semakin mengucur deras."Berjuanglah untuk mereka, jaehyun."
"Tapi keputusan mereka akan menerima mu atau tidak, itu bukan ditanganmu." yuta menoleh pada jaehyun dengan senyuman nya.
"Kau terlihat kacau, ayo masuk"
"Tapi taeyong tidak di dalam. Ia sudah pulang satu jam lalu" senyum tipis yang ia berikan pada yuta. Tak apa kalau istrinya sudah pulang, asal ia bisa menemui keluarganya kembali nanti.
"Terimakasih"
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
Taeyong menatap langit malam yang indah, bintang betebaran di langit dan bulan yang bulat dengan sinarnya yang cerah. Ia tak bisa memejamkan matanya untuk tidur, fikirannya entah kemana.
Menghembuskan nafasnya kasar, ia menyeruput tehnya sampai sebuah suara yang ia kenali mengetuk pintu kamarnya.
"Bu.. Mark ga bisa bobo" saat pintu dibuka, taeyong mendapati anak sulungnya yang sudah membawa bantal dan guling. Seakan tau apa yang diinginkan mark, ia menyingkirkan badannya dari pintu dan mempersilahkan mark untuk masuk.
"Kenapa bubu belum tidur?" mark sedang menata bantal dan gulingnya diatas kasur taeyong saat lelaki cantik itu sedang menutup pintu.
"Sama seperti mark, bubu ga bisa bobo" taeyong berkata lembut, ia menatap wajah mark yang semakin lama semakin mirip dengan suaminya itu.
Mark mengangguk mengerti, ia merebahkan badannya di kasur empuk milik taeyong tak lupa juga pemiliknya ikut untuk berbaring.
"Mark.."
"Hum??"
"Kalau daddy nanti cari kita, apa mark mau menerimanya kembali?"
"Mark tahu? Daddy mungkin sudah sampai disini sekarang..."
"Maaf kalau bubu gak kasih tau kamu sama adik-adik mu sebelumnya.."
Sunyi, hanya kesunyian yang menjawabnya. Ia menoleh pada mark yang ternyata sudah memejamkan mata dengan mulut yang terbuka.
Taeyong terkekeh, "selamat malam jagoan"
Tak lama setelah itu, kegelapan menghampirinya.
Sesuatu yang sudah taeyong sadari, semakin ia ingin membenci pria itu, maka semakin besar pula rasa cintanya pada sang suami. Ia tak menginginkan ini semua, tak ingin. Jika ia bisa menolak, ia akan menolak dan pergi sejauh-jauhnya sampai-sampai jaehyun tak akan bisa menemukan keberadaannya. Ia lelah jika terus-terusan seperti ini, apa ia harus menerima jaehyun kembali? Mungkin, tapi ia harus memberinya sedikit pelajaran dulu bukan?
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
Jaehyun membuka tirai jendela di kamar tamu milik keluarga na, pakaiannya sudah rapih, rambut panjangnya dikuncir ke belakang, bulu-bulu halus disekitar mulutnya juga sudah ia pangkas rapih. Hari ini ia berniat untuk menemui taeyong dan anak-anak nya. Sekedar info, ia sudah menanyakan dimana alamat taeyong pada taehyung, sahabat waktu ia sekolah menengah atas dulu.
Jaehyun tersenyum, entah nanti ia akan diterima kembali atau tidak itu urusan belakangan. Yang penting ia sudah tahu dimana keberadaan taeyong dan anak-anak nya.
Mengambil handphone dan dompet, jaehyun berjalan keluar. Suasananya sepi, bahkan ia tak melihat satupun art yang sedang bekerja. Ini masih terlalu pagi, semua orang masih sibuk berada dalam mimpinya sekarang. Tapi mungkin tidak untuk jaehyun, efek rindu itu mengendalikan diri jaehyun saat ini.
Jaehyun akan berjalan kaki, apartemen milik istrinya itu tak jauh dari rumah keluarga na. Hanya di sebrang taman umum tepat di depan mansion besar itu, bahkan ia bisa melihat seberapa besarnya bangunan itu.
Dengan gugup, jaehyun menekan bel apartemen taeyong. Setelahnya ia menunggu, cukup lama. Merasa tak ada jawaban dari dalam, ia kembali memencet bel itu lebih lama. Tapi setelahnya ia mendengar pintu terbuka.
Ia mendapati taeyong dengan wajah bantalnya dan piyama pink bermotif beruang, istrinya itu masih mengucek matanya mengundang senyum jaehyun.
"Umm... Ini masih terlalu pagi untuk berkunjung winnie~" huh? Taeyong mengira kalau jaehyun itu winwin?
"Hei..." dengan lembut jaehyun menarik tangan taeyong dan memeluknya, ia menyalurkan rasa rindunya selama setengah tahun ini.
Nyawa taeyong seketika terkumpul, ia memberontak melepaskan pelukan itu. Ia tak melupakan suara jaehyun tentu saja.
Pelukan terlepas, mereka saling menatap satu sama lain. Terlihat jelas kerinduan dari mata jaehyun, taeyong? Mata boba itu sudah mengeluarkan air matanya.
"Hei, don't cry baby..." jaehyun menghapus air mata taeyong, kemudian ia mengelus pipi halus itu dengan penuh kasih sayang.
"Pergi."
Bukan, bukan suara taeyong. Itu anak bungsu mereka, jung beomgyu.
Beomgyu mendekat ke arah mereka, ia menatap jaehyun dengan tajam seakan-akan ayahnya itu adalah ancaman terbesarnya saat ini.
"Aku bilang pergi, apa kau tuli tuan?" jaehyun dan taeyong terkesiap mendengarnya, apa itu benar anak bungsu mereka?
"Beomgyu.. Daddy merindukan gyu, gyu apa ka-- "
"PERGI!!" beomgyu berteriak dengan keras, ia mengepalkan tangannya hingga kukunya memutih. Taeyong menahan beomgyu dengan pelukannya, lalu ia mendapati Jeno yang sedang berdiri di belakang mereka.
"Jeno,, tolong bubu.." masih dengan keadaan memeluk, taeyong memanggil Jeno dengan isyarat. Untungnya Jeno faham dan langsung mengambil alih beomgyu yang sudah menangis.
"Tak apa.." Jeno berbisik sambil memeluk adiknya itu, sedangkan taeyong sudah menarik jaehyun pergi untuk keluar.
"Apa lagi kali ini?" suara taeyong membuka obrolan mereka.
Rooftop, mereka sekarang berada disana.
"Aku mencari kalian, apa itu salah?"
"Iya, itu sangat salah." taeyong menatap jaehyun yang sedang memejamkan matanya. Apa ini? Kenapa suaminya menjadi lebih kurus? Rambutnya juga memanjang, apa naeun tidak mengurus jaehyun dengan baik? Pertanyaan itu terus muncul di otaknya.
"Kau tahu?"
"Apa kau tahu seberapa khawatirnya aku saat aku mendapati kalian menghilang begitu saja? Apa kau tahu bagaimana bahayanya dunia luar ini?"
"Kau sudah berjanji memberiku waktu sebelum kau pergi. Tapi kau ingkar janji taeyong, kau ingkar janji padaku.." kata jaehyun sambil menatap taeyong dengan tatapan sendunya.
"Kau tahu?"
"Apa kau tahu bagaimana aku menunggumu selama dua tahun? Apa kau tahu bagaimana hancurnya aku selama dua tahun itu?"
"Kau sudah berjanji kepada ku saat di altar pernikahan bukan? Tapi kau ingkar janji jaehyun, kau ingkar janji padaku."
Diam, jaehyun diam tak bisa berkutik. Matanya sudah berkaca-kaca saat melihat taeyong yang tersenyum kepadanya.
"Kau mencintaiku?"
Anggukan yang jaehyun beri pada taeyong, kini posisi mereka saling berhadapan.
"Sangat, dan akan selalu..."
"Kalau begitu pergilah untuk membuktikan rasa cintamu padaku, pergilah.. Pergi dan jangan kembali."
"Apa kau bisa?"
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬. (jaeyong)
Teen Fiction[Hurt] [jaeyong] Awaits. Taeyong yang berusaha bertahan demi anak-anaknya akhirnya menyerah. Dia pergi membawa mereka menjauh dari kehidupan sang suami sekaligus ayah dari anak-anaknya.