Us : 22

1.6K 250 105
                                    

"Kak? Kok belum dimakan?"

"Iya.. Ima udah kenyang Tante, tadi di kampus udah makan soalnya."

"Ooh. Yaudah makan sayurnya aja. Biar nanti malem gak keroncongan."

Prima hanya mengangguk, seulas senyum menyungging untuk wanita muda yang anaknya masih tiga tahun ini.

Tidak ada ikatan darah atau apa, Prima benar-benar dititipkan di rumah teman Ibunya. Ya Prima dekat, kenal, keluarga kecil ini pun sering main ke Bandung sejak sebelum menikah. Rasanya sudah seperti keluarga sendiri saking dekatnya.

Makan malamnya singkat. Prima benar-benar makan sayur sopnya, tanpa nasi tanpa apa-apa. Ia pamit ke kamar, ngakunya mau nugas, padahal hanya tiduran, memejamkan mata mau melupakan semuanya.

Jelas sekali di kepala Prima soal pertemuan tidak sengaja tadi pagi. Prima jalan dari parkiran sebrang kampus, sampai niatnya untuk menyebrang diurungkan karena ada angkot yang menepi. Prima menoleh, melihat Elang turun dari sana.

Dadanya sakit sekali.

Prima tidak tau kenapa Elang pakai angkot. Tidak tau kemana mobil Elang. Pokoknya Prima tidak tau kabar Elang. Melihatnya tadi, buat Prima jalan buru-buru sebelum Elang sadar kalau ada dirinya.

Ia jadi terbiasa melarikan diri, bahkan dari teman-temannya. Prima merasa tidak enak, ia ingin menceritakan semua uneg-unegnya agar mereda, tapi tetap tidak bisa. Prima tidak mau teman-temannya terseret dalam masalah ini.

Hubungan dengan orangtua semakin membaik. Memang seharusnya sejak awal Prima dengarkan kata-kata orangtua. Memang harusnya sejak awal, Prima tidak usah merasa dirinya paling spesial karena disukai Elang. Akhirnya menyakitkan. Untuk sekadar menatap mata temannya saja Prima tidak sanggup.

Prima membuka matanya lagi. Ia turun dari kasur, melenggak keluar kamar untuk mengambil minum di dapur. Telinganya penuh suara suami tantenya ini sedang main dengan anak perempuannya. Mungil. Tawanya bisa menular.

"Eh, Kakak Ima tuh."

"Kaka Imma~!"

Prima terkekeh lucu, ia mendekat sesaat untuk mencubit gemas pipi balita ini. Ya hanya sebentar, karena habis itu ia izin ke kamar lagi dengan alasan yang sama.

Minumnya disimpan di meja, Prima buka tasnya, mencari bungkusan berisi beberapa obat.

Diam-diam sepulang dari kampus tadi Prima ke klinik. Dengan keluhan sakit kepala yang menjadi-jadi. Dokternya tanya, Prima semester berapa? Begitu tau kalau Prima sedang menggarap skripsi, dokternya bisa paham. Prima stres dan lelah karena skripsi. Prima diminta istirahat cukup dan memgatur pola makan.

Prima tidak bisa bilang pada tantenya, pasti nanti diadukan ke orangtuanya. Pun... kini Prima seperti diwajibkan menelpon orangtuanya setidaknya sekali sehari. Prima lakukan, ia mau membangun kepercayaannya lagi setelah runtuh tidak karuan.

Tapi sejak kemarin Prima tidak dapat telpon. Hanya pesan-pesan biasa.

Bunda
Kakak lagi apa?

Nyicil skripsi Bun
Besok Ima bimbingan

Banyak gak revisinya?

Gak juga Bun
Ima kan tinggal ngelanjutin proposal
kemaren
Dosennya setuju
Malah dukung Ima

Bagus dong

Iya Bun
Bunda lagi apa?

Gak lagi apa-apa
Tiduran aja di kamar

Recalling Us (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang