"Mi..."
"Hm."
"Pake kacamata capek gak?"
"Ng..." yang ditanya diam dulu, berpikir lumayan lama. "Awalnya mungkin capek, karena gak biasa gitu. Tapi udah biasa aja kalo gue. Kenapa? Burem mata lo?"
"Iya." ya Prima mengakui, memang iya. "Gue udah lama kan ngeluh burem, apalagi kalo malem, cuma lebih sering gak gue rasa gitu loh Mi, gue mikirnya ya capek aja."
"Lo udah periksa mata?"
"Udah. Kanan-kiri beda anjir, gue baru tau bisa gitu. Lo berapa?"
"Gue, ini tahun lalu ya, gue belum periksa lagi. Yang kanan tuh minusnya 1, silinder 1.5, kalo yang kiri lumayan gede. Minusnya 3, silindernya 0.75. Lo?"
"Gue juga timpang gitu Mi, pertama gue periksa mata kan, yang kanan gak ada minus, tapi silinder gue udah 1.75."
"Buset?! Lo gak muntah selama ini gak pake kacamata?"
"Hah?" Prima bengong. "Kok muntah? Kan mata....?"
"Ya bisa anjir, gue tiap silinder naik pasti mual, tiap liat layar mesti muntah gue."
"O-oh.. bisa gitu?" Anjir kayak hamil omegaverse si Fahmi. Otak gue napa gini amat Gusti.. ampun.
"Bisa lah. Terus, mata kiri lo?"
"Yang kiri ada minus, 1.25 awalnya. Gak ada silinder. Terus gue gak mau langsung pake kacamata gitu kan, akhirnya kayak treatment gitu sebulanan ini. Tapi mungkin guenya juga yang gak rajin gitu Mi, jadi minus gue gak berkurang sama sekali. Tapi silinder gue kurang, jadi 1.5."
"Ooh. Lumayan lah. Terus? Lanjut treatment?"
"Nggak.. mahal anjir obatnya. Gue pake kacamata aja kali ya?"
Fahmi mengernyit, "Yaa sok aja. Tapi kalo udah pake kacamata jadi keterusan Prim, kayak gue gini. Gue tuh pake kacamata SMP kan, padahal minus gue kecil gitu lah gak besar-besar amat. Kata dokternya juga gue bisa treatment itu, cuma begonya gue milih pake kacamata biar keren."
"Anjir... terus nyesel?"
"Ya gitu. Lo kalo gak mau pake obat, mending rutin minum jus wortel deh Prim, makan sehat, bisa lo mix juga biar gak bosen. Adek gue gitu soalnya. Akhirnya gak jadi pake kacamata tuh."
"Gitu?"
"Hm, tapi lo gambar juga sih ya? Gue rasa sih mata lo gitu karena kecapekan juga Prim."
"Dokternya juga bilang gitu." Hembusan napas Prima jadi lumayan dalam.
Obrolan berdua Fahmi di lift ini jadi soal kacamata. Habis cuma ada Fahmi dan di geng Prima yang pakai kacamata hanya Fahmi seorang, mana orangnya lumayan diem, jadi sekalian saja Prima tanya, biar ada topik obrolan.
Mereka bertemu di parkiran, Wahyu sudah datang dan katanya ada di pelataran lantai sembilan. Faisal dan Kamal jangan ditanya, pasti datang mepet jam masuk kelas. Tapi mungkin hari ini tidak datang mepet jam masuk, karena sedang UAS. Bisa jadi mereka datang lebih cepat
Sudah UAS lagi saja. Semester depan sudah semester tujuh, tingkat akjir. Sudah saatnya memikirkan Proposal lalu Skripsi. Oh, kalau masa PKL sudah, semester lima kemarin. Prima menjadikan kerjanya di Love at First Sip sebagai PKL, untungnya bisa itu juga. Jadi sekalian saja, malah tidak terasa seperti sedang PKL.
"Liburan balik Prim?"
"Hm? Oh. Iya, udah gak kerja juga."
"Hmm." Fahmi mengangguk. Kalau ia sama seperti Faisal dan Kamal, asli anak Ibu Kota. Tidak ada mudik libur kuliah, ada juga jalan-jalan. "Lo Bandung mana sih Prim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Recalling Us (BL 18+) [COMPLETE]
Romance❝𝑾𝒉𝒂𝒕 𝒊𝒇, 𝒚𝒐𝒖 𝒂𝒏𝒅 𝑰 𝒘𝒆𝒓𝒆 𝒎𝒆𝒂𝒏𝒕 𝒕𝒐 𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒘𝒂𝒚𝒔, 𝒐𝒏𝒍𝒚 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒘𝒆 𝒄𝒐𝒖𝒍𝒅 𝒇𝒊𝒏𝒅 𝒆𝒂𝒄𝒉 𝒐𝒕𝒉𝒆𝒓 𝒂𝒈𝒂𝒊𝒏.❞ Apa yang ada dalam benakmu, ketika dengar kata 'Space'? . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ A...