Us : 21

1.5K 244 86
                                    

"Lang?"

Elang menoleh setelah ia memgerjap beberapa kali. Kepalanya agak sakit bekas benturan dengan jendela mobil karena jalan yang tidak mulus. "Hmm." baru menyahut. Ia melirik sekitar, hari makin malam.

"Lo mending balik deh."

"Hm."

"Jangan ham hem ham hem dong anjir! Lo balik, lo tidur!"

"Tch. Di rumah gue gak bisa tidur terus Yo."

"Ya ke dokter. Asli ya Lang. Lo udah gak karuan gara-gara galau pisah sama Prima ini! Lo harus ke dokter biar seenggaknya dapet obat tidur kek apa kek, biar tidur lo bener, pikiran lo bener, hidup lo juga bener!"

"Hmm." Elang menyahut lagi, ia mengabaikan Aryo yang komat-kamit di kursi kemudi, sementara Elang menyandarkan lagi kepalanya. Kalau bisa mau tidur lagi. Tapi Elang tidak mau kalau tidur selalu dapat mimpi buruk tentang Prima.

Entah itu Prima pergi, Prima kecelakaan, sakit, macam-macm. Selalu mimpi buruk. Bagaimana Elang bisa tenang coba? Menghubungi Prima saja sama sekali tidak bisa. Bahkan, Elang yang mengharapkan Galvin ada kontak dengan Prima, ini tidak sama sekali.

Bukan hanya dari Elang saja Prima menghilang, tapi bahkan dari sahabat-sahabatnya.

"Lo bener-bener gak ketemu dia di kampus?"

"Nggak, Yo. Ilang-ilangan banget anaknya. Pernah gue liat dia sekilas doang, jalan buru-buru, kayak kabur gitu dari temen-temennya." Elang menjeda, "Bahkan, lo tau sendiri cerita dari Galvin kan? Ima udah gak deket sama temen-temennya."

Ya Aryo hanya bisa diam. Apa yang bisa Aryo tanggapi? Memang itu nyatanya, dan Aryo sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Ia siapa? Yang terdekat dengan Prima saja tidak bisa.

"Skripsi dia gimana ya Yo..."

"Yah lo mah malah mikirin skripsi."

"Gue tau dia lanjut kuliah aja gue udah seneng Yo. Lega gitu maksud gue. Ya pikiran gue jadi ke yang lain lah. Gue takut dia kesusahan pas skripsi. Mana ngambil multimedia. Dia tuh gak mau nambas semester Yo."

"Ya siapa juga sih lah yang mau nambah semester? Lo mah aneh-aneh aja. Gini deh sekarang gue tanya, lo udah sebulan lebih ini ya Lang susah tidur, gak karuan kan? Mending lo ke dokter, atau lo balik lagi ke Bandung, ngomong sama orangtua Prima. Tanpa Prima!"

Matanya melirik Aryo, agak mengernyit.

"Gue rasa kalo ada Primanya lo malah susah ngomong sama orangtua dia."

"Gue rasa tetep gak segampang itu sih Yo."

"Ya lo usaha dong Lang! Cuma kepikiran tapi gak ada aksi buat apa anjir? Lama-lama lo jadi Nadhil KW. Gue yakin Prima sekarang juga kesusahan. Tertekan. Karena kalo nggak, dia gak bakal ngilang dari temen-temennya. Gak usah adek gue, dari geng dia dulu deh."

"Hm."

"Ah, resek lu ham hem ham hem terus. Kapan kelarnya coba? Galau kok dipelihara? Aneh."

Elang hanya terkekeh, habis yang dibilang Aryo memang benar kok. Elang sudah lama ingin kembali ke Bandung dan menjelaskan semua. Mungkin orangtua Prima tidak akan dalam sekejap menerima hubungan mereka, atau bahkan memaafkan Elang, tapi setidaknya, orangtua Prima menyudahi rasa kecewanya pada Prima.

Jujur Elang sudah tidak bisa berharap lagi ia akan kembali dengan Prima, yang ada dalam pikirannya pun hanya semoga Prima sehat, semoga hubungan Prima dengan orangtuamya membaik. Seputar itu. Elang tidak berani berharap bisa kembali.

Terlebih setelah ia dapat mimpi-mumpi buruk tentang Prima. Mana kepikiran soal bisa kembali pacaran, yang Elang butuhkan hanya kabar kalau Prima sehat baik fisik maupun mental.

Recalling Us (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang