seven.

13.6K 1.1K 70
                                    



𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.





Pagi ini di mansion keluarga jung terlihat lebih canggung dari pagi sebelumnya, tanpa ada naeun pastinya.

"Gyu nanti berangkat sama taehyun yaa, jadi bang Jeno sama bang mark duluan ajaa"

Mark dan Jeno mengangguk, "beomgyu selalu inget kata bubu kan sayang?"

"Iya buu, gyu juga ga lupa nugas sama belajar. Bubu tenang ajaa"

"Yaudah, gyu berangkat yaa? Dadaah"

Anggota keluarga Jung yang disana tersenyum gemas melihat beomgyu mereka, sudah mau lulus tapi kelakuannya masih seperti anak kecil.

"Mark mau bawa bekal juga?"

"No bu, mark nanti siang ada janji sama echan"

"Okee, ini bekalnya Jeno. Kalian hati-hati dijalan ya sayaang"

"Iya, dadah bubuu" jawab si kembar bersamaan setelah mencium pipi bubunya.

"Taeyong-ie.." taeyong hanya melihat ke arah jaehyun yang memanggilnya, kemudian melanjutkan aktifitas mencuci piringnya.

"Soal perceraian itu,, kau.. Sedang bercanda kan?" jaehyun semakin menatap khawatir taeyong yang hanya diam,

Menghela nafas lelah, "cepat atau lambat itu akan terjadi, jaehyun."

Jaehyun tak bisa berkutik lagi, ia diam sambil melihat punggung istri mungilnya yang mulai menghilang dari pandangan matanya. Kalau boleh jujur, jaehyun memang sudah kembali mencintai taeyong-nya lagi, ia ingin memeluk kekasih hatinya sambil mengucapkan kata-kata cinta. Ia ingin, tapi sepertinya itu hanya harapannya. Pintu hati taeyong sudah tertutup untuknya, kan?

𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.

Mencintai dan dicintai, taeyong akan lebih memilih untuk mencintai. Menurutnya, mencintai itu indah, tapi mencintai itu juga sakit. Jikalau nanti cintanya sudah tak berada lagi disisinya, apa ia akan berhasil hidup tanpanya? Separuh jiwa taeyong ada di suaminya, jaehyun.

Ia akan mengalah secepatnya, ia akan pergi dari sisi jaehyun walau itu berat baginya. Taeyong hanya tinggal mengatur waktu untuk memberi tahu beomgyu semuanya, dan setelah itu ia akan pergi, membawa anak-anak mereka bersamanya. Hati kecil taeyong menjerit tidak, tapi ini terlalu sakit. Membiarkan selingkuhan suaminya tinggal bersamanya, apalagi dengan keadaan sangat selingkuhan sedang hamil, bayangkan jika kamu berada disisi taeyong. Apa yang akan kamu lakukan? Pergi lebih baik, bukan? Maka taeyong akan pergi dari kehidupan jaehyun dan tak akan pernah muncul kembali. Itu janjinya pada dirinya sendiri.

"It's okay, taeyong-ie.. Tuhan sedang merencanakan sesuatu." ia mengusap air matanya, melihat sekeliling kamar itu. Ini adalah tempat dimana ia bisa mengenang semuanya, dari mulai ia berteman dengan jaehyun sampai anak-anak mereka sebesar sekarang.

Taeyong memegang salah satu foto bayi, "Sungchan.. Bubu kangen sama sungchan nak, nanti malem dateng ke mimpi bubu ya sayang? Bubu mau main bareng sama kamu.." ia terisak sambil memeluk foto anaknya, jung sungchan. Ia adalah salah satu kakak kandung beomgyu yang hanya berjarak umur dua tahun dengan beomgyu yang berarti berjarak 3 tahun dengan kakak kembarnya

Sungchan sedari lahir memang berbeda dari saudara-saudara nya, ia di agnosa memiliki gagal jantung saat baru lahir.

Taeyong saat itu merasa heran dengan sungchan yang kaki nya sering bengkak dan menangis akibat nafasnya sesak. Merasa ada yang tidak beres, taeyong mengajak jaehyun untuk membawa sungchan ke dokter.

Benar saja, dugaan ibu memang gak pernah salah. Taeyong merasakan dunianya hancur saat dokter menyatakan kalau anaknya itu mengidap gagal jantung dan harus di rawat secara intensif dirumah sakit.

Ia sampai sekarang masih belum menerima kenyataan itu, anaknya seharusnya sekarang ada disini, ikut berkumpul dengan anggota keluarga Jung lainnya. Kadang taeyong berfikir, kenapa takdir selalu mempermainkan nya? Kenapa ia diperlakukan dengan tak adil? Lalu ia percaya, ia percaya kalau suatu saat ia akan bahagia. Entah bersama jaehyun atau yang lain. Ia pasti akan bahagia.

Atensi taeyong jatuh pada foto pernikahannya dengan jaehyun, dia dan jaehyun terlihat sangat bahagia difoto itu. Keduanya menggunakan setelan jas berwarna putih. Taeyong sedang membawa bunga mawar merah yang besar, namun cukup untuk taeyong peluk.

Taeyong tersenyum miris, "kenapa ini masih berada disini? Haruskah ku buang? Lagipula nantinya jaehyun akan menikah dengan wanita itu dan akan memajangnya disini... Atau mungkin ia akan memajangnya di depan rumah?" taeyong menutup foto yang cukup besar itu dengan kain putih, dan yang cukup kecil ia ambil bersama dengan foto sungchan yang sudah ada ditangannya.

Taeyong mengusap air matanya yang terus mengalir dan keluar dari ruangan itu.

𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.

Apa yang akan kamu lakukan jika kau bosan dengan pasanganmu? Mencari yang baru, atau mencoba mencintainya kembali?

Dalam sebuah hubungan pasti ada yang namanya bosan, setiap orang pasti merasakan hal yang sama. Jenuh dengan pasangannya sendiri dan memilih untuk pergi mencari yang lain, jaehyun sekarang menyesali keputusannya dulu. Apa taeyong-nya masih mencintai nya seperti sedia kala? Jaehyun harap iya. Dan apa anak-anaknya sudah sangat membencinya? Jaehyun harap tidak. Ia menyayangi anak-anak nya, tapi ia lebih menyayangi istri mungilnya itu.

"Bukankah bagus kalau taeyong pergi? Dia tak akan lagi menangis untukmu jaehyun... Lepaskan taeyong, biarkan dia bahagia... Oh tuhan.. Kenapa terasa sakit disini?"Jaehyun menasehati dirinya sendiri di balkon, pandangannya menatap bagaimana ramainya kota Seoul yang dipenuhi mobil dan gedung-gedung tinggi.

Jaehyun menyesap kembali kopi paginya, tak menyadari jika taeyong sudah ada di belakangnya sedang diam sambil menatap punggung pria jangkung itu.

"Sesak.. Dada ku sesak.. Aku sudah tak mencintaimu lagi jaehyun, tapi kenapa dengan melihatmu saja rasanya ingin menangis?"

"Kau di sini, sayang?" jaehyun menatap istrinya yang juga menatapnya. Jaehyun kaget saat taeyong menangis, ia mendekati sang istri yang malah menjauhi nya membuat langkah jaehyun terhenti.

"Jangan mendekat.." taeyong menunjuk jaehyun dengan jari telunjuknya, menyuruh jaehyun berhenti.

"Kau kenapa sebenarnya?"

"Masih bisa bertanya? Aku membencimu! Tapi apa kau tahu? Rasa cintaku padamu lebih besar dari rasa benci ku!!"

"

Aku membenci hal itu, aku membencinya. Aku ingin membencimu secara permanen, bukannya malah tambah mencintaimu!!" taeyong berteriak membuat jaehyun langsung berlari memeluknya walau ada pemberontakan dari taeyong.

"Sssttt.. Don't talk like that, aku juga mencintaimu taeyong-ku.."

"Penipu! Kau hanya menjadikan ku pelampiasan, kan?! Kau hanya menjadikan aku pelampiasan disaat kekasihmu itu sedang pergi." taeyong berhasil melepaskan pelukan mereka, berlari ke luar kamar membiarkan jaehyun yang terus memanggil namanya dan mengejarnya.

"Mark" taeyong melihat mark yang sepertinya baru tiba dengan kekasihnya, ia berlari menuju anak sulungnya dan berlindung dibelakangnya.

"Bubu?" haechan memegang tangan taeyong yang gemetar, masih bingung dengan situasi yang sedang terjadi saat ini. Berbeda dengan mark, ia sudah tau hanya dengan melihat mata bubunya sembab, mark mengepalkan tangannya saat melihat jaehyun yang sudah tiba di lantai bawah. Tanpa menunggu lama ia menarik kedah baju jaehyun  lalu memojokkan nya ke tembok, sekarang haechan tahu apa yang sedang terjadi. Dengan cepat haechan memeluk taeyong yang semakin menangis.

"Cukup untuk semuanya, tuan. Biarkan aku membawanya beserta adik-adik ku menjauh darimu."







𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.

Tbc.


𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬. (jaeyong) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang