24 || Gay-ilan

6.2K 375 9
                                    

Vote dan komen nya,  jangan lupa❣︎

𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷

Sekolah di mulai kembali hari senin, pagi ini tidak seperti biasanya. Qilla berdumel kesal di sepanjang koridor. Pagi tadi saat di parkiran tanpa sengaja Qilla melihat Dylan yang sedang berbicara serius pada Brina, tampaknya cowok itu baru saja berangkat bersama dengan tetangga nya.

Brina menyadari keberadaan Qilla disana, dia tertangkap basah sedang memperhatikan mereka melakukan hal manis, berbeda dengan Dylan yang memang dari awal tidak menyadari nya, Brina tersenyum miring pada Qilla.

Setelah hal itu, Qilla melarikan diri ke perpustakaan, mengabari dua sahabatnya untuk menemui Qilla disana. Jam buka perpustakaan memang lebih cepat daripada jam sekolah dimulai.

Lalu pikiran nya terpusat pada kejadian pagi tadi, setelah dua hari terlewat, sekarang dia harus melihat kejadian yang hampir' sama, Dylan memang benar-benar membuat nya sebal.

Tapi memangnya, hubungan mereka apa? Warna abu-abu memang cocok mendefinisikan hubungan mereka sekarang.

Qilla membalikkan lembaran novel yang ia baca dengan kasar, berniat melampiaskan kekesalannya pada lembaran buku itu. Tapi kegiatannya terganggu kedatangan Alina dan Cindy.

“Lla, lo mau di marahi sama penjaga perpus atas rusak  novel yang lo baca sekarang?” tanya  Cindy mengambil paksa novel yang Qilla pegang itu, membolak balikkan buku tersebut untuk mengecek sesuatu. “Ihh kertasnya kusut nih gegara lo.”

Qilla tidak terlalu peduli dengan omelan Cindy padanya. “Gue kesal banget sumpah,” katanya dengan mengebu-gebu. Sebenarnya mereka melihat jelas raut Qilla yang berbeda dari biasanya.

“Kesal kenapa? Ada masalah?” tanya Alina, ikut penasaran dengan kekesalan apa yang membuat Qilla tampak berbeda.

Qilla menggeleng. “Gue patah hati!” Qilla mengeluarkan segala pikiran nya, raut datar itu tersirat rasa kecewa disana. Alina melihat itu dengan jelas.

Ini sedikit aneh untuk Qilla, dia terlihat menyebalkan itu karena patah hati? Yang benar saja, Qilla tak seperti sedang dekat dengan seseorang kecuali Dylan, lalu cowok mana yang tengah gadis itu sedihkan? Alina bertanya tanya dalam benaknya.

Matanya menoleh pada Cindy, tapi menemukan Cindy yang sedang menahan tawa membuatnya ingin tertawa juga, astaga. Alina menghela nafas.

“LO PATAH HATI? YANG BENAR AJAA?” Cindy tidak bisa jika sesuatu yang dia anggap lucu, maka dia harus tertawa kencang, menahan tawa bukan lah dirinya. Tapi tawanya terhenti saat Alina menutup mulut nya tiba-tiba.

“Anjing, kaget!” pekikan tertahan Cindy membuat Alina memukul pelan mulut Cindy. Tatapan tajam terhunus pada Cindy, Alina ataupun Qilla sama-sama memberikan tatapan tajam itu.

“Diam Cindy! Ini gak waktunya bercanda!” beritahu Alina dengan raut datarnya. Cindy merotasi kan matanya, pertanda bahwa dia kesal sekarang.

“Jadi?”

Sebenarnya Qilla ragu untuk menceritakan ini, dia yakin Cindy akan melemparkan tatapan mengejek itu sekali lagi, diam-diam Qilla mengigit bibir dalam nya sangat kuat, sampai Qilla mengaduh kesakitan akibat ulah nya sendiri.

“Lo kalo belum siap cerita, juga gak pa-pa, ekspresi lo nunjukin kayak gitu.” Kata Alina setelah ya. “Gue juga pernah ngalamin patah hati, sakit sih, tapi kalo keseringan, lo akan terbiasa,” lanjutnya.

Qilla mengakui hal itu ada benarnya, tapi Qilla tidak bisa menahan diri jika sedang seperti ini, wajahnya memang bisa terlihat santai, tapi bagaimana dengan isi dalamnya? Jangan tanyakan hal itu lagi, semua nya tentu paham.

Gay-ilan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang