Us : 13

2K 244 120
                                    

Ke SeaWorld, main di Dufan seharian sampai bermalam di sebuah apartemen yang disewakan. Prima benar-benar dimanjakan Elang. Ia hampir mencoba semua wahana, tapi tidak dengan Tornado, sedang masa perbaikan katanya. Agak menyesal, tapi tetap puas. Dan Elang benar, ke Dufan di hari biasa itu lebih leluasa, banyak pengunjung tapi ya tidak sumpek.

Prima dibelikan kaos dan topi, Elang tidak. Tugasnya hanya memanjakan Prima sebagaimana semestinya. Meski akhirnya Prima belikan jiga Elang merchandise saat Elang ke toilet. Pokoknya hari itu menyenangkan, yang dibawa pulang juga bukan hanya topi dan kaos Dufan, ada boneka hiu paus besar dari SeaWorld.

Meski pulang-pulang Prima jadi lebih keling karena kepanasan di Dufan. Agak iri sebenarnya dengan kulit Elang, Prima panas-panasan seharian pasti langsung keling. Untung bisa kembali normal. Mungkin Prima harus lebih sering pakai tabir surya.

Rencana pulang ke Bandung juga akhirnya sama-sama. Elang bawa mobil, Prima ikut meski awalnya ia ingin pulang naik travel saja, takut ketahuan. Tapi setelah dapat ide dari Elang ya.... lanjut deh. Meski harus bohong sih.

Boneka hiu pausnya disimpan di rumah, sisa bantal penyu saja di jok tengah. Bersama ransel Prima berisi laptop dan pentabnya, dan ransel Elang juga camilan untuk di jalan. Elang bilang mungkin ia akan di Bandung sekitar dua mingguan, tetap tidak enak meninggalkan rumah lama-lama, lagi pula Elang juga tidak bisa lepas tangan saja soal kampus. Ia masih harus mengajar kelas karyawan sesekali.

Berangkat dari rumah jam sebilan, tapi sampai Bandung jam satu, karena kelamaan di rest area, pun mereka santai-santai. Malah seperti sedang ngedate bukan pulang kampung.

"Kamu Cibirunya mana Lang?"

"Panyileukan. Kenapa?"

"Aku gak pernah ke daerah sana sih.. abis jauh banget."

"Iya ya." Elang terkekeh hambar. Ia juga mempertanyakan kenapa orangtuanya malah memilih disana. Ya masih Bandung sih, mungkin karena tidak mau berhadapan langsung dengan hiruk pikuk pusat kota. "Main sekali-kali kesana Ma."

"Abis itu diusir."

"Ya gak bakal lah. Orangtua aku open kok. Percaya deh."

"Orangtua kamu tau kamu gay?"

"Iya. Udah lama."

Prima bengong dulu. Di pikirannya langsung terbayang kedua orangtuanya di rumah. Memikirkan, gimana jadinya kalau mereka tau.... Prima itu gay?

"Hei."

"Hmm..." ya moodnya anjlok. Lagi-lagi Prima iri dengan Elang. Meski harusnya tidak usah, tidak perlu, untuk apa? Cuma ya tetap, Prima ingin orangtuanya mengerti soal hubungannya, seperti orangtua Elang.

"Ima."

"Hm.." sahutnya lagi, baru menoleh setelah tadi buang muka.

"Kenapa sih? Mikir aneh-aneh deh pasti."

"Gak aneh-aneh.. cuma ya... gimana kalo ternyata orangtua aku gak open? Aku takut ketawan terus nyuruh kita pisah."

"Dulu orangtua aku juga gitu sih Ma. Aku ngaku pas SMA kan, kelas 12, sebelum kelulusan. Aku jujur aku gay. Mereka kaget, mana aku anak satu-satunya. Kalo marah ya marah, tapi ya abis itu mereka milih gak mau bahas, mereka masih gak suka aku gay."

"Terus? Kok sekarang bisa open?"

"Ya kan semua butuh proses Ma. Gak secepet itu mereka nerima kenyataan anaknya gay. Lamaaa banget. Kayaknya waktu aku masuk S2 mereka baru kayak, ya udah lah. Let it flow. Baru bisa open soal aku, hubungan aku, gitu-gitu."

Recalling Us (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang