𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.
"Kau yakin?"
Menghela nafas lelah, taeyong mengangguk tanpa ragu, "aku tahu hal ini akan terjadi, dan ini saatnya ten. Jaga dirimu baik-baik ya?"
"Hey, seharusnya aku yang berkata seperti itu. Jaga dirimu baik-baik disana, jangan banyak tingkah oke?? Minggu depan mungkin aku akan menyusul dengan haechan. Kalian juga kids! Aunty akan merindukan ocehan kalian di rumah aunty" ten terkekeh berusaha mencairkan suasana yang menyedihkan itu.
Taeyong beralih menatap Johnny. Seakan tau apa arti tatapan Taeyong, Johnny mengangguk. "Aku sudah menutup semua aksesmu dan anak-anak, tenang saja Taeyong" Taeyong tersenyum menepuk bahu Johnny, "suami mu memang terbaik ten" mereka semua tertawa atas lawakan yang dibuat Taeyong.
Ditengah asiknya tertawa, panggilan boarding untuk penumpang yang ternyata Taeyong dan anak-anaknya termasuk penumpang di pesawat itu.
"Baiklah.. Kau sepertinya sudah harus pergi, jaga dirimu baik-baik ya? Aku akan merindukanmu disini taeyong-ie.." ten memeluk Taeyong dengan mata yang berkaca-kaca, yang dipeluk hanya tersenyum maklum.
"Echan, dengerin kakak, echan makannya jangan telat, harus yang teratur, jangan bobo larut malem juga, nanti kalau kakak udah sampai disana kakak telefon kamu ya? Jangan takut kakak diambil orang, hati kakak masih ada di kamu." mark memeluk kekasihnya sambil menenangkannya karena sedaritadi haechan terus menangis membuat mark tidak mau meninggalkan namja imut itu.
"Gyu mau taehyun ikut!!"
"Belum untuk saat ini, tunggu hyunie lulus ya sayang? Hyunie janji, nanti kita kuliah bareng di tempat yang kamu mau. Okee? Udah dong, jangan nangis.. Udah gede masa nangis humm?" taehyun mengusap air mata beomgyu yang tak mau berhenti, ini juga berat harus merasakan apa yang namanya ldr, beomgyu nanti kuat tidak ya? Bukan- bukan hanya beomgyu, taehyun sebenarnya lebih bucin dari beomgyu, beomgyu itu 24/7.
Di bandara ini, mereka semua mengucapkan salam perpisahan secara bersamaan sebelum mereka berpisah.
"Come on kids," saling melambaikan tangan, akhirnya Taeyong dan anak-anaknya berjalan menuju pesawat. Sebelum itu taeyong menyempatkan membuka handphone nya dan mengetikkan sesuatu disana.
Selesai dengan pesan yang ia tulis, taeyong mematahkan SIM cardnya kemudian membuangnya ke tong sampah bersama dengan handphone nya.
Tersenyum sendu, "You can taeyong-ie"
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.
"Dengan keluarga naeun?"
"Saya calon suaminya dok!" jaehyun dengan tergesa-gesa menghampiri dokter beserta suster nya, tampak jelas raut kekhawatiran di wajah jaehyun.
"Maaf sebelumnya, perut nona naeun tertusuk kaca tepat pada rahimnya membuat janinnya luruh. Rahim nona naeun juga tertusuk cukup dalam membuat kami harus menjahit nya dan harus mengambil janin yang luruh tersebut."
Kaki jaehyun melemas seketika, ia menatap sang dokter dengan tatapan kosong, bagaimana nanti perasaan naeun saat ia tahu bayi mereka luruh sebelum melihat dunia ini?
"Kalau begitu silahkan tanda tangani ini, kami harus cepat" dokter memberikan map itu kepada jaehyun, mau tak mau ia harus segera menandatangani kertas itu. Tangan dan bibirnya bergetar, matanya sudah mengeluarkan air mata sejak tadi. Jaehyun terlihat kacau sekarang, ditambah perasaannya yang kosong.
"Kalau begitu saya permisi"
Fikiran jaehyun penuh, dirinya terus menangis. Bukan, bukan karena naeun atau anaknya yang luruh, hatinya merasa ada yang kurang, air matanya tak mau berhenti. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa ini semua menyangkut taeyong?
Omong-omong soal taeyong, jaehyun jadi ingat kalau dia harus mengabari taeyong untuk tidak pulang malam ini.
"Lowbat? Ah.. Aku lupa men chargernya. Besok saja kali ya? Taeyong juga tahu kalau naeun kecelakaan." Entah hanya perasaannya saja atau apa, perasaannya tidak enak. Tapi jaehyun terus mencoba berfikir positif disaat-saat seperti ini.
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬.
"Kemana taeyong pergi?" seorang pria berjubah hitam menatap dingin bawahannya yang bergetar ketakutan. Bahkan untuk melihat sepatunya saja ia tidak mau.
"S-saya tidak tahu tuan, tiba-tiba saja semua data tentang tuan muda taeyong dan anak-anaknya menghilang"
Pria itu berdecak keras membuat bawahannya semakin merinding ketakutan, "atur pertemuan ku dengan tuan Seo sekarang." kalimat itu kalimat mutlak membuat asisten nya mengangguk cepat. Setelah itu ia melangkah pergi meninggalkan tempat itu bersama asisten nya.
Pria itu Jung Yunho, ayah kandung jaehyun yang berarti mertua taeyong dan kakek dari anak-anak.
"Jung Jaehyun bodoh" umpatnya.
Johnny menundukkan kepalanya sopan kala ayah dari sahabatnya itu datang, yang disambut hanya tertawa renyah.
"Tidak usah formal seperti itu, Seo"
Yunho menepuk bahu Johnny, ia duduk di kursi yang sudah ditempatkan di cafe itu.
"Apa kabarmu?"
Johnny tersenyum, "baik, bagaimana dengan anda?"
"Ku bilang jangan terlalu formal, aku membuat janji denganmu bukan untuk membahas pekerjaan"
Johnny mengangkat sebelah alisnya bingung, "kalau bukan pekerjaan, apa?" tanyanya penasaran.
"Aku hanya ingin menanyakan, apa kau yang memblokir semua akses menantu dan cucu-cucu ku?"
Nafas Johnny tercekat, ia mengangguk ragu tanpa melihat Yunho.
"Apa tujuanmu?"
Johnny menghela nafas, "taeyong sendiri yang memintanya paman, ia meminta agar jaehyun tak mengetahui keberadaannya. Maaf tidak memberitahumu sebelumnya" Johnny menunduk meminta maaf pada Yunho,
"Ceritakan semuanya."
Baiklah, tamat riwayat mu Jung Jaehyun.
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬."Uh, maaf" taeyong membungkuk berkali-kali kala ia menabrak seseorang saat keluar dari kamar mandi.
"Tak apa, apa kau terluka?"
"Huh?" mata taeyong mengedip lucu menatap lawan bicaranya, seharusnya ia kan yang menanyai itu?
"Haha, lucu sekali sih. Aku bertanya, kau terluka atau tidak?" taeyong menggeleng bingung, "umm.. Harusnya aku yang menanyakan itu, apa kau terluka?"
Lagi-lagi pria itu tertawa, "tidak cantik, aku tak apa"
"Aku pria!"
"Oh ya? Kau terlihat cantik, juga manis. Apa sudah memiliki kekasih?" pria itu mengukung taeyong pada pintu toilet di pesawat itu membuat taeyong melebarkan matanya.
Dengan cepat taeyong mencubit perut pria itu dengan keras lalu melarikan diri ke kursi penumpangnya.
"Cantik-cantik nakal juga heh?"
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐰𝐚𝐢𝐭𝐬. (jaeyong)
Genç Kurgu[Hurt] [jaeyong] Awaits. Taeyong yang berusaha bertahan demi anak-anaknya akhirnya menyerah. Dia pergi membawa mereka menjauh dari kehidupan sang suami sekaligus ayah dari anak-anaknya.