Us : 16

1.8K 225 82
                                    

"Ima..."

"Hmm?"

"Apa yang buat kamu suka aku?"

Prima tarik dulu napasnya perlahan, membuka matanya yang terpejam, indra penciumnya selalu dimanjakan dengan wangi sampo dari rambut Elang.

Matanya kini benar-benar bertaut dengan Elang, senyumnya dikembangkan meski lebih ingin menggigit bibir bawahnya. "Kok tumben?" Prima malah balik bertanya, tangannya yang semula di lengan Elang berpindah ke kening, menyingkirkan rambut depan Elang ke belakang.

"Pengen tau aja."

"Aku kayaknya.. suka sama kamu itu, pas... umm pas abis bantuin kamu kayaknya. Terus kamu senyum kan.. aku taunya kan kamu dingin."

"Bantuin yang mana?"

"Yan-" seketika terjeda, Prima tercekat karena Elang tanpa aba-aba memperdalam kejantanannya. "Nnh.."

Elang kecupi kening Prima, sambil mengelusi rambutnya, menikmati pemandangan wajah Prima, dengan mata terpejam menahan desahan yang dalam.

"Dalem banget..."

"Hm."

Matanya baru dibuka lagi ketika Prima mulai bisa menyesuaikan rasa yang menyerang dari dalam dirinya. "Aku... pas aku bantu kamu mindahin barang.. dari Lab gedung lama itu."

"Ooh, aku inget. Aku senyum ya?"

Prima mengangguk. "Dulu kan.. aku tuh ngerasa aku bukan gay, ya aku suka aja sama BL, tapi bukan gay. Pas liat senyum kamu itu, dan seterusnya itu aku jadi kepikiran. Awalnya aku masih denial aku cuma baper."

Elang cekikikan, ia tegakan punggungnya kembali duduk dengan benar dan menyimpan tangannya di paha Prima. "Tapi ternyata makin suka?"

"Hm.." Prima mengangguk, karena memang itu kenyatannya. Tangannya turut merambat ke paha, mengambil tangan Elang untuk digenggaminya. "Elang."

"Ya?"

"Kamu ada gak sih, hal yang gak kamu suka dari aku?"

Elang berpikir dulu, matanya terpaku pada tangan Prima yang lebih kecil dari tangannya, digiring ke atas, ke penis Prima, mengurut-urut bersama. "Gak ada, mungkin. Kadang aku bukan mgerasa gak suka, aku tuh justru kayak mempertanyakan gitu."

"Apa?"

"Kayak.. kok anak ini gak mau seutuhnya bergantung ke aku ya? Aku suka mikir gitu, terus aku jadi mikir, aku kurang ini mungkin, aku kurang itu. Atau aku ngerasa, mungkin aku berlebihan ke kamu."

Gantian Prima yang terkekeh, meski tiap ia terkekeh, ia jadi merasakan ukuran penis Elang di anusnya.

"Awal-awal aku masih suka mikir gitu, terus ya makin lama aku sadar aja, ternyata anaknya emang begini, kalo bisa sendiri ya sendiri, kadang kalo bener-bener gak bisa pun ya udah aja, gak usah. Ya kan?"

"Tapi aku masih apa-apa ke kamu kok."

"Bukan clingy yang begitu maksud aku." Elang hampir terkekeh lagi, pandangannya hanya terpaku pada wajah Prima.

"Elang.."

"Ya?"

"Gerakin.." suaranya terdengar pelan.

Tapi Elang paham, sejak tadi memang Elang hanya membenamkan penisnya saja, tidak digerakan sama sekali. Perlahan, Elang gerakan pinggulnya, ia bisa merasakan bagaimana liang anus Prima menjerat penisnya.

Tangannya refleks mengangkat kaki Prima, Prima yang paham juga langsung memegangi kakinya. Bisa dengan jelas Elang lihat bagaimana penisnya keluar masuk di anus Prima, yang memerah, dan mengkilat bekas pelumas.

Recalling Us (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang