VOTE DAN COMMENT NYA JANGAN LUPA:)
𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷
"Gue mau pulang!"
"Dylan, lo dengar, gue mau pulang!"
"Buka kuncinya, sialan!"
Hari sudah cukup larut, 02.15 AM dan Qilla masih terkurung di ruangan yang sama dengan Dylan, pria itu ternyata diam-diam mengunci pintu. Qilla tidak terlalu tau motif laki-laki itu melakukan nya apa, tetapi hei, Qilla takut untuk saat ini.
Selama disana tidak ada yang aneh, semua berjalan normal. Dylan tidak menganggu nya dan hanya terlentang di ranjang, tidur. Qilla menajamkan matanya, alisnya sedikit menyatu, dan kedua tangan yang mengepal di sisi tubuh.
"Brengsek, lo ngunci gue untuk ngelihat lo tiduran doang?" ucapannya terhenti saat benda panjang empuk mengenai wajahnya. Dan lihat, tanduk tranparan merah terlihat di kedua sisi kepala, persis kartun yang biasanya Qilla tonton.
"Berisik Anjing!"
Dylan tetap tak membuka mata, padahal sebelumnya, cowok itu baru saja melempar sesuatu pada Qilla, dan itu sungguh menyebalkan.
"Gue mau pulang Babi!" balas Qilla sama kasarnya. "Seharusnya lo sama Brina di kamar berdua atau gak sama pacar lo yang cowok, dan bukan gue." Dengan kesalnya, Qilla kembali melempar benda itu kembali pada Dylan, tapi itu bukan apa-apa untuk nya.
Dia berjalan mendekat lebih dekat, menatap dengan jelas Dylan yang masih menutup mata di ranjang. Qilla kesal, cemas dan takut. Cemas jika Bunda tidak menemukan nya di kamar pada malam hari.
"Trus?"
Decakan pelan terdengar, Dylan menoleh dan menyandarkan tubuh tubuhnya ke kepala ranjang. Menatap lebih jelas Qilla yang juga menatap nya. Qilla tak mengindahkan tatapan itu, dia tak peduli, tentu saja.
"Lo anterin gue pulang!" Pekik Qilla, kedua bola matanya melolot marah, tentu saja kedua tangan yang dia lipatkan di dada. Tapi sesaat, Qilla menormalkan ekspresi wajahnya sedikit santai.
Dylan terkekeh samar, Qilla tak menyadari hal itu, karena cahaya remang di ruangan. "Lo bisa pulang sendiri kan, sesuai dengan apa lo kesini?" Salah satu alis cowok itu naik, Qilla tak melihat jelas, tapi sepertinya Dylan tengah menatapnya tanpa henti.
"Satu ciuman?" Dylan melanjutkan dengan ekspresi seperti sebelumnya.
Qilla menahan nafas, Dylan sudah beranjak dari tempatnya, berdiri berhadapan dengan jarak beberapa cm. Dan tanpa sadar, bahkan kedua tangan cowok itu sudah mendarat di sisi pinggang, sesaat sebelum Qilla jatuh terduduk di paha Dylan yang berhadapan langsung dengan cowok itu.
Dresses hitam nya sedikit menyikap keatas, paha mulus itu mengintip dengan jelas. Nafasnya tertahan dalam, saat Dylan juga tak berhenti menatapnya. Setelahnya cowok itu meraih jaket hitam yang tergeletak di ranjang lalu menutupi paha Qilla yang terekspos. Persis sebelumnya.
"Dylan, lo jangan cosplay jadi pria hidung belang. Gue mohon banget sama lo." Begitu kata Qilla, dia melipatkan kedua tangan di dada, dan mata yang menatap kesal pada Dylan.
"Kenapa? Sedangkan lo?" Kata Dylan dengan santai dengan ekspresi datar khasnya, entah kenapa setelah mengucapkan kalimat itu, ekspresi wajahnya berubah dratis. Iris Dylan terlempar menatap intens tubuh Qilla dari atas hingga paha.
Qilla bingung. "Kenapa? Gue rasa ini udah bagus."
"Iya bagus, tapi baju lo mirip jalang dibawah."
Nyelekit. Qilla juga merasa pakaian itu sedikit lebih pendek dari perkiraan nya. Seingatnya ini bahkan lebih normal daripada pakaian Brina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay-ilan [COMPLETED]
Teen FictionNyatanya penyesalan selalu datang di akhir. Qilla merasakan hal itu. Karena truth or dare, Qilla terpaksa harus memenuhi misi gila sahabatnya. MISI YANG HARUS DIJALANI: Qilla harus memacari Dylan, yang rumornya bahwa ia seorang gay. Qilla tentu sa...